Mohon tunggu...
Mohamad Akmal Albari
Mohamad Akmal Albari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Hukum Tata Negara

a piece of life, chill out!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Babilonia, dari Hukum Hammurabi hingga Babilonia Baru

6 Januari 2023   22:37 Diperbarui: 7 Januari 2023   19:06 1344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekitar 1792-1750 SM, kerajaan Babilonia dipimpin oleh Hammurabi. Wilayah kekuasaanya mencangkup Assyria, Mesopotamia Utara dan Mesopotamia Selatan. Babilonia merupakan daerah yang memajukan pendidikan, seni, ilmu pengetahuan, perdagangan dan cikal bakal hukum tertulis.

Di bawah pemerintahan Hammurabi, terbentuknya suatu hukum tertulis atau lebih dikenal Undang-Undang Hammurabi; terdiri dari 280 pasal. Undang-Undang tersebut mengatur persoalan pencurian, korupsi, pembunuhan, penculikan, penipuan, perpajakan, pencemaran nama baik dan hukum keluarga.

Hukum yang terkenal masa itu, salah satunya adalah ketika seorang laki-laki menikahi wanita yang ia pelai, laki-laki itu wajib memasangkan cadar kepada pasangannya. Menandakan kepemilikan wanita dan tidak boleh diperebutkan oleh laki-laki lain.

Demikian, hanya wanita merdeka yang boleh diperlakukan seperti itu, tidak dengan budak dan selir. Kemudian, setelah Hammurabi meninggal, kerajaan Babilonia mengalami kemunduran, sesampai raja terakhir Dinasti Babilonia, Samsuditana, dikalahkan oleh kerajaan Hittite, yang dipimpin oleh Raja Mursilis I.

Wilayah kekuasaan Babilonia mulai terpecah belah, bagian Mesopotamia Selatan diperintah oleh Bangsa Kassit. Sedangkan bagian Mesopotamia Utara, sepenuhnya dikuasai oleh Bangsa Mitanni.

Lalu, di kawasan Mesoptamia Utara, muncul kekuatan baru dari Bangsa Assyria, mereka memulai ekspedisi baru pada abad 17 SM, yang mana Bangsa Assyria, sebelumnya, merupakan bagian kekuasaan Babilonia lama.

Di samping itu, tahun 853 SM, Bangsa Assyria bertempur menghadapi suatu koalisi, diantaranya Bangsa Yehuda, Israel, Damaskus, Moab, Amon dan Edom. Masing-masing dari mereka sebelumnya saling bermusuhan, namun menjadi koalisi untuk menahan serangan Bangsa Asyyria dan berhasil memenangkan pertempuran.

Bangsa Assyria pun tak mudah menyerah, pasukannya tetap bertahan dan melanjutkan ekspedisi, tepat 722 SM, Samaria, ibukota Israel ditaklukkan. Sekitar lebih dari 27.000 penduduk diusir dari kerajaan Israel. Peristiwa ini dikenal sebagai sepuluh Suku Israel yang hilang.

Di sisi lain, kerajaan Yehuda memberikan hadiah kepada Raja Assyria. Kerajaan Yehuda merupakan pecahan kekuasaan kerajaan setelah kematian Raja Salomo tahun 935 SM. Selanjutnya, tahun 701 SM, Assyria mengetahui Kerajaan Yehuda bergabung dengan Mesir, dan akan mengepung wilayah Yehuda di Yerusalem. Namun, sangat disayangkan, wabah yang tiba-tiba muncul menjangkit pasukan Asyyria, dan wilayah Yerusalem terselematkan.

Sampai pada 650 SM, Assyria memiliki kerajaan yang tak tertandingi, kekuasaanya meliputi seluruh Timur Tengah. Mulai dari Teluk Persia di Timur hingga Lembah Sungai Nil di Barat, dan Gurun Arabia di Selatan sampai Tanah Palestina di Laut Tengah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun