Mohon tunggu...
Sirojudin Mursan
Sirojudin Mursan Mohon Tunggu... profesional -

ingin terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pernahkah Kita Berpikir Soal Jajanan Anak Kita di Sekolah?

7 November 2016   14:36 Diperbarui: 7 November 2016   21:00 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jajanan anak sekolah dasar. Tempo.co

Umumnya pedagang kecil di kita tanpa pengawasan. Jadi bila pedagang itu tak punya etika, dan tak punya kesadaran kemanusiaan, bahwa apa yang mereka racik dan dagangkan berbahaya itupun mereka anggap biasa aja. No feel guilty (tanpa rasa berdosa). Padahal apa yang mereka kerjakan sangat berbahaya dan merusak masa depan kesehatan anak-anak generasi bangsa. 

Tanggung jawab ini tak bisa kita bebankan hanya pada pemerintah. Semua unsur yang ada di sekolah, guru, orang tua murid, pemerintah setempat dan semua yang punya konsen pada kesehatan harus ambil peran di sana.

Apapun yang bisa dilakukan. Misalnya orang tua di rumah harus sering mengingatkan anak soal bahaya jajanan tanpa standar kesehatan dan pengawasan. Terutama bahaya bila sering dikonsumsi dan dimakan secara berulang dan lama. Karena zat-zat berbahaya itu jadi pemecu bila mengendap dalam jangka waktu yang lama. 

Saat di sekolah, guru dapat peran umpan juga melakukan  hal yang sama. Bila perlu selain melarang jajan di luar sekolah juga diikuti sangsi bagi mereka yang melanggar. Sangsi ini bagian dari konsekuensi ‘lebih baik menghukum dari pada mereka mengkonsumsi hal yang berbahaya, dengan jangka panjang yang lebih berbahaya’. 

Selain itu, otoritas sekolah juga bisa melarang pedagang berdagang di luar sekolah. Solusinya, sekolah membuatkan kantin di dalam tembok sekolah, dengan pengawasan. 

Otoritas sekolah berkwajiban mengawasi pedagang itu sebagai tanggung jawab soal asupan. Agar anak didik tidak terkontaminasi zat zat berbahaya. Sekolah juga harus banyak bersosialisasi ke pedagang soal bahaya penggunaan zat berbahaya. Juga soal tanggung jawab kehidupan, untuk tetap memelihara keberlansungan hidup sehat anak didik, kepada para pedagang.

Pedagang sendiri juga harus punya kesadaran itu. Dan tidak menggunakan jual belinya hanya untuk meraih keuntungan semata. Bahwa apa yang kita lakukan ada konsekuensi kehidupan dunia dan akherat. 

Menjual dagangan menggunakan zat berbahaya bila dikonsumsi manusia, dosanya besar. Bahkan lebih besar dari mencuri, karena apa yang diperbuat amat berbahaya bagi manusia. Artinya secara sosial perlu disosialisasikan soal dosa itu bila ia beragama. Menjadi kaya dan banyak uang dari proses seperti itu juga jalan yang tidak benar. Alasan ‘keterpaksaan’ tidak bisa dijadikan alasan. 

Itulah pentingnya kesadaran soal keberlangsungan hidup sehat. karena sehat adalah investasi penting. Kita tak bisa melakukan apa-apa tanpa kesehatan. Tanpa kesadaran pentingnya kesehatan yang tersosialisasi secara merata pada semua strata kehidupan terasa berat untuk bisa membangun kesadaran kolektif soal sehat. Semua harus punya kesamaan soal pandangan itu. 

Kehidupan ini selalu melibatkan orang lain bila kita ingin membangun harmoni. Tidak bisa kesadaran itu hanya pada strata tertentu saja, semua yang terkait di dalamnya harus berkesadaran. Terutama soal keberlangsungan kehidupan. 

Bahwa kehidupan kita hanyalah estafeta dari generasi sebelum kita yang akan kita hantarkan pada generasi yang akan datang. “titipan” ini harus kita jaga, dan kita berikan pada generasi berikut. Jangan kita ekploitasi secara berlebihan. Secukupnya saja. Termasuk tadi, soal dagang itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun