Mohon tunggu...
Mohamad Akmal Albari
Mohamad Akmal Albari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Hukum Tata Negara

a piece of life, chill out!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Child Free" Sebuah Kontemplasi Kompleks Pasangan

11 Februari 2023   20:05 Diperbarui: 11 Februari 2023   20:17 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi wanita child free/Pexels

Kepentingan pejuang child free mengingatkan wanita juga berhak memilih apa yang dia inginkan. Ternyata memperlihatkan sikap egois pada pikiran mereka. Tentu, pilihan adalah kebolehan dan tidak dilarang.

Satu hal yang salah dalam memilih adalah mempublikasikan. Andai saja, fenomena seperti ini dirasakan sendiri tanpa mengkampanyekan, tidak terjadi berbagai kritik dan penolakan. Alasan traumatik dan menjadi awet lebih muda sepenuhnya tidak salah.

Kiranya, resiko kanker juga akan menghampiri karena reproduksi biologis yang diabaikan. Menjalani hidup dalam hubungan pernikahan, setiap pasangan akan selalu bahagia jika hadir konsep keluarga.

Keluarga tanpa anak bukanlah keluarga, ia akan selalu berposisi sebagai pasangan. Sementara, persiapan sebelum memiliki anak harus dipikirkan. Lagi-lagi stigma negatif atas pilihan seseorang merebak tanpa tahu seluk beluknya.

Kepiawan pasangan akan terlihat ketika mengasuh dan merawat anak, konsekuensi harus diterima keduanya. Masalah rumah tangga harus diputuskan personal, keputusan apapun yang dibuat berfokus membangun tujuan.

Kehendak dan pandangan hidup berbeda-beda tetap berpengaruh di kehidupan sosial. Perspektif masyarakat Indonesia yang skeptis dan kolekif berdampak tekanan sosial yang bertanya-tanya masalah privat.

Semakin besar peradaban intelektual manusia, situasi menghadapi tantangan jaman akan berkembang dan berubah. Over populasi, masalah finansial, material instinct seakan-akan menghancurkan lelaki yang mengimajinasikan hidup sambil melihat tumbuh-kembang anak.

Selayaknya, manusia perlu keseimbangan hidup bukan seolah-olah seimbang dan memburuk atas perilakunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun