Mohon tunggu...
Amin Rois Sinung Nugroho
Amin Rois Sinung Nugroho Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Akun twitter: @sinunkdotnet. Blog: http://sinunk.net

Selanjutnya

Tutup

Puisi

The Miracle of Faschel: Lebih Bagus dari Harry Potter

16 Maret 2011   06:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:45 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Seharusnya Papa mengatakannya saja," ujar Rhea pelan.

"Agar mereka bisa membunuhmu?" Rheon berjalan ke tempat tidurnya. Ia duduk di sisi tempat tidur yang besar dan mewah itu. Tempat tidur seorang putra mahkota, seorang panglima yang sekarang merasa nasibnya di ujung kehancuran. Rhea mengagumi betapa besar, mewah, dan menyenangkannya kamar Rheon ini. Tirainya dibuat dari sutra terbaik, begitu juga dengan seprai, kelambu, dan permadaninya.

"Aku tidak sekuat yang mereka bayangkan," Rhea kembali berkata pelan.

"Kamu tidak bisa membayangkan sekuat apa dirimu itu. Mereka pun tidak bisa membayangkannya."

"Aku hanya ingin pergi dari sini, Rheon. Aku ingin membawa pergi Daph dari sini."

Rheon mengulurkan tangannya. Rhea menyambut uluran tangan itu dan duduk di samping Rheon yang tampak lelah.

"Penyerangan itu sudah membuat Papa sekarat. Dia membutuhkan darah Daph untuk menyembuhkannya, kamu tahu itu," kata Rheon sambil menatap Rhea.

"Setelah Daph menyerahkan darah yang dibutuhkan Papa, aku akan membawanya pergi."

Rheon menggelengkan kepalanya. "Itu tidak mungkin, Rhea. Menurutmu dimana Daph sekarang? Dia tidak sedang berkeliaran di hutan seperti yang kamu kira. Mereka menyekapnya di istana ini. Butuh banyak darah untuk menyembuhkan Papa. Mungkin perlu semua darah Daph. Papa akan membunuhnya."

Rhea tampak terguncang. Dia sudah tahu kenyataannya memang seperti itu.

"Aku tahu...," Rhea menyahut pelan. Terdengar hampir seperti berbisik. "Aku sudah menemui Daph. Aku mencuri kunci ruangan tempat Daph disekap dari kamar Papa. Aku sudah berjanji pada Daph untuk membawanya pergi dari sini. Aku dan Daph punya hak untuk menentukan jalan hidup kami. Aku sudah muak dengan begitu banyak perang, kematian, darah.... Aku ingin pergi dari sini, Rheon. Aku ingin kamu membantuku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun