Mohon tunggu...
Berliana Siregar
Berliana Siregar Mohon Tunggu... Penulis - Daulat Hati, tubuh dan Rasa

Do your job Pikirkan hal-hal ringan @@##Kreatiflah@!!!

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

10 Dilematika Perempuan untuk Sebuah Pernikahan Ideal?

30 Agustus 2016   14:45 Diperbarui: 30 Agustus 2016   15:04 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

7. Ratu dan Raja, Pangeran dan Putri, My Darling, My Honey??Akankah abadi??

Raja sehari, ratu sehari. PAsangan tertampan, perempuan tercantik. Dengan busana paling mewah diantara tamu. Usia sudah ideal untuk menikah, memiliki pekerjaan yang mapan. Keluarga yang berpendidikan. Bobot, bibit dan bebet jelas. Tapi akhirnya kita akan kembali ke dunia nyata. Menjadi manusia dengan problematika dan dilematikanya. Kecantikan tidak akan abadi. Ketampanan bisa hilang seketika. Perselingkuhan dapat terjadi kapan saja. Apa yang bagi orang sudah sempurna bagi kita belum tentu. Karenanya untuk sebuah pernikahan ideal, kita harus lebih realistis.

Jangan menganggap pernikahan itu seperti sebuah istana yang akan diisi oleh belaian, ucapan kasih sayang, hadiah-hadiah, pujian. Ujian akan datang. Anak-anak akan lahir. Tanggung jawab bertambah. My darling bisa saja hanya 6 bulan, 1 tahun, 5 tahun.Kemudian diisi oleh pertengkaran, perselisihan, salah paham, saling menyakiti. Karenanya berpikiran lebih logis dan realistic. Perlu memang diisi oleh ruang-ruang romantisme. Tapi sisi peran tanggung jawab harus lebih besar. Jangan bermesraan saja, rumah berantakan.Seimbangkan kebutuhan psikologis dengan fisik. Bagaimana misalnya menyajikan makanan sehat dan lezat di rumah dengan dibumbui oleh cumbuan suami. Fantastis!!

8. Asam di Gunung , Ikan di Laut ketemu di Belanga ……Rasanya enak dong!!

Bagi pasangan jaman sekarang, khususnya bagi yag ingin sebuah konsep pernikahan yang ideal. Pernikahan sebagaimana kata orang bijak adalah menyatukan utara selatan, timur barat, asam di gunung dan ikan di laut. Dan pada akhirnya akan menjadi satu hidangan yang lezat.

Artinya sebuah pernikahan yang berbeda dan latarbelakang beragam dibumbui proses jatuh bangun, cemburu, marah, berantam akan menjadi bumbu penyedap bagi sebuah pernikahan. Karenanya bagi pasangan yang hendak menikah jangan khawatir dengan perbedaan yang terlalu besar. Perbedaan itu malah membuat rasa pernikahan kita akan tajam rasanya. Jangan selalu membandingkan pernikahan kita dengan pernikahan orang lain yang lebih homogen. Dengan pernikahan maka adat, budaya, karakter, hingga prilaku campur aduk jadi satu. Berantam itu sah-sah saja. Jangan tiap berantam langsung bilang cerai.Kehidupan yang lebih berwarna akan membuat kita lebih bijak menyikapi hidup.

9. Hubungan Orangtua Menjadi Cerminan Hidup….Mari lihat cermin masing-masing

Sudah punya konsepkah kita dengan keluarga yang hendak kita bangun.Mari kita bercermin dengan orangtua masing-masing. Menurut kita bagus, tirulah! Jika menurut kita tidak bagus jangan ditiru. Saya punya adik ipar yang persis meniru ibunya. DIa memperlakukan suaminya seperti ibunya memperlakukan ayahnya. Tidak menghormati. Berkata kasar.Memaki-maki. Tanpa sadar prilaku ibunya ditirunya habis-habisan. Sebagai calon istri, kita harus mulai koreksi, bagaimana kelak kita memperlakukan suami kita. Tentu ini sebuah dilematika kesembilan. Jika bagus hubungan ibu kita dengan ayah kita tidak masalah. Tetapi bagaimana jika tidak. Karenanya perlu melihat cermin diri. Jika salah kita rubah, yang baik kita teruskan!!

10. Yang paling Nikmat itu adalah prosesnya…Ujungnya kita nggak tau!

Apapun dilematika itu, yang pasti sebuah pernikahan jika dipandang indah akan indah. Ideal tentu tergantung konsep kita 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun