Mohon tunggu...
Si Penjelajah Dunia
Si Penjelajah Dunia Mohon Tunggu... Wiraswasta - Regional Manager

Saya alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, pada tahun 2008 sampai 2012 bekerja di atas kapal pesiar Holland America Line-Dianthus International. Saat ini saya telah selesai memperoleh gelar Magister Humaniora di STF Driyarkara. Selamat menikmati kisah-kisah di berbagai kota yang sempat saya kunjungi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Melihat Langsung Puncak Bumi, Kutub Utara

25 November 2016   10:58 Diperbarui: 25 November 2016   17:27 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tanggal 26 Juli 2009 adalah salah satu hari istimewa untuk saya. Pada hari itu saya akhirnya berhasil mengunjungi puncak dunia yaitu Kutub Utara. Berkunjung ke Kutub Utara adalah salah satu dari berbagai impian saya yang menjadi kenyataan. Kutub Utara tidak hanya sekadar tempat yang saya pelajari di buku dan di bangku sekolah. Akan tetapi, tempat ini juga bagian dari imajinasi masa kecil.

Saya mengunjungi Kutub Utara dengan kapal pesiar Ms. Prinsendam. Sebelum sampai ke Kutub Utara, Ms. Prinsendam terlebih dahulu menjelajah pemandangan indah Magdalenafjord dan Bear Island. Dalam perjalanan menuju Kutub Utara ada banyak yang dilihat sehingga butuh waktu dua hari untuk sampai ke tempat ini dari Kota Honningsvåg, Norway.

Getting ready!!! menuju puncak dunia
Getting ready!!! menuju puncak dunia
Kutub Utara adalah salah satu tempat terdingin di dunia dan merupakan titik utara bumi. Kalau saya melihat kompas, pasti jarumnya menunjuk ke arah utara ini. Kutub utara merupakan pusat dari belahan bumi utara. Berbeda dengan Kutub Selatan yang sebagian besar wilayahnya merupakan daratan, Kutub Utara terletak di tengah Laut Arctic yang secara permanen Laut Arctic diselubungi oleh massa es yang besar. Oleh sebab itu, lebih mudah untuk membuat stasiun penelitian di Kutub Selatan ketimbang di Kutub Utara.

Sayangnya, mungkin generasi yang akan datang lebih sulit untuk bisa melihat massa es yang besar di Kutub Utara karena adanya pemanasan global maka banyak dari es tersebut pecah dan mencair di musim panas. Diperkirakan pada akhir abad ke 21, Laut Arctic akan bebas dari es. Salah satu negara yang saat ini sedang gencar dalam ekspolorasi di Kutub Utara adalah Russia. Selain letak geografis yang dekat dengan Kutub Utara, daerah ini juga menyimpan kekayaan alam yang melimpah ruah, salah satunya minyak bumi.

Ms. Prinsendam 2009, Polar Ice Cap
Ms. Prinsendam 2009, Polar Ice Cap
Kutub Utara sendiri tidak mempunyai daratan, sehingga daratan yang terdekat dari Kutub Utara adalah Pulau Kaffeklubben sekitar 700 km di sebelah selatan perbatasan laut Greenland. Daerah Qikiqtaaluk, Nunavut, Canada merupakan daerah yang terdekat di Kutub Utara yang dihuni oleh manusia sekitar 817 km dari Kutub Utara.

Satu hal yang menarik yang saya rasakan ketika berkunjung ke Kutub Utara adalah perbedaan siang dan malam. Saya berkunjung di tengah musim panas sehingga 24 jam saya bisa melihat cahaya matahari. Bahkan jam 2 pagi saja cahaya masih ada hanya saja sedikit meredup seperti jam 5 sore di Indonesia. Jika saya melihat di ujung horison, maka matahari itu seperti bola yang memantul, tidak benar-benar tenggelam di ufuk barat. Kalau kita mempelajari geografi, penyebabnya karena kemiringan sumbu bumi 23.5 derajat.

Saya juga baru mengetahui kalau burung pinguin tidak hidup di Kutub Utara. Habitat burung pinguin ada di Kutub Selatan. Salah satu alasannya adalah di Kutub Utara banyak predator. Salah satu predator yang terkenal di tempat ini adalah beruang kutub (polar bear). Saya sendiri tidak melihat beruang kutub secara langsung saat berkunjung di sini. Saya malah melihat beruang kutub pertama kali di Kota Barrow, Alaska.

Pecahan es di Kutub Utara, bentuk nyata pemanasan global
Pecahan es di Kutub Utara, bentuk nyata pemanasan global
Untuk orang yang tinggal dan lahir di lingkungan tropis, mengunjungi Kutub Utarasesuatu yang cukup menyiksa karena tempat ini sangat dingin meski di puncak musim panas. Akan tetapi sebenarnya dibandingkan dengan Kutub Selatan, Kutub Utaramempunyai cuaca yang lebih hangat karena sebagian besar wilayahnya berada di laut, beda dengan Kutub Selatan yang sebagian besar berada di daratan. Pada saat musim dingin, suhu di Kutub Utara bisa mencapai -50 Celcius sampai -13 Celcius. Jika di musim panas bisa mencapai 0 (nol) Celcius. Akan tetapi karena pemanasan global, pernah Kutub Utara menoreh rekor baru di musim panas dengan suhu 13 Celcius.

Lewat tulisan ini, saya juga ingin mengajak para pembaca untuk lebih prihatin terhadap kondisi global yang terjadi saat ini. Apa yang terjadi jika seluruh es di Kutub Utara mencair? Anda bayangkan gunung-gunung es yang besar di sana mencair dan tentu saja berakibat pada kenaikan permukaan air laut.

Salah satu momen ketika sampai di Kutub Utara
Salah satu momen ketika sampai di Kutub Utara
Bagaimana dengan Indonesia? Negara kita adalah negara kepulauan dan jelas yang mendapatkan pukulan telak salah satunya adalah Indonesia. Ribuan pulau-pulau kecil di Indonesia bisa tenggelam dan tentu saja pantai-pantai indah dengan pasir putih tidak lagi bisa dinikmati oleh kita dan generasi berikutnya. Dunia seperti inikah yang mau kita wariskan untuk generasi mendatang?

Salah satu permenungan dalam kunjungan saya ke Kutub Utara adalah keprihatinan terhadap kebiasaan penduduk Indonesia yang hanya memikirkan hidup untuk hari ini tetapi pasrah terhadap hidup berkelanjutan. Contohnya suatu kali seorang pedagang daun salam datang ke tempat saya dan membayar untuk mengambil daun salam. Ketika pedagang ini diberi ijin, langsung pohon daun salam itu ditebang. Saya bertanya, kenapa pohon itu harus ditebang? Jawabannya karena dia sudah membayar.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Pola pikir yang tidak berkelanjutan inilah yang menjadi salah satu keprihatinan saya. Kalau pedagang tadi mengambil daun salam secukupnya, maka dia tetap membiarkan pohon itu hidup dan tentu saja di kemudian hari ia bisa kembali memanfaatkan pohon tersebut.

Saya ingin mengajak para pembaca untuk melakukan hal-hal terkecil dalam hidup kita dan melatih pola pikir berkelanjutan untuk dunia ini. Tidak perlu melakukan hal-hal yang besar seperti berdemonstrasi dengan menurunkan ribuan orang atau berkomentar dan berdebat di berbagai sosial media. Dengan menghemat listrik, menggunakan angkutan umum, memisahkan sampah organik dan non organik, menjaga sumber air, menanam pohon atau tidak balap-balapan di jalan, berarti kita sudah menghemat sumber daya alam dan menjaga lingkungan.

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Apakah kita tidak ingin berkunjung ke Kutub Utara dan merasakan dinginnya udara serta hamparan padang es yang luas? Jika kita ingin menikmati seperti apa Kutub Utara atau pasir putih yang indah di kepulauan Indonesia, mari kita ubah pola pikir untuk kesenangan hari ini menjadi pola pikir untuk kehidupan yang berkelanjutan.

Salam, Si Penjelajah Dunia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun