Mohon tunggu...
Mohamad Akmal Albari
Mohamad Akmal Albari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Hukum Tata Negara

a piece of life, chill out!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Penyebab Beberapa Wilayah diprediksi Tenggelam di Indonesia

3 Februari 2023   01:05 Diperbarui: 3 Februari 2023   01:21 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Persoalan puluhan kota dan wilayah yang tenggelam semakin mencuat, media massa maupun media sosial sudah menyebarkan perihal ini, artinya bukan hal baru.

Namun begitu, warga Indonesia juga belum tentu percaya, karena ini asumsi dan hipotesis para peneliti. Pada realitanya terlihat bagaimana bencana-bencana timbul sebagai faktor terjadinya.

Di sisi lain, menurut Kominfo mengungkapkan adanya hoaks tentang isu wilayah yang akan tenggelam. Pasalnya, BMKG hanya menginformasikan potensi banjir rob dan tingginya pasang air laut di beberapa daerah.

Tentu menjadi peringatan bagi kita yang tinggal di wilayah itu, apalagi merebaknya Jakarta tenggelam tahun 2050 membuat pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).

 Lantas, apa saja yang menyebabkan wilayah-wilayah di Indonesia diprediksi tenggelam?

1. Gelombang Pasang Air Laut

Semakin tinggi pergerakan air ke permukaan, maka semakin membahayakan warga pesisir. Mengakibatkan tenggelam daerah pesisir pantai atau abrasi.

Gelombang laut merupakan tanda fenomena naik turunnya air laut dengan periode dan panjang gelombang tertentu. Pasang air laut diakibatkan tiga hal, yaitu angin kencang, perubahan cuaca yang cepat dan pengaruh gravitasi bulan atau matahari.

Menariknya, fluktuasi air laut oleh gaya tarik bulan pada massa air di bumi lebih besar daripada matahari karena dekat dengan bumi. Biasanya gelombang panjang berlangsung 3 jam hingga 1 hari dan kecepatan mencapai 10-100 Km/jam.

Gelombang jenis ini dinamakan destructive wave (gelombang perusak) yang membuat material pesisir hanyut ke laut. Demikian, beberapa wilayah dekat gelombang pasang air laut akan ikut tersapu oleh air laut.

2. Penurunan Permukaan Tanah

Bumi yang didominasi 2/3 daerah perairan memungkinkan planet ini sepenuhnya menjadi perairan. Ini bisa terjadi akibat penurunan permukaan tanah, dimana peristiwa gerakan penurunan muka tanah oleh faktor tertentu.

Bisa kamu teliti, sekarang wilayah Semarang sudah menurun muka tanah dari 7 cm -- 9 cm per tahun, di Jakarta ditemukan penurunan 2,5 meter dalam satu dekade ke belakang.

Menurut peneliti ITB, Heri Andreas menjelaskan daerah di Indonesia mengalami penurunan tanah (land subsidence) sekitar 8 -- 18 cm per tahunnya. Sementara di tahun 1998, Whittaker dan Reddish mengungkapkan terjadinya penurunan tanah.

Pertama, faktor alami (natural subsidence) yang terjadi karena ulah alam melalui proses geologi bumi. Ada yang dinamakan siklus geologi membuat pelapukan, pengendapan dan pergerakan kerak bumi.

Kemudian, sedimentasi di daerah cekungan seperti cekungan Bandung, artinya jika massa endapan meningkatm maka permukaan tanah menurun.

Kedua, faktor eksploitasi air tanah (groundwater extraction) yang dijadikan sumber air tawar. Apabila volume air dalam tanah terus diambil dan digunakan berdampak kepada pori-pori tanah, yang mana berkurangnya tekanan hidrostatik (gaya zat cair).

Air tanah berada di lapisan akuifer, banyak wilayah yang lapisan akuifer semakin habis akibat eksplotasi air tanah.

Ketiga, faktor bangunan (settlement) yang menjadikan pemampatan di lapisan tanah. Pengaruh deformasi (perubahan bentuk) dari partikel tanah, membuat relokasi partikel dan keluarnya air atau udara dari tanah.

Singkatnya, jika bangunan memiliki massa yang begitu berat seperi Burj Khalifa, maka bisa terjadi penurunan tanah yang dalam.

Dari faktor kedua ini, bisa menjadi efek domino seperti banjir rob, intrusi air laut, rusaknya infrastruktur, membuat genangan air hujan, kualitas hidup manusia menurun. Umumnya, bencana yang sudah terjadi adalah genangan air hujan dan banjir rob.

Dari penjelasan di atas, perlu pemahaman dan penelitian lebih lanjut tentang dampak serta pencegahan atas wilayah yang diprediksi tenggelam. Siapa yang mau kehilangan wilayah kelahiran, nenek moyang dan kehidupan di Indonesia.

Semoga kompasianer bisa lebih memperingati pemerintah mengenai isu dan masalah yang besar bagi kehidupan warga Indonesia. Tidak ada yang lebih penting untuk hidup jika tidak kehilangan tempat tinggal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun