Mohon tunggu...
SirriSaqti
SirriSaqti Mohon Tunggu... Musisi - Poin Tiga imaji: Aksara-Warna-Melodi

terus berusaha mencari cara agar hidup menjadi berguna bagi sesama.~

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Maling Taubat

27 Agustus 2020   03:57 Diperbarui: 27 Agustus 2020   04:13 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar: TribunMadura.com

Tersebutlah Joni, pemuda asal Cikundil berpenampilan slengean dan dekil, pekerjaan nihil alias pengangguran berat.

Suatu malam ia bersama teman-temannya terlihat asyik nongkrong di sudut gang kampung yang memang sudah tersedia untuk tempat nongkrong. 

Awalnya tampak hepi bermain gitar dan bernyanyi-nyanyi. Di sampingnya terlihat botol minuman tergeletak miring, menjadi pertanda sudah tidak ada isinya, habis ditenggak bareng-bareng.
"Wah, minuman habis! beli lagi nih, nanggung!" Joni meneriaki teman-temannya.
"Jiah! mau beli pakai apa? udah kagak ada yang megang duit!" temannya menyahuti.
"duh! bahaya nih kalau begini terus, minum doyan duit pada kagak gablek! susah memang jadi orang miskin, punya temen miskin juga, udah dah gaswat!" Joni kesal dengan keadaan dirinya dan teman-temannya.
Waktu bergulir, terlihat Joni tengah berpikir, seperti punya rencana.

"Gengs, ayo merapat sini, gua punya rencana bagus nih" serentak teman-teman-temannya mendekat.
"rencana apa Jon?" salah satu temannya bertanya.
"udah lu ikut aja, daripada bengong di sini nemenin nyamuk, kenyang kagak yang ada mulut bau busuk!"

Joni penuh tenaga menyemangati teman-temannya.
Rupanya Joni punya rencana mengubah keadaan hidupnya dan teman-temannya dengan cara merampok!

saat itu juga Joni dan ketiga temannya beranjak dari tempat tongkrongannya dengan meninggalkan botol minuman dan kulit kacang yang berserakan.
Malam itu Joni dan teman-temannya rupanya berhasil merampok sebuah rumah Pak Lurah kampung sebelah (memang begitu prinsip Joni, tidak menjadi maling di kampungnya sendiri).

Dari semenjak malam itu, Joni dan teman-temannya sering melakukan aksi, terutama pada waktu malam hari.
Dari seringnya melancarkan aksi, mereka tergolong sukses, tak ada kendala berarti, mulus seperti paha Surti gadis centil dari Desa Cikundil.
Akan tetapi semulus-mulusnya paha Surti, pasti ada juga sedikit cacatnya, pun semulus-mulusnya aksi pasti ada juga titik nahasnya.

Malam itu tepatnya malam Jumat, seperti biasa mereka berempat hendak melakukan aksi jahat.
Kali ini rumah yang akan disatroni adalah rumah Bu Pat, janda kaya raya beranak empat.

Benar saja malam itu sepertinya adalah malam nahas buat mereka, belum sempat mencongkel jendela rumah Bu Pat, salah satu anaknya ada yang memergoki aksi mereka dan lalu teriak sekencang-kencangnya "Maliiiiiinggggggg!!!"
sontak seisi rumah terkaget semua, dan saling bersahutan berteriak"Maling! Maling! Maliiinnngg!!"
Joni dan kawan-kawan lari tunggang langgang saling memencar. Ada yang lari masuk kandang ayam, ada yang lari nyebur ke kali, ada juga yang tanpa sadar naik ke pohon jati.
Dan Joni sepertinya memilih lari masuk ke perkampungan sepi.
Malang! ketika ia tengah berlari kencang lehernya nyangkut di tali jemuran, ia jatuh dengan memegangi lehernya yang kesakitan dan yang membuat kaget lagi adalah ketika Joni hendak berdiri untuk kembali berlari ternyata ada seseorang paruh baya berdiri tepat di depannya.
"Hei, anak muda sedang apa malam-malam begini di sini?"
"ampun pak, saya jangan digebukin!" Joni meringis kesakitan.
"siapa yang mau gebukin? saya justru mau nolongin" bapak itu menimpali.
Ah, beruntung sekali Joni, rupanya bapak itu sangat baik hati dan lalu memapah tubuh Joni masuk ke dalam rumahnya.
Setelah masuk Joni dipersilakan duduk dan bapak itu bergegas ke dapur mengambil segelas air putih untuk Joni.
Sepertinya bapak ini adalah seorang Kyai, itu terlihat ketika Joni melihat banyak santri yang sedang belajar mengaji di dalam rumahnya.

"Silakan ini diminum dulu, cuma air putih" bapak itu menyodorkan segelas air putih.
"Terima kasih Pak" Joni menimpali dengan tangan masih memegangi lehernya yang masih terasa perih.
Lalu keduanya terlibat obrolan yang lumayan panjang dan Joni menceritakan juga tentang jalan hidupnya.
Malam semakin sepi, suara anak-anak yang mengaji tak terdengar lagi dan obrolan Joni dengan bapak empunya rumah terus berlanjut.
Sampai saatnya Joni pun mengungkapkan perasaannya bahwasanya ia sebenarnya ingin bertaubat namun belum bisa meninggalkan profesinya.
Si bapak pun tersenyum mendengar pengakuan Joni.
"Jadi begini Nak Jon, sebenarnya tak apa-apa mencuri tapi asal jangan ada yang melihat" bapak itu menasihati.
Joni setengah berpikir mendengar perkataan bapak itu "kalau memang harus begitu sih saya mampu Pak".
"Ya sudah jalani saja profesimu itu, tapi ingat jangan sampai ada yang melihat!".bapak itu menegaskan sekali lagi pada Joni.

Waktu sudah hampir subuh, Joni sudah tampak gelisah memikirkan nasib teman-temannya.

"Wah sudah hampir pagi sebaiknya saya permisi dan saya mengucapkan banyak terima kasih bapak sudah menyelamatkan saya dan memberi suguhan serta wejangan yang sungguh sangat berarti" Joni lalu berdiri menyalami bapak dan mencium tangannya.
"Loh, enggak nunggu pagi saja sholat subuh berjamaah dulu di sini?' Si Bapak berbasa-basi.
"iya Pak, lain waktu deh saya ke sini lagi" Joni lantas meninggalkan rumah bapak itu dengan langkah agak terburu-buru.
Satu nasihat yang terngiang-ngiang di kepalanya bahwa "tak apa-apa mencuri tapi asal jangan ada yang melihat".

Waktu berlalu, kehidupan pun berjalan seperti biasanya namun ada yang sedikit berubah pada diri Joni, semenjak ketemu Pak Kyai yang menyelamatkannya.
Kini ia tampak sedikit religius, sudah mau datang di acara keagamaan dan mendengarkan ceramah Ustadz di kampungnya.

Joni sudah bertemu dengan teman-temannya dan beruntung mereka semua selamat dari kejadian malam itu meski leher Joni tampak sedikit cacat akibat goresan tali tiang jemuran.

Singkat cerita, Joni dan teman-temannya rupanya masih sesekali melakukan aksinya.

Pada suatu malam, tepatnya malam Minggu sedikit kelabu sebab isi kantong Joni tengah ditinggalkan penghuninya alias bokek!.
Joni berniat melancarkan aksinya sendiri, sasarannya adalah kampung sebelah di mana sedang ada acara keagamaan dengan mengundang penceramah Ustadz ternama.
Joni berpikir, jika ada acara seperti itu otomatis rumah-rumah ditinggalkan penghuninya untuk datang ke acara tersebut.
Gila! otaknya jalan juga ya Joni.
Dan alasan Joni melakukan aksinya sendiri adalah dengan menuruti perkataan Pak Kyai yang berpesan tak apa mencuri tapi asal jangan ada yang melihat.

Benar saja, setelah Joni ada di kampung itu rumah-rumah pada kosong, Joni pun dengan leluasa melancarkan aksinya.
Namun di tengah aksinya Joni seperti terganggu dengan suara penceramah yang seperti terdengar begitu dekat di telinganya.

Ketika ia hendak mencongkel jendela ia dengan jelas mendengar suara Ustadz penceramah membacakan sebuah ayat berikut artinya.
Ayat itu berbunyi: "Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Hadid: 4)

Duarr!! dadanya bergemuruh, tubuh Joni bergetar hebat! seketika itu ia langsung teringat perkataan Pak Kyai.
Dalam batinnya terjadi dialog, ia meresapi nasihat Pak Kyai.
"oh maksud Pak Kyai mungkin ini, tak apa-apa mencuri tapi asal jangan sampai ada yang melihat. Memang benar sekarang aku melakukan aksi sendiri, orang-orang tidak ada yang melihat, bahkan teman-temanku sendiri tidak. Tapi, bagaimana dengan Allah? Dia melihat apa yang aku kerjakan"
Ia pun tersungkur dengan tangan masih memegangi linggis.
"Ya Allah, ampuni aku, sungguh Engkau Maha mengetahui setiap garak-gerikku" Joni menangis lantas pergi meninggalkan rumah yang hendak ia satroni. Ia pergi menuju rumah Pak Kyai yang sudah menyelamatkan hidupnya. Dan semenjak kejadian itu Joni kini menjadi sangat taat menjalani perintah agama, menjadi santri Pak Kyai yang sudah menyelamatkan dan meluruskan jalan hidupnya.

Sekian.

Bogor, Agustus 2020.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun