Temaram
Gelap mendekap, menyelimuti kerinduan
Kala hati saling berderu, mengadu ego menolak rindu
Aku, kamu, dan dirinya, kita belumlah usai
Satir cinta meredup di mata
Apalah arti kehadiranku?
Kau jerat cintaku diantara komitmen kedua jiwa
Persetan dengan segala kabar yang ada
Dirimu telah menduaÂ
Berusaha ku menahan segala yang ada
Mengharap kau berubah di suatu masa
Tetap pada akhirnya aku menyerah
Membuat sia-sia rasa yang ada
Rasa yang tak terarah
Rasa tak jelas diambang temaram
Kini karam ditengah perjalananÂ
Kau segalaku
Kau...
Bagaikan fajar yang menggulung kelamnya malam
Membawa serta hangat memeluk erat diriku
Yang tetiba menjadi rembulan malam
Menghidupkan redupnya cahaya cinta dalam kalbu
Tak ubahnya sebuah pelangi yang menghiasi awan
Setelah gelap dan derunya gemuruh hujan
Kau...
Semua hal indah bagiku, hanyalah tentang dirimu
Setiap detik bahagiaku, hanya bersamamu
Tetiba menjadi obat lara tuk rasa sakit yang mendera
Bayangmu, wajahmu, setiap hal tentangmuÂ
Kusimpan rapat memori dirimu dalam hati dan jiwa
Kau...
Adalah tentang bagaimana luka ini bisa sirna
Tentang cerita bahagia kembali tercipta
Mematahkan duri yang membelenggu hati
Mengusir jauh kelamnya memori
Kau adalah segalaku..Â
Hanya kau yang kini aku tuju...
Melukis Kenangan
Setiap jiwa yang saling menyapa akan pergiÂ
Namun entah kapan masa itu akan tiba
Detik perpisahan selalu mengintai setiap perjumpaan
Ia ada, bukan bualan semata..
Dan pada saat ia hadirÂ
Hanya ada dua pilihan yang tersaji
Hilang tak meninggalkan setitik ingatan
Atau melukiskan eloknya warna kenangan
Tak dapat dipungkiri bahwa air mata turut menyambutÂ
kehadirannya..
Entah kecewa, lara, dan luka yang menemaninya
Atau suka bahagia yang mengantarnya
Namun yang jelas kutahu
Setiap orang akan memilih melukis indahnya kenangan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H