Mohon tunggu...
Abdul Hakim Siregar
Abdul Hakim Siregar Mohon Tunggu... Guru - guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa Kata Agamawan dan Ilmuwan tentang Manusia Bani Adam dan Turunan Kera?

30 April 2020   11:56 Diperbarui: 30 April 2020   12:07 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sumber Foto by FuzzyBrush

Agamawan 

Banyak pandangan terkait dengan manusia. Agamawan secara universal berkeyakinan manusia berasal dari Adam dan istrinya, yang disebut bani Adam (keturunan Adam dan istrinya). 

Memang tampak patriarkis? Tetapi jangan khilaf juga, misalnya, ada Isa Ibn Maryam, matriarkis, bukan? Artinya, janganlah selalu dipertengkan kualitas dan kehidupan ini berdasarkan gender atau jenis kelamin? Hidup ini bukan hanya Freudian yang seakan mengkonflikkan pria-wanita berlebihan?

Dalam pandangan agamawan, manusia memiliki potensi baik dan buruk. Ada pandangan yang menekankan potensi baik manusia, sebagaimana juga sebaliknya ada pendapat yang mengedepankan potensi buruk manusia?

Biasanya kalau terjadi dua pertentangan yang kontras, lahirlah bentuk ketiganya, gabungan pendapat pertama dan kedua. Orang dapat saja menyebutnya kombinasa, konvergensi, integrasi, dan sebagainya. Tapi, intinya berupa menyatukan dan mendamaikan kubu yang prokontra. Semacam hukum keseimbangan.

Meskipun demikian, dalam pandangan di atas manusia dianggap suci, jangan dijamah? Kecuali, oleh orang khusus, agamawan, misalnya, dianggap paling otoritas berbicara ihwal manusia.

Sampai ada anggapan kalau orang kena penyakit menular, dianggap karena perbuatan "dosa?" Padahal, si tokoh agamawan pun "kadang" melakukan dosa juga?

Artinya, di tangan oknum agamawan yang berlebihan bahwa nasib manusia berada dalam otoritasnya. Tapi, kadang dibacakan sabda Tuhan untuk mendukung persepsinya?

Sikap berlebihan yang dikumandangkan oknum agamawan yang berlebihan membuat agama seperti kehilangan daya ungkitnya?

Ilmuwan

Maka pada saat yang berlainan dan berseberangan, muncullah tokoh ilmuwan. Misalnya, Charles Robert Darwin (1809-1882) yang secara biologis evolusioner menyamakan manusia setara hewan atau binatang: kera? Berupa perjuangan seleksi alam: hidup atau punah? Sebaya dengan Darwin, Karl Marx (1818-1883) secara sosiologis, sosialis hingga ekonomis, manusia itu tak lebih sebagai perjuangan bahkan pertentangan kelas: borjuis versus ploretariat, buruh miskin?

Menyusul Darwin dan Karl Marx, psikolog Sigismund Schlomo Freud (1856-1939) yang menyimpulkan motif dasar manusia adalah seksualitas?

Baik biolog Darwin, sosiolog Marx, maupun psikolog Freud berpandangan bahwa manusia setingkat "hewan" sehingga secara ilmiah manusia dikaji layaknya binatang? Kalau boleh disebut itulah salah satu sumbangsih terbesar tiga ilmuwan itu, manusia dipandang dari sisi yang lebih alamiah, hewaniah, dan sisi negativisme? Manusia menjadi berubah dan dapat diubah lewat rekayasa biologis, sosiologis, ekonomis, geografis, psikologis, dan sisi lainnya?

Kini dengan kajian tiga tokoh itu, tentu banyak tokoh ilmuwan lain, memengaruhi cara pandang secara invidu, sosial, politik, ekonomi, dan segi lain. Sehingga kalau Anda menjadi pengamat politik misalnya yang bicara di TV, Anda harus mengatakan setiap permasalahan invidu atau social, hal itu bersifat sosial, politik, dan ekonomis. Dan kalau Anda oposan pemerintah, katakanlah itu sekedar pencitraan, tidak ada namanya "motif tulus?" Ujar Sigmund  Freud. Kecuali, hanya sublimasi, resistensi, dan agresivitas tersembunyi?

Jadi, secara sosial-ekonomis, latar belakang dunia hiburan dan perfilman, semisal superman, batman, ironman, spiderman, antman, ipman, manusia serigala, manusia harimau, dan manusia iblis? Semua itu kata Darwin alamiah saja, perjuangan hidup atau mati, persaingan kelas ekonomi, ujar Karl Marx, dan motif seksualitas belaka ungkap Freud?

Kita

Umumnya kita berada dalam salah satu pandangan itu, sebagai orang yang berlatar belakang pendidikan agama. Biasanya meyakini perspektif agama. Sebaliknya, seorang yang dibesarkan dengan latar belakang pendidikan ilmiah, sains, dan kurang menaruh minat agama. Maka cara pandangnya cenderung pola ilmuwan.

Tapi, kita di Indonesia berupaya memadukan cara pandang agamawan dan ilmuwan di atas. Meski demikian, tetap ada saja orang Indonesia yang ngotot pada satu versi saja: agamawan atau ilmuwan saja?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun