Hari-hari ini hampir setiap media ‘ribut’ dan berspekulasi soal siapa yang akan diusung partai berlambang banteng ini di pilkada DKI nanti. Mengutip komentar sana sini, pendapat ahli, setiap pergerakan politik langsung dianalisa, termasuk mencomot potongan kalimat yang diucapkan tokoh-tokoh yang sedang menjadi sorotan dan menggorengnya menjadi berita panas dan garing, kalau perlu ditambah bumbu sana sini, agar renyah dan krispi sajian berita di mata publik. Saya termasuk yang tergoda menyantap hidangan-hidangan berita itu, setelah dicerna dengan bantuan enzim logika, perasaan, insting dan sedikit pengalaman pribadi, hasilnya tulisan ini ;)
Megawati Sang Induk Betina Banteng dan Kekaisarannya
Tidak dibangun dengan mudah. Kita semua tahu bagaimana perjuangan dan ketidakadilan di masa regim orde baru terhadapnya, namun mungkin darah seorang proklamator dan Bapak bangsa yang mengalir di tubuh sang induk betina banteng, membuatnya bertahan. Dan angin segar setelah regim lama tumbang, juga membantunya mengembangkan kekuasaan dan wilayahnya mencapai posisi seperti sekarang, dimana hari-hari ini hampir semua partai mengharapkan dapat bergandengan tangan dengannya.
Sang Induk Betina Banteng Yang Piawai Mencari Banteng Terbaik
Salah satu kelebihan partai ini adalah pintar menjaring dan mendukung pemimpin-pemimpin yang bagus untuk menjadi kepala daerah, bahkan salah satunya adalah kepala negara kita. Ini juga menjadi salah satu sebab sang banteng mendapat porsi yang cukup lumayan dari kue suara di pemilu.
Selain itu, kader-kadernya juga terkenal sangat setia dan ‘nurut’ kepada titah sang induk. Rata-rata orang-orangnya pun menurut penulis terlihat cukup baik dan tidak terlihat culas dan licik seperti orang-orang di beberapa partai tertentu. Itulah sebabnya, walaupun hampir tidak mengenal seluk beluk partai ini, penulis hampir selalu menusuk kepala banteng ini di beberapa kali pemilu, hanya pernah 2 x berganti menusuk yang lain, gara-gara terpesona dengan tampang kebapakan dan suara yang meneduhkan dari penguasa yang dulu. Namun kembali menusuk kepala banteng, setelah sang induk banteng mendukung pemimpin berwajah ndeso yang keliatan jujur dan berhati bersih. (Mungkin penulis mengwakili sebagian besar rakyat).
Kerajaan Lain Mengamati Dan Mencari Strategi & Siasat Terbaik
Semua melihat yang memiliki wilayah terluas (suara terbanyak di pemilu), apalagi pemerintahan pusat juga dipegang oleh orang-orang dari kekaisaran banteng ini. Mereka berkata dalam hati “ bagaimana merebut kekuasaannya atau paling tidak beberapa wilayahnya ...”
Berbagai siasat dan strategi dilakukan, termasuk membentuk berbagai aliansi untuk saling memperkuat diri memenangkan pertempuran. Nah pertempuran pertama yang paling diincar adalah pilkada DKI ini. Karena ini adalah benteng pertama pertahanan.
Ahok Adalah Benteng Yang Bukan Banteng
Si Gubernur Ahok, sang raja kecil di wilayah yang sangat strategis, bagaikan seorang pendekar yang pedangnya siap menebas orang-orang yang bermata hijau yang bermain mata dan tangan untuk menumpuk pundi-pundi emasnya. Dia yang juga sangat cepat bergerak dan membentuk pasukan yang juga bergerak cepat membersihkan, menata, dan membangun wilayahnya, yang semakin hari terasa semakin berbeda. Banyak orang yang membencinya, sakit hati padanya karena sulit menimbun pundi-pundi emas yang merugikan rakyat dan penguasa sejak dia menjadi raja di sana, termakan ucapannya yang pedas tanpa pandang bulu, iri hati atau semata tidak mampu mengikuti gaya dan kecepatan kerjanya. Musuh berusaha menjatuhkannya dengan segala cara dan bermacam jurus, namun tak juga bisa kalahkan jurus sang gubernur. Beruntunglah, banyak juga yang menaruh hormat, kagum, dan terinspirasi olehnya.
Dia bagaimanapun adalah salah satu orang yang dekat dan dipercaya sang induk banteng. Walaupun dia sendiri bukan seorang banteng, namun wilayah kekuasaanya adalah benteng strategis yang diincar musuh. Jika benteng ini jatuh ke tangan orang lain, kerajaan lain akan lebih mudah merebut kekuasaan sang induk banteng.
Tunduk Kepada Sang Banteng Atau Jatuh Cinta Dengan sang Walikota ?
Kelompok yang menentang sang gubernur mengapa begitu mengharap dan terkesan memohon kepada sang induk banteng agar menghadirkan sang walikota ke ring pertempuran ?
- Karena mereka sadar di antara mereka, tidak ada yang dapat menandingi sang gubernur. Harapan terbesar (mungkin satu-satunya) adalah sang walikota, orang banteng. Mereka berpikir harapan menang besar, jika bersama-sama mengeroyok sang gubernur.
- Mereka berpikir jika sang walikota yang menang, akan lebih mudah ‘diurus’ wilayah/benteng strategis tersebut, karena meskipun sang walikota juga terkenal hebat mengurus wilayahnya, tapi dia seorang yang berhati lebih lembut, perempuan dan belum punya pengalaman menjinakkan keganasan serigala-serigala di dewan, plus dia bisa menurut ke titah sang induk banteng.
- Mungkin mengincar wilayah yang ditinggalkan sang walikota.
- Mungkin strategi yang tepat untuk ‘melemahkan’ kekuasaan sang banteng, dengan mengadukan orang banteng melawan orang sendiri.
- Jika sang gubernur jatuh, benteng pertahanan akan lebih mudah diterobos, target berikut adalah mahkota terbesar kekaisaran.
Kawan Atau Musuh Dalam Selimut ?
Salah satu kelompok yang getor agar bisa bergandengan tangan dengan sang induk banteng, untuk menurunkan sang walikota berduel dengan sang gubernur, anehnya dulu adalah penentang habis-habisan sang induk betina banteng itu sendiri ! memang dalam dunia politik katanya tidak ada kawan atau musuh abadi. Tapi jangan salah pilih kawan, yang ternyata musuh dalam selimut.
Kalau ditelusuri lebih jauh, kelompok tersebut yang mencoba mengetes publik dengan berita pendekar baru dengan jurus kepret akan bertanding melawan sang gubernur. Ketika reaksi rakyat adem ayem saja, mulailah mereka memakai simpatisannya untuk menjadi kelompok relawan, yang seolah mengwakili rakyat banyak, memohon sang walikota agar mau berduel dengan sang gubernur. Mereka juga yang mula-mula menghembuskan isu tentang tenaga kerja asing, dengan data-data yang tidak jelas, yang ujung-ujungnya mengharap bisa menggoyang pemerintah ataupun mempengaruhi sentimen terhadap sang gubernur. Berbagai siasat dan strategi diluncukan tidak perduli jika harus menjilat ludah sendiri, yang penting tujuan akhir tercapai.
3 Skenario Dan Siapa Yang Diuntungkan ?
Hari-hari ini semua menanti titah sang ratu, induk banteng, apa keputusannya ? Keputusan yang maha penting, yang akan sangat mempengaruhi populasi banteng-banteng ke depan, apakah akan semakin banyak dan wilayah semakin luas atau sebaliknya memberi kesempatan kepada kerajaan lain untuk berkembang dan membuat populasi mereka semakin berkembang. Jika salah mengambil keputusan, suatu hari bisa-bisa benteng-benteng semakin sedikit, dan pohon-pohon beringin semakin subur tumbuh dimana-mana.
Skenario Ke-1
Titah sang induk banteng : sang walikota bertanding dan menang !
Siapa yang senang ?
- Semua kelompok yang mendukung sang wallikota untuk bertanding
- Kelompok yang menginginkan wilayah sang walikota
- Sang induk banteng dan sebagian besar banteng
- Sang walikota dan yang memilihnya
Siapa yang untung ?
- Kelompok pembenci sang gubernur
- Kelompok yang mengincar mahkota pemerintahan pusat
- Kelompok pembenci sang walikota di wilayahnya
- Kelompok pendukung yang menang akan kecipratan suara-suara dari rakyat yang mendukung sang walikota.
- Kelompok pendukung sang gubernur akan keciplatan suara-suara rakyat yang pro sang gubernur (rakyat yang tadinya memilih banteng dan pro gubernur, akan mengalihkan suaranya ke kelompok pendukung gubernur).
Skenario Ke-2
Titah sang induk banteng : sang walikota bertanding dan kalah !
Siapa yang senang ?
- Semua kelompok pendukung sang gubernur
- Sang gubernur dan yang memilihnya
Siapa yang untung ?
- Kelompok pendukung gubernur
Skenario Ke-3
Sang induk banteng mengeluarkan titah agar semua banteng mendukung sang gubernur
99 % gubernur akan menang, dan tetap menjadi gubernur yang menebas koruptor dengan pedangnya, menjaga benteng tetap kuat dan wilayahnya semakin indah, tertata dan maju seperti kota-kota di negara lain. Diharapkan ucapannya tidak sepedas dan sekasar dulu, karena beban pekerjaannya sudah sedikit berkurang :)
Siapa yang senang ?
- Sang induk banteng dan sebagian besar banteng-bantengnya
- Kelompok yang ikut mendukung gubernur
- Sang gubernur dan yang memilihnya
- Sang kepala negara
- Sang walikota dan rakyat di wilayahnya
Siapa yang untung ?
- Semua pihak, kecualikelompok pembenci sang gubernur, kelompok pembenci sang induk banteng dan bantengnya yang perkasa, kerajaan lain yang mengincar mahkota lebih tinggi.
Lihat Ke Depan
Jika asumsi sang walikota berduel dengan sang gubernur, siapapun yang menang, hasil akhirnya akan tipis .. anggap 51 : 49 , sang banteng tetap akan rugi, karena suara pemilihnya akan digerogoti oleh partai lain.
Skenario no.1 dan 2 tetap tidak menguntungkan, dimana banteng akan kehilangan banyak suara, yang lari ke partai pendukung pertahana, wilayah sang walikota juga terancam hilang diambil, serta komunikasi dan hubungan dengan pemerintah pusat, yang selama ini identik dengan banteng, akan terganggu. Semua itu akan mempengaruhi kaderisasi, simpatisan orang-orang muda calon banteng di masa depan. Sementara kerajaan lain mulai mendekatkan diri karena melihat peluang besar di masa depan, banteng yang selama ini sudah identik dengan pemimpin pemerintahan, sebaiknya tidak malah menjauhkan diri, karena posisinya menjadi incaran raja-raja lain.
Bagaimana keputusan sang induk banteng dan masa depan banteng, waktu yang akan menjawabnya. Semoga sang induk piawai memainkan permainan ini.
Salam Merdeka
Agustus 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H