Mohon tunggu...
Berliana Siregar
Berliana Siregar Mohon Tunggu... Penulis - Daulat Hati, tubuh dan Rasa

Do your job Pikirkan hal-hal ringan @@##Kreatiflah@!!!

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

10 Dilematika Perempuan untuk Sebuah Pernikahan Ideal?

30 Agustus 2016   14:45 Diperbarui: 30 Agustus 2016   15:04 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Tinggal di Pondok Mertua Indah (PMI) atau Mencari Rumah Impian (MRI)?

Hidup kita dipengaruhi oleh jaman yang terus berubah. Terutama pasangan yang hendak menikah di 4 tahun ke depan. Keputusan apakah akan tinggal di PMI atau MRI? PMI akan lebih luas dengan ruang-ruang yang banyak. MRI hanya berukuran kecil. Tergantung konsep hidup kita . Sambil merawat orangtua sekaligus memanfaatkan rumah besar. Atau mandiri dengan rumah tipe sekarang yang hanya 6x6 mtr, 7 x 10 mtr atau lebih luas sedikit. Dilematika ini harus dipikirkan matang-matang. Solusinya: Di PMI dulu lalu menabung 5-10 tahun untuk MRI

2. Mitos-Mitos Tradisional dan Gaya Hidup Modern??

Gaya hidup keluarga apa yang anda pilih? Kita memang hidup diantara dua gelombang besar hidup. Di satu sisi soal mitos bertebaran bahwa perempuan itu lemah, jika sudah menikah harus meninggalkan pekerjaan,jadi istri harus melayani suami, memakaikan kaus kaki suami???Hari ini?Tapi beberapa pemahaman naïf soal jenis kelamin,

kesetaraan laki-laki dan perempuan yang sudah lebih setara masih simpang siur. Kota dan desa belum menjamin calon suami anda sudahberpandangan maju dan teredukasi soal bagaimana menempatkan istri. Saya punya cerita bahwa seorang laki-laki yang lahir dan besar di kota Medan berpandangan naïf bahwa perempuan tidak boleh keluar malam. Sangat protektif terhadap istri, mencek dimana posisi istri, sms dengan siapa saja.

Artinya kita harus menjadi perempuan yang memahami bahwa mungkin kita akan menemukan suami yang seperti itu. Beruntung jika suami yang kita dapatkan sudah memperlakukan kita lebih baik dengan bentuk lebih menghargai kita, member ruang bagi kita untuk berekspresi, mendukung karir atau cita-cita kita.

Bagaimana jika seandaainya kita mendapat yang sebaliknya??Yang masih hidup di dunia mitos. Di satu sisi kita sudah menikmati kebebasan dalam berekspresi misalnya memilih karir yang bagi kita sudah merupakan passion kita. Tapi pasangan kita menganggapnya tidak tepat. Nah..padu padan antara konsep tradisional yang mengakar dengan gaya hidup modern kita. Mungkin selama ini kita sering pulang malam. Kurangilah, paling tidak berpikiran positip bahwa dengan pulang lebih cepat ke rumah akan member istirahat yang cukup bagi tubuh kita.

3. Full Mommy atau Working Mommy

Menikah, hamil, punya anak. Itu adalah bagian dari Mau jadi full mommy (sebagai ibu di rumah 24 jam) atau working mom. DIlematika ini benar-benar harus dipertimbangkan baik-baik. Memikirkan karir atau full mommy memang harus menjadi ibu yang total berada 24 jam di rumah.

Dilematika ini merupakan sebuah “virus” yang jika tidak dipahami dengan baik sering menjadi pemicu keresahan pada sebuah pernikahan. Tidak mudah bagi pasangan untuk memutuskan apakah setelah menikah si istri akan bekerja atau tidak? Perlu komunikasi yang terus-menerus. Jangan saling menyalahkan. Analisa dampak negative atau buruk sebelum memutuskan resign atau memutuskan bekerja kembali. Tentu dengan hati-hati dan analisa mendalam.

4.Keluarga Cemara atau keluarga middle class ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun