Mohon tunggu...
SirriSaqti
SirriSaqti Mohon Tunggu... Musisi - Poin Tiga imaji: Aksara-Warna-Melodi

terus berusaha mencari cara agar hidup menjadi berguna bagi sesama.~

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Maling Taubat

27 Agustus 2020   03:57 Diperbarui: 27 Agustus 2020   04:13 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu sudah hampir subuh, Joni sudah tampak gelisah memikirkan nasib teman-temannya.

"Wah sudah hampir pagi sebaiknya saya permisi dan saya mengucapkan banyak terima kasih bapak sudah menyelamatkan saya dan memberi suguhan serta wejangan yang sungguh sangat berarti" Joni lalu berdiri menyalami bapak dan mencium tangannya.
"Loh, enggak nunggu pagi saja sholat subuh berjamaah dulu di sini?' Si Bapak berbasa-basi.
"iya Pak, lain waktu deh saya ke sini lagi" Joni lantas meninggalkan rumah bapak itu dengan langkah agak terburu-buru.
Satu nasihat yang terngiang-ngiang di kepalanya bahwa "tak apa-apa mencuri tapi asal jangan ada yang melihat".

Waktu berlalu, kehidupan pun berjalan seperti biasanya namun ada yang sedikit berubah pada diri Joni, semenjak ketemu Pak Kyai yang menyelamatkannya.
Kini ia tampak sedikit religius, sudah mau datang di acara keagamaan dan mendengarkan ceramah Ustadz di kampungnya.

Joni sudah bertemu dengan teman-temannya dan beruntung mereka semua selamat dari kejadian malam itu meski leher Joni tampak sedikit cacat akibat goresan tali tiang jemuran.

Singkat cerita, Joni dan teman-temannya rupanya masih sesekali melakukan aksinya.

Pada suatu malam, tepatnya malam Minggu sedikit kelabu sebab isi kantong Joni tengah ditinggalkan penghuninya alias bokek!.
Joni berniat melancarkan aksinya sendiri, sasarannya adalah kampung sebelah di mana sedang ada acara keagamaan dengan mengundang penceramah Ustadz ternama.
Joni berpikir, jika ada acara seperti itu otomatis rumah-rumah ditinggalkan penghuninya untuk datang ke acara tersebut.
Gila! otaknya jalan juga ya Joni.
Dan alasan Joni melakukan aksinya sendiri adalah dengan menuruti perkataan Pak Kyai yang berpesan tak apa mencuri tapi asal jangan ada yang melihat.

Benar saja, setelah Joni ada di kampung itu rumah-rumah pada kosong, Joni pun dengan leluasa melancarkan aksinya.
Namun di tengah aksinya Joni seperti terganggu dengan suara penceramah yang seperti terdengar begitu dekat di telinganya.

Ketika ia hendak mencongkel jendela ia dengan jelas mendengar suara Ustadz penceramah membacakan sebuah ayat berikut artinya.
Ayat itu berbunyi: "Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Hadid: 4)

Duarr!! dadanya bergemuruh, tubuh Joni bergetar hebat! seketika itu ia langsung teringat perkataan Pak Kyai.
Dalam batinnya terjadi dialog, ia meresapi nasihat Pak Kyai.
"oh maksud Pak Kyai mungkin ini, tak apa-apa mencuri tapi asal jangan sampai ada yang melihat. Memang benar sekarang aku melakukan aksi sendiri, orang-orang tidak ada yang melihat, bahkan teman-temanku sendiri tidak. Tapi, bagaimana dengan Allah? Dia melihat apa yang aku kerjakan"
Ia pun tersungkur dengan tangan masih memegangi linggis.
"Ya Allah, ampuni aku, sungguh Engkau Maha mengetahui setiap garak-gerikku" Joni menangis lantas pergi meninggalkan rumah yang hendak ia satroni. Ia pergi menuju rumah Pak Kyai yang sudah menyelamatkan hidupnya. Dan semenjak kejadian itu Joni kini menjadi sangat taat menjalani perintah agama, menjadi santri Pak Kyai yang sudah menyelamatkan dan meluruskan jalan hidupnya.

Sekian.

Bogor, Agustus 2020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun