Mohon tunggu...
Mohamad Akmal Albari
Mohamad Akmal Albari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Hukum Tata Negara

a piece of life, chill out!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Karakterisasi Sindrom Stockholm pada Tokoh Akihito Kanbara

5 Februari 2023   19:10 Diperbarui: 6 Februari 2023   12:39 958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika ada seorang penjahat menghampirimu, spontan kamu melawan atau merelakan barang-barang yang dicuri. Berbeda halnya dalam anime Kyokai no Kanata, dimana Main Character (MC) seorang pelajar SMA, Akihito Kanbara mencoba menyelamatkan tokoh Mirai Kuriyama yang mencoba membunuhnya berkali-kali.

Sebelum melanjutkan pada cerita Akihito, perilaku yang terjadi padanya adalah gejala sindrom Stockholm. Sindrom ini kadang terjadi pada korban penculikan dan penyanderaan. Sindrom Stockholm adalah kondisi seseorang mengembangkan sikap positif terhadap hal buruk sebagai respon psikologis.

Istilah yang muncul tahun 1973, ketika dua pencuri, Jan-Erik Olsson dan Clark Olofsson melakukan aksi perampokan bank di Stockholm, Swedia. Mereka berdua menyandera empat orang selama enam hari untuk melakukan negoisasi bersama polisi agar mereka bisa keluar dengan aman dan sandera bebas.

Pada kenyataannya, para sandera dibebaskan dan menaruh simpati pada kedua pencuri tersebut. Lebih anehnya, mereka adalah karyawan bank, ketika diadili dalam pengadilan, mereka menolak menjadi saksi.

Setelah itu, karyawan bank tersebut membela dan membantu mengumpulkan uang agar Jan dan Clark dibebaskan. Sindrom Stockholm tidak termasuk pada penyakit mental atau suatu penyakit psikologis. Bahkan dalam studi Internasional Jurnal of Advanced Research menilai sebagai strategi bertahan hidup delusif.

Demikian, Akihito menaruh perasaan pada Mirai agar bisa membersamainya. Akihito memiliki trauma akibat kekuatan yang dimilikinya yaitu "di luar batas" karena dirinya merukan separuh manusia dan siluman. Ia juga abadi, mirai yang sudah menusuknya berkali-kali pada episode awal juga hanya membuat diri Akihito merasakan sakit.

Tentu, efek traumatik yang ia alami dan terjadi sindrom Stockholm pada Mirai, menganggap dirinya sama-sama mengalami hidup dengan kekuatan membahayakan. Mirai merupakan gadis SMA berkacamata merah dan keturunan terakhir dari klan darah terkutuk.

Sindrom Stockholm memiliki gejala yang mirip PTSD, dimana adanya gangguan stress pasca trauma. Akihito dengan kekuatan yang dimilikinya merasakan hal serupa ketika Mirai mencoba membunuh dan mengikutinya. Ia berusaha mendekati Mirai karena bernasib sama. Mirai sebenarnya memang tokoh suruhan keluarga Nase agar membunuh Akihito.

Rencana Mitsuki Nase, kakak tertua di keluarg Nase berbanding terbalik dari apa yang ia inginkan. Karakter Akihito jelas menggambarkan bagaimana cara bertahan hidup secara delusif. Meskipun, ia seorang maniak wanita berkacamata, tapi ia berharap bisa hidup bersama Mirai walau tahu ia akan dibunuh pada akhirnya.

Kondisi sindrom yang Akihito alami berlangsung beberapa tahun, Mirai memang menunjukkan rasa belas kasihan pada Akihito setelah melihat betapa bahayanya kekuatan "di luar batas". Perubahan Mirai pada Akihito membuatnya lebih mencintai gadis kacamata berambut pendek itu.

Ikatan emosional Akihito tak hanya diperlihatkan pada Mirai saja, tetapi pada Mitsuki Nase yang merencanakannya. Sejatinya, ia tidak khawatir karena ia tahu memiliki tubuh abadi, tapi klan darah terkutuk bisa membunuh Akihito dengan mengeluarkan kekuatan "di luar batas" dari tubuhnya.

Penyebab Sindrom Stockholm salah satunya adalah saat pelaku tidak menyakiti korban, sehingga membuat korban merasa lega dan menyangka pelaku adalah orang yang penuh belas kasihan. Ketika Mirai sudah tidak mencoba membunuh Akihito, pria yang tampil dengan seragam SMA itu membantu Mirai agar bisa membunuh pada siluman.

Selain membantu Mirai, Sindrom Akihito memang tidak bisa diselamatkan. Ia sudah menerima takdir bahwa kekuatan yang ia miliki memang harus ditahan agar tidak menyakiti orang-orang. Demikian, ia rela membiarkan para ksatria dunia arwah terus mengawasi dan memperhatikannya.

Karakter yang ia bawakan merupakan representasi penyandang sindrom dengan genre dark fantasy, biasanya untuk mengurangi sindrom ini, ahli kesehatan menyarankan agar dilakukan psikoterapi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun