Mohon tunggu...
Amin Rois Sinung Nugroho
Amin Rois Sinung Nugroho Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Akun twitter: @sinunkdotnet. Blog: http://sinunk.net

Selanjutnya

Tutup

Puisi

The Miracle of Faschel: Lebih Bagus dari Harry Potter

16 Maret 2011   06:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:45 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rhea menghembuskan napas panjang.

"Aku tidak peduli. Kita akan pergi."

* * *

Rhea berjalan perlahan menyusuri koridor. Koridor itu tidak begitu terang, hanya ada beberapa buah lilin yang diletakkan di tiang lilin dengan jarak yang cukup jauh. Tingginya hampir sepuluh meter dan itu membuat Rhea merasa tidak aman. Gaun hitamnya melayang lembut seirama langkah kakinya. Gaun itu memperlihatkan punggungnya. Ada beberapa bekas luka di punggung itu. Sesekali ia menoleh ke belakang untuk memastikan tidak ada yang mengikutinya. Koridor itu kosong. Tidak ada siapapun. Tapi itu bukan jaminan bahwa dia tidak sedang diikuti.

Terdengar suara langkah kaki dari ujung koridor. Rhea kaget. Matanya yang berwarna ungu muda berubah cemas. Sayap putih seperti sayap burung merpati muncul dari punggungnya. Sayap itu membuka lebar, tiga kali lebih panjang dari panjang tangannya. Dengan cepat Rhea meluncur ke bagian atas koridor. Bersembunyi di balik gelap. Dia menahan nafasnya yang seketika berubah memburu. Dua orang pelayan lewat sambil membawa kain-kain kotor bernoda darah yang sangat merah dan kental. Rhea menunggu sampai pelayan itu menghilang di ujung koridor yang lain. Rhea kembali terbang secepat kilat menuju sebuah pintu kayu di ujung koridor. Pintu itu tertutup. Rhea mengetuknya pelan.

"Rheon.... Ini aku, Rhea."

Terdengar suara berat dari dalam. Sesaat kemudian Rheon sudah membukakan pintu. Matanya yang hitam pekat langsung membesar cemas ketika melihat Rhea datang sendirian. Rheon menarik Rhea ke dalam kamarnya. Sayap Rhea menghilang seketika.

"Kamu tidak sadar kalau ini sangat berbahaya. Keadaan istana ini sedang tidak aman," Rheon gusar. Rhea terdiam.

"Rhea...," Rheon berubah lembut. Garis wajahnya yang keras pun ikut berubah lembut. Rambut hitamnya yang panjang diikat dibawah tengkuknya. Rhea selalu mengagumi rambut kakak laki-lakinya itu. Tidak seperti rambutnya yang keemasan dan sulit diatur.

"Ya?" Rhea memandang wajah Rheon.

"Mereka semua mencari siapa anak haram itu dan akan membunuhnya. Jika ramalan itu benar, anak itu adalah yang terkuat yang pernah ada." Rheon mengatakan itu dengan wajah sedih. Rhea mengerti mengapa. Selama ini semua percaya Rheon adalah yang terkuat karena dia adalah anak dari Zhephero Zheph dan Myanda Zheph yang punya kekuatan luar biasa. Rheon diangkat menjadi panglima tertinggi di Faschel. Tapi sekarang, semua orang pun tahu kalau Zhephero Zheph punya anak haram dari seorang perempuan yang ditakuti kekuatannya. Anak itu menjadi sesuatu yang menakutkan karena tidak seorang pun tahu siapa dan bagaimana dia. Semua orang hanya tahu bahwa anak itu sangat kuat, melebihi kekuatan Rheon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun