Mohon tunggu...
Gregorian Sintia Tika Dewa
Gregorian Sintia Tika Dewa Mohon Tunggu... Freelancer - Research

Artikel Peran Penting Sungai Wolowona

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Penurunan Populasi Elang Flores

14 Maret 2024   00:28 Diperbarui: 14 Maret 2024   09:22 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pulau Flores merupakan salah satu pulau yang terletak di provinsi Nusa Tenggara Timur. Pulau ini memiliki cukup banyak flora dan fauna endemik, sebagai contohnya adalah Elang Flores. Walaupun Elang Flores (Spizaetus floris) merupakan salah satu fauna endemik dari pulau Flores, jumlah nya di habitat asli sudah tidak banyak lagi bahkan terancam punah. Penyebab berkurangnya populasi Elang Flores adalah perburuan liar, dan pembakaran hutan untuk dijadikan lahan perkebunan sehingga Elang Flores kehilangan tempat tinggalnya.

 Pulau Flores, Sumbawa, Lombok, Rinca, dan pulau Komodo merupakan beberapa daerah yang merupakan tempat tinggal dari Elang Flores ini. Walaupun demikian jumlah dari Elang Flores di alam, secara khusus di pulau Flores hanya tersisa kurang dari 250 ekor. Dari jumlah tersebut, Spizaetus floris telah dimasukkan kedalam daftar IUCN (International Union for Conservation of Nature) Red List sebagai Critically Endangered atau dengan kata lain berada dalam kondisi kritis dan dinyatakan hampir punah.

Menurut masyarakat setempat, Spizaetus floris ini mempunyai nilai budaya yang sangat tinggi. Hal tersebut disebabkan karena Elang Flores (Spizaetus floris) dianggap sebagai toem atau empo yang mempunyai arti sebagai leluhur manusia oleh masyarakat Manggarai. 

Karena hal tersebut masyarakat Manggarai yang juga merupakan salah satu suku asli Flores memiliki peraturan larangan untuk tidak menyiksa, membunuh, ataupun menangkap Elang Flores. Larangan tersebut membawa dampak yang positif bagi Elang Flores, karena secara tidak langsung masyarakat di daerah tersebut membantu menjaga kelestarian dari salah satu fauna endemik Nusa Tenggara Timur yang sudah hampir punah ini.

Elang Flores yang mempunyai nama ilmiah Spizaetus floris merupakan bangsa aves yang termasuk kedalam famili Accipitridae dengan genus Spizaetus. Pada umumnya hewan ini merupakan jenis reptor (burung pemangsa) yang mempunyai ukuran tubuh sedang (sekitar 55 – 80 cm). 

Sekilas, Elang Flores mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan Elang Brontok, namun terdapat beberapa bagian yang membedakan nya dari genus Spizaetus lainnya adalah pada tubuh bagian atasnya berwarna coklat kehitaman, sementara pada bagian bawah sayap mulai dari dada dan perut memiliki warna putih. 

Elang Flores remaja dan dewasa mempunyai warna yang sama pada bagian kepala, yaitu putih dengan garis-garis kecoklatan pada bagian mahkotanya. Ekor dari Elang Flores memiliki warna coklat dengan enam palang gelap yang terdapat pada bagian luar dan dalam ekor, ukuran palangnya juga berbeda dimana palang bagian luar lebih luas dibandingkan dengan palang yang terdapat di bagian dalam. 

Elang Flores remaja dan Elang Flores dewasa pada umumnya memiliki ciri fisik yang hampir sama, yaitu dapat dilihat dari warna bulu pada tubuhnya. Elang Flores dewasa umumnya memiliki warna tubuh yang lebih terang dibandingkan dengan Elang Flores remaja.

Habitat asli dari Elang Flores ini adalah hutan yang terletak pada dataran rendah dengan ketinggian mulai dari 900 – 1.000 mdpl. Hal tersebut disebabkan karena dataran rendah merupakan tempat yang cocok untuk melakukan aktivitasnya. Seperti contoh adalah mencari makan, pada umumnya Elang Flores akan menerkam targetnya dengan jarak yang tidak terlalu tinggi. 

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, populasi dari Elang Flores sendiri lebih baik (lebih banyak ditemukan) pada cagar alam dan taman nasional dibandingkan dengan habitat aslinya, hal tersebut disebabkan karena pada cagar alam dan taman nasional masih terdapat banyak makanan yang melimpah dan pepohonan yang rimbun, dan juga Elang Flores tidak terganggu dengan aktivitas manusia seperti penebangan liar, karena merupakan kawasan lindung. 

Walaupun merupakan satwa endemik dari pulau Flores, populasi dari Elang Flores juga dapat ditemukan di pulau Sumbawa, pulau Lombok, dan pulau Komodo. Pada pulau Flores, elang ini dapat ditemukan pada kawasan Taman Nasional Kelimutu, sedangkan pulau Lombok Elang Flores dapat ditemukan di Taman Nasional Rinjani dan yang terakhir Elang Flores yang terdapat di pulau Komodo dapat ditemukan pada Taman Nasional Komodo.  

Diperkirakan bahwa populasi dari Elang Flores yang tersisa di seluruh dunia saat ini adalah kurang dari 250 ekor. Persebarannya mulai dari seluruh daerah Nusa Tenggara Barat hingga ke Nusa Tenggara Timur. Sedangkan masyarakat setempat mengatakan bahwa keberadaan dari Spizaetus floris yang ada di Taman Nasional Kelimutu adalah kurang lebih dari 10 ekor. 

Jumlah dari Spizaetus floris yang semakin menurun tersebut disebabkan oleh beberapa ancaman, yaitu perambahan hutan (kerusakan hutan) dimana terdapat banyak masyarakat yang membuka lahan untuk pertanian secara berpindah-pindah. Ancaman kedua adalah penebangan liar yang dilakukan oleh masyarakat setempat, karena tingginya tingkat ketergantungan terhadap penggunaan kayu  bakar. 

Ancaman ketiga adalah perburuan, hal tersebut dilakukan masyarakat yang bermukim dekat dengan Cagar Alam atau Taman Nasional karena elang ini dianggap sering memangsa ayam yang dipelihara, namun seiring dengan berjalan nya waktu Elang Flores sudah jarang ditemukan, diduga karena populasi nya yang sudah semakin menurun. Dan ancaman yang terakhir adalah dari aspek ekologi dari Elang Flores itu sendiri.

Jumlah populasi Elang Flores yang sudah semakin sedikit menyebabkan nilai jualnya di pasar gelap semakin melambung tinggi. Perburuan terhadap Elang Flores ini pun semakin meningkat, banyak kolektor yang membeli bagian-bagian dari tubuh Elang Flores ini, seperti contoh adalah bulu pada sayap, yang dinilai mempunyai keindahan tersendiri. 

Padahal jumlah Elang Flores sudah semakin menurun dan bahkan dinyatakan hampir punah. Jika Elang Flores dinyatakan hampir punah, dan tingkat perburuan nya semakin tinggi tentu akan menyebabkan Elang Flores benar-benar punah. Hal tersebut tentunya akan membawa dampak yang negatif terhadap habitat aslinya, dimana akan menyebabkan terganggunya ekosistem disana, dan tentu salah satu spesies akan menjadi semakin banyak dan terdapat spesies lainnya yang semakin berkurang karena terjadi ketidakseimbangan dalam rantai makanan yang ada.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun