Pilkada DKI merupakan pertarungan politik yang melibatkan tiga nama berabjad "A" yaitu Agus Harimurti Yudhoyono, Ahok (Basuki Tjahaja Purnama), dan Anies Rasyid Baswedan.Â
Jika dulu banyak pengamat dan survei menjagokan Ahok dibanding penantang lain, seperti Uno dan Yusril. Kini sebaliknya, banyak pengamat dan survior bimbang siapa bakal pemenang Pilkada DKI. Pasalnya, Agus dan Anies kurang diperhitungkan sebelumnya sebagai lawan tanding Ahok.
Malahan, sebagian rekan wartawan atau jurnalis lebih jelas pro-siapa dia dalam menulis pemberitaan Pilkada DKI. Misalnya, jika mengurutkan calon Guabernur DKI, yang pertama Ahok, Agus, dan Anies. Urutan itu masih terlihat independen berdasarkan urutan pertama calon mendaftar ke KPUD DKI Jakarta.
Lalu, bagaimana kalau menyebut calon, dimulai dari Anies, Agus, dan Ahok? Sepertinya, dia pendukung Anies? Memang sih masih bisa dibilang urutan logisnya dari angka terakhir; Anies, Agus, dan Ahok.
Tapi, kali ini di tengah para pengamat yang bimbang, survey yang belum nekat menyurvei, oknum wartawan yang pro-kontra, dan bahkan tukang ramal, bungkam? Jadi, marilah, kita isi kekosongan prediaksi itu dengan cara pandang "Guru" sekolah. Sebagai guru dalam mengabsen para siswa, sudah umum dimulai dengan Alfabet.
Oleh karena itu, mau tidak mau, suka atau tidak suka, rela atau tidak rela, setuju atau terpaksa, sedia atau sedih, gembira atau marah. Maka dapat disimpulkan secara Alfabet atau Abjad: Agus Harimurti Yudhoyono adalah nama pertama yang perlu disebut atau dipanggil sebagai "pemenang" Pilkada DKI mendatang.
Meskipun nanti, setelah pencabutan nomor di KPUD, urutan A3 (Agus, Ahok, dan Anies) bisa berubah atau tetap. Namun, sebelum semua itu terjadi, saya ingin sedikit menilai tiga A secara Alfabet.
1. Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni
Beberapa pengamat yang agak sinis menganggap pencalonan Agus terlalu dini. Apalagi ia sangat berprestasi secara militer dan akademik. Seraya menghubungkan Agus dengan "tidak berpengalaman" secara politik. Itulah kadang kalau mau jadi pengamat carilah cara pandang paling "negatif" terhadap orang lain yang hendak diamati.
Sebagai guru, cara pandang kita memberi nilai dari bagusnya, bukan buruknya. Saya, memberi nilai positif dan tertinggi pada Agus dan Syilvi. Paling tidak dengan dua alasan indikator: (1) Agus secara militer dan akademik sangat berprestasi. Banyak orang berhasil hanya satu sisi; sebagian hanya berhasil secara militer dan tidak secara akademik.
Sebaliknya, ada orang berhasil secara akemik, bukan militer. Jadi, kombinasi militer serta sipil dalam diri Agus saja sudah lebih dari cukup sekadar memimpin DKI Jakarta. Apalagi indikator kedua menempatkan pasangan ini pada nomor satu, karena Agus didampingi, Prof. Dr. Hj. Sylviana Murni, S.H., M.Si secara akademik, birokratis, dan genderis, dan feminis. Reputasinya sangat terandalkan.Â
Jadi, menurut saya Agus dan Syilviana bukanlah pasangan amatiran, apalagi sekadar "uji coba" politik. Melainkan, pasangan penuh pertimbangan untuk dimenangkan.
2. Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) dan Djarot Saiful Hidayat
3. Anies Baswedan-Sandiaga Uno
Terlepas dari itu, Pak Anies-Uno diposisikan kontra Pak Ahok dalam karakter kepemimpinan. Atau anti-tesa Pak Ahok. Jika Ahok agak blak-blakan sekalipun sipil, maka Pak Anies terkesan kalem dan santun.
Di balik itu semua, banyak orang masih mengidolakan Anies, terutama terlihat ketika ia dicopot dari Mendikbud, banyak orang yang tangis pada Anies. Jika saja, peran kontra, bahkan seakan "terzalimi" itu dapat dibangun tim Anies. Maka, bisa jadi empati dan simpati masyarakat mendukung ini.
Begitulah sedikit penilaian saya terhadap pertarungan "Tiga A" menuju A1 DKI. Karena, saya bukan bagian dari orang Jakarta yang dapat menggunakan hak suara di TPS Pemungutan Suara. Cukuplah di Kompasiana ini beropini, aku mengompas, siapa pemilih siapa? Hemhem.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI