Mohon tunggu...
sipipitkecil
sipipitkecil Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terlalu Banyak Kebetulan di Kasus Kopi Racun

13 Agustus 2016   14:03 Diperbarui: 13 Agustus 2016   14:08 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seru mengikuti kisah nyata misteri ini, seperti membaca cerita bersambung yang membuat kita tidak sabar ingin segera melihat endingnya. Apalagi ditambah diskusi dengan kawan-kawan yang mengikuti kisah ini, saling tidak sependapat tentang apakah si tersangka bersalah atau ada orang lain, menjadi bahan bincang-bincang yang seru dan panas, dengan masing-masing logika dan pemikiran. Di kelompok whatsapp group teman main saja terbagi 2 kubu, 1 kubu yakin si tersangka memang pembunuhnya, di 1 kubu lagi, mati-matian membela si tersangka, dengan logika berpikir masing-masing. Kalau kisah ini difilmkan dengan skenario dan penggarapan yang baik, pasti sangat menarik.

Walaupun kasus ini masih dalam persidangan yang alot, dan kita belum bisa melihat ending cerita ini, namun ada beberapa fakta yang bagaikan potongan permainan ‘puzzle’ yang bisa kita rangkai menjadi samar-samar sebuah gambar, meskipun ada beberapa kepingan puzzle yang hilang entah kemana.

Fakta

1. Ada reuni kecil beberapa orang yang saling mengenal di cafe ‘X’

2. Salah satunya meninggal setelah minum kopi di cafe ‘X’

3. Orang tersebut meninggal karena racun di kopi

4. Ada seseorang yang menaruh racun di kopi tersebut

5. Orang yang menaruh racun ada di lokasi kejadian (terlepas dari apapun motifnya, apakah masalah pribadi, atau disuruh orang lain, yang jelas yang melakukan tersebut pasti harus ada di lokasi)

6. Kopi berbeda warnanya antara pas di antar, setelah diminum, dan perbandingan dengan kopi yang di meja lain (data ahli forensik IT)

Kebetulan

1. Kebetulan tersangka datang lebih cepat dari janji bertemu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun