"Kaulah  duluan yang rawat Mamak" Â
Letak duduk agak memiring. Suami Mak Nanta punya penyakit wasir. Sudah dideritanya sepuluh tahun lalu.
"Kau yang punya Mamak. "
"Kok aku yang sendiri yang ngurus." Sangat ketus.
"Soalnya sayang. Dua minggu ini lumayan dapat duit."
"Buat biaya sakit dan kebutuhan lain."Â
Mak Nanta merepet-repet. Sedikit emosi. Tentu bukan karena uang. Tapi karena suaminya cukup malas jika diajak  menjenguk ibunya yang lagi sakit. Dia heran bertahun-tahun mencari uang. Untuk siapa. Bahkan saat mertua sudah sakit parah masih sibuk cari uang.
Walau tidak kaya raya, Mak Nanta merasa cukup kebutuhan mereka. Suaminya seorang pekerja keras. Dia juga membantu mencari penghasilan. Dan rasanya sejauh ini semua kebutuhan harian, bahkan tabungan masih cukup.
DI Desember ini hanya satu rencana. Menjenguk mertuanya yang sudah sepuh. Bahkan saat ini sedang dirawat di rumah sakit swasta .
Mak Nanta ingin memberi waktu-waktu kritis seperti ini untuk merawat ibu dari suaminya. Â Memberi waktu menjaga, memberi makan dan mengganti pampersnya. Selama ini keluarga mereka hanya mengirimkan kebutuhan sang ibu dalam bentuk uang.
Menurut orang-orang mengirim bentuk uang sudah dari cukup. Dalam jumlah belasan juta setahun adalah sangat besar. Bagi perempuan separuh baya ini tidak cukup.