Mohon tunggu...
Berliana Siregar
Berliana Siregar Mohon Tunggu... Penulis - Daulat Hati, tubuh dan Rasa

Do your job Pikirkan hal-hal ringan @@##Kreatiflah@!!!

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Green Jobs, Keseimbangan Ekonomi, Lingkungan dan Masa Depan

12 Juni 2024   13:25 Diperbarui: 12 Juni 2024   13:32 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sepuluh tahun terakhir ini saya masuk dalam pekerja hijau. Karena saya berkutat antara masalah lingkungan, masalah di desa kemudian berputar pada issu-issu adaptasi, mitigasi dan upaya konservasi lainnya.

Bekerja di bidang ini tentu ada suka dukanya. Tak jauh berbeda dengan pekerjaan profesional lainnya. Yang dirasakan memang lebih menyenangkan, bermanfaat dan tujuan jangka panjangnya pasti.

Masuk dalam salah satu NGO (Non Governmental Organisation) lokal berbasis di Kota Medan dengan issu pemberdayaan masyarakat, issu lingkungan dan pertanian ramah iklim membuat saya mensyukuri jenis pekerjaan ini.

Walau sifatnya kontrak, tapi aspek pemenuhan hak pekerja terkait dengan UMR (Upah Minimun Regional) terpenuhi disini. Bahkan lembaga tempat saya bekerja sudah berusia hampir 40 tahun.

Aspek lain terkait dengan jam kerja, fasilitas, travel work dan lain-lain cukup sesuai standard. Memang jika dibandingkan dengan NGO Internasional yang banyak berbasis di Jakarta termasuk rendah. Tapi bolehlah dan cukuplah tuk sekelas kota Medan.

Jobdes di bagian ini juga sangat menarik. Khususnya di divisi dimana saya bertanggung jawab. 

1. Mendorong partisipasi warga untuk berkontribusi dalam pertanian ramah iklim

2. Mengenalkan aksi-aksi atau sistem pertanian innovatif  skala kecil yang adaptif iklim  seperti:

**Praktek penggunaan pupuk organik                  ***Meningkatkan kapasitas petani dalam berorganik

**Peningkatan Mutu Produk Organik petani      **Training-training tentang kepemimpinan, skema Permakultur, Polikultur

**Mengenalkan Desa Model Cerdas Iklim   ***Sekolah Lapang Iklim

3. Kerja-kerja green selalu berkolaborasi dengan banyak pihak 

Pemerintah desa terkait kebijakan tentang lingkungan

Kebijakan tentang pangan

Dengan dinas-dinas misalnya Dinas Lingkungan Hidup soal Proklim (Program Kampung Iklim), Pertanian terkait Pertanian Organik, Ketahanan pangan dengan issu PAngan Sehat

4.Kerja di aspek green banyak jalan-jalannya ............he..he.

Kerja di issu hijau, bukan hanya soal profesionalisme, implementasi dan monitoring. Dalam bingkai pekerja hijau, kita juga berkontribusi bersama masyarakat mendorong berbagai kebijakan, regulasi terkait berbagai issu lingkungan, issu keadilan iklim, dan lain-lain. Sehingga banyak event yang kita hadiri. 

Bahkan dunia punya berbagai forum pertemuan bisa namanya KTT , bisa Konsultasi, bisa forum hijau, pokoknya banyak tripnya. Pekerja hijau selalu belajar best pratice di kota dan wilayah lain. Banyak mengikuti agenda-agenda pertemuan untuk regulasi dan aksi lokal. Saya misalnya belajar tentang Perda Pertanian Organik (Ramah Iklim) ke Bali, belajar Sekolah Lapang Iklim ke Pangandaran, PAsar Pangan Organik ke Jawa. 

Belum lagi ketika aksi-aksi kecil kita diadopsi oleh organisasi lain. Misalnya soal Permakultur yang diadopsi dari Timor LEste, kini menyebar ke Indonesia, Bali, dan kini SUmatera. 

5. Pekerja Hijau , Act Locally - Berdampak Globally

Dunia saat ini sudah mulai khawatir tentang berbagai persoalan menyangkut pencemaran, deforestasi hutan, penggunaan pupuk kimia berlebihan, energi yang sudah mulai krisis. 

Selama ini kita memikirkan soal modernisasi, tehnologi canggih, eksploitasi berlebihan pada bumi tanpa memikirkan aspek lingkungan dan keberlanjutan bumi kita. Nah............10 tahun terakhir ini dunia sudah mendesak semua negara untuk memikirkan usaha-usaha yang green. 

Perusahaan dipaksa untuk mulai melakukan praktek-praktek hijau melalui penggunaan emisi rendah gas rumah kaca. Tehnologi yang ramah bumi, jika tidak sanggup harus menyediakan dana sebagai ganti rugi atas kontribusinya bagi peningkatan emisi gas rumah kaca.

Sehingga dana-dana untuk lingkungan semakin besar. Lembaga-lembaga yang bergerak dalam issu lingkungan makin banyak. Bahkan perusahaan punya divisi khusus bernama CSR (bentuk tanggungjawab sosial dan lingkungannya). Jadi pekerja hijau semakin terbuka saat ini. 

Kita tentu semangat dengan kerja-kerja local kita berdampak pada skop global. Jika upaya tanam pohon, perawatan pohon, penggunaan pupuk organik, pengembangan biogas energi ramah, mendidik petani , bekerjasama dengan pemerintah kita lakukan secara konsisten, maka dampak jangka panjangya adalah bumi lestari, manusia sejahtera dan masa depan kita akan berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun