Mohon tunggu...
Abdul Hakim Siregar
Abdul Hakim Siregar Mohon Tunggu... Guru - guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Seni Berdamai dengan Diri Sendiri, Orang Lain, dan Penyakit

24 April 2017   13:24 Diperbarui: 25 April 2017   05:00 1414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Anang dan Ashanty menjenguk Jupe. (Instagram/Ashanty) dikutip dari POJOKSUMUT.com

Tapi, ada saja orang yang hanya bisa mencintai orang lain. Namun, tak bisa mencintai dirinya sendiri. Sebaliknya, ada orang yang hanya mencintai dirinya sendiri. Tanpa pernah beranjak mencintai orang lain.

Idealnya perdamaian cinta: Bisa mencintai dan dicintai atau sebaliknya dicintai dan mencintai.

Selanjutnya, berdamai dengan milik pribadi dan pekerjaan. Saya menatap kenderaan saya persis dengan kondisi jiwa saya. Sebagian orang memiliki kenderaan sepeda motor atau mobil, tanpa dirawat. Jok sepeda motor atau mobil, lampu, dan asesoris lainnya sudah pada sobek dan mati. Kira-kira begitulah gambaran pemiliknya? Bahkan, kalau Anda tak memerhatikan kaus kaki Anda sobek. Sepertinya, jiwa Anda sedang tercabik?

Jadi, kita perlu berdamai dengan milik pribadi dan pekerjaan dengan jalan bersyukur secara berkelimpahan. Merawat, mencuci, dan memperbaiki bagian yang rusaknya.

Terakhir, perlunya berdamai dengan penyakit. 

Ada orang yang terus-menerus berjuang melawan penyakitnya. Dengan berobat ke mana-mana, menghabiskan segala uang dan hartanya demi melawan penyakitnya. Ya. Itu pilihan hidup Anda. Aku tak bermaksud melarang Anda berobat. Silakan saja!

Tapi sungguh penyakit pun dapat diterima sebagaimana layaknya tamu terhormat. Biarkanlah dulu dia bersemayam di dalam diri. Mungkin, ia hanya singgah saja. Sehari, sepekan, sebulan, setahun, dan seterusnya. Berusaha keras, berlebihan mengusir tamu sepertinya menandakan kurang tanda hormat.

Ada banyak penyakit tidak bisa dilawan dokter dan obat-obatan. Tapi, cukuplah berdamai dengannya. Berkawan padanya. Berkongsi padanya. Katakan, hei kawan! Mari kita bersahabat. Salah satu yang lebih baik dilakukan dalam menghadapi penyakit kronis ialah dengan semakin berderma atau dermawan. Banyak menyumbangkan harta atau sumbangsih lainnya terhadap kepentingan umum.

Aku belajar demikian dari guru pesantren yang sangat bijak dan pasrah dengan penyakit. Kebalikannya, banyak saya temukan orang kota yang selalu berusaha keras melawan penyakit mereka secara berlebihan. Tanpa pernah sedikitpun mengajak penyakit berdamai dengan jalan besedekah dan berderma kepada kepentingan umum dibanding sekedar membeli resep dokter?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun