Mohon tunggu...
Abdul Hakim Siregar
Abdul Hakim Siregar Mohon Tunggu... Guru - guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berdamai dengan Corona dan Artikel yang Ditolak Kompas

8 Mei 2020   15:48 Diperbarui: 12 Mei 2020   18:50 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hormat kami,
Desk Opini Kompas

Tetapi dengan adanya pidato Pak Presiden Jokowi yang dipetik dari KompasTV, saya merasa ada tempat ide dan waktu menayangkan kembali tulisan ini di Kompasiana, adik kandung Kompas?Ahai! 

Biarpun pidato Pak Jokowi bukan seperti maksud saya dalam artikel ini. Namun, karena ada persamaan kata berdamai dengan corona, saya rasa tidak ada salahnya ditayangkan di sini. Hal ini bukan untuk menganggap sepele corona, tetapi kata damai menunjukkan: kerendahan hati menghadapi corona. Itu maksud dan inti artikel ini. 

Inilah dia isi artikel saya Berdamai dengan Corona?

Istilah "Perang terhadap Corona, Perangi Corona, Melawan Corona atau sejenisnya?" Seolah menunjukkan kedigdayaan kita atau negara dengan kekuatan militer menghadapi virus corona (virus COVID-19). Padahal, kalau kita mau jujur dengan kehebatan militer seteknologi dan secanggih apapun, setidaknya kini, sulit menggempur corona. 

Dalam perang militer, jelas tampak musuh yang harus diserang, sedangkan kasus corona, virus ini menyebar ke orang terdekat kita, bahkan keluarga kita. Sampai kita sukar mendeteksi siapa yang sudah terjangkiti atau belum? Pada perang militer, senjata, alat berat militer, dan teknologi militer terbaru berdaya guna membunuh lawan, sedangkan "perang corona" mustahil rasanya membunuh orang kena corona.

Di samping kita menggunakan istilah yang tegas atau keras, seperti "perangi corona?" Alangkah lebih baiknya kalau juga kita pakai bahasa yang lebih halus (soft) terhadap corona, misalnya: Berdamai dengan Corona. Yakni mengakui dengan tulus dan terbuka memang corona ada di sekitar kita. Lalu, dengan istilah berdamai dengan corona ini, kita berupaya maksimal sesuai dengan usaha maksimal kemanusiaan berupa ilmu pengetahuan disertai sikap rendah hati. Pada saat yang bersamaan berserah diri, bertawakal kepada Tuhan.  

Memang istilah berdamai dengan corona mirip saja dengan perang corona, ketika kita tidak begitu jelas dengan makhluk atau virus yang kita ajak lawan tanding atau damai. Tetapi, setidaknya, berdamai dengan corona lebih menunjukkan kewaspadaan yang dibarengi dengan rendah hati daripada tindakan perang yang umumnya berbaur sedikit kesombongan disertai kecemasan tewas?

Maka, berdamai dengan corona maksudnya ketika kita mau mengakui dan mau menyadari corona kini ada di sekitar kita atau bahkan menyelinap sebagaimana aliran darah dalam diri kita. 

Sekaligus pada saat yang bersamaan kita berendah hati, mengakui benar adanya, lalu berupaya serius mencegah atau mengobatinya sesuai dengan ilmu kedokteran atau kesehatan dan berbagai aspek ilmu yang mengombinasikannya. 

Serta juga bertawakal kepada Tuhan atas segala upaya serius kita. Berdamai dengan corona mengawali pencegahan dan pengobatan corona dengan tawaduk dan tawakal, berupa ikhtiyar kemanusiaan maksimal sekaligus tawakal total kepada Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun