Mohon tunggu...
Sintong Silaban
Sintong Silaban Mohon Tunggu... profesional -

Berkeinginan terus membaca dan menulis selama ada di dunia ini.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Cara Berpikir Presiden

12 Juni 2014   08:08 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:07 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Orang yang memegang posisi Kepala Negara/Kepala Pemerintahan atau yang disebut Presiden (dalam Republik) sangat menentukan bagi terwujudnya kemajuan negara, kejayaan negara, dan keadilan dan kemakmuran masyarakat.  Sebaliknya, Presiden pun dapat membawa negara pada bencana, pada kehancuran, maupun kemelaratan masyarakat.

Itu sebabnya, dalam pemilihan Presiden sangat diharapkan rasionalitas para pemilih agar dapat memilih calon presiden yang paling baik, yang paling memberi harapan untuk mewujudkan tujuan hidup bernegara.

Salah satu cara agar pemilih dicerdaskan, diberi informasi tentang siapa capres yang paling layak dipilih sebagai presiden adalah diadakannya acara debat antarcapres/cawapres. Kita harus mensyukuri, Indonesia sudah mulai memasuki era demokrasi modern dengan adanya debat capres/cawapres ini sejak tahun 2004.

Nah, berkaitan dengan acara debat capres/cawapres inilah, saya ingin sedikit mengkaji cara berpikir capres  khususnya dalam mengatasi masalah bangsa dan negara.

Kalau dalam acara debat capres ada pertanyaan moderator seperti ini: "Apa program Anda di bidang pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia Indonesia?"

Dalam waktu sekitar 3-6 menit, jawaban apapun yang diberikan capres pasti tidak akan memuaskan. Mungkin si capres berkata: "Kami akan memperbaiki kurikulum pendidikan nasional, akan meninjau Ujian Nasional, melaksanakan wajib belajar 12 tahun,  akan menaikkan gaji guru, bla bla bla". Apakah itu menarik, memuaskan, dan memberi harapan perbaikan pelaksanaan pendidikan nasional? Tidak sama sekali. Sebab sejak era adanya debat capres (2004), masing-masing capres sudah menyampaikan ide-ide semacam ini untuk membenahi pendidikan nasional, tetapi toh pendidikan di Indonesia tetap diselimuti banyak masalah hingga saat ini.

Lalu kemudian, kalau ada pertanyaan moderator seperti ini: "Apa program Anda di bidang penegakan hukum?"

Dalam waktu 3-6 juga capres/cawapres memberi jawaban, mungkin lebih kurang seperti ini jawabannya: "Kami akan konsisten menegakkan hukum tanpa pandang bulu, tanpa diskriminasi. Kami akan memperbaiki sistem rekrutment SDM penegak hukum, meningkatkan gaji para penegak hukum.  Kami akan memperkuat KPK sebagai lembaga terdepan untuk mencegah dan memberantas korupsi, dengan menambah personil penyidik KPK, bla bla bla". Apakah itu jitu mengatasi masalah penegakan hukum di Indonesia? Apakah itu menarik? Tidak lagi, karena ide-ide semacam itu sudah banyak bertebaran dalam seminar-seminar, acara talk show di TV, dll.

Apa yang dilontarkan capres dalam acara debat capres/cawapres tersebut tentu dapat menunjukkan cara berpikir capres dalam mengatasi masalah. Kelak kalau sudah terpilih sebagai Presiden, cara berpikirnya pun relatif sedemikian rupa, yakni mencoba berusaha mewujudkan gagasan atau program yang pernah disampaikan.

Dapatkah Indonesia menjadi negara yang maju, negara yang hebat, negara yang masyarakatnya adil dan makmur jika hanya mewujudkan visi-misi capres/cawapres yang dituliskan (dan diserahkan ke KPU), program-program yang disampaikan dalam acara debat capres/cawapres, dan dinyatakan dalam kampanye-kampanye pilpres? Cukup komprehensifkah semua (kalau dikumpulkan) visi-misi, program, janji-janji kampanye capres untuk menjawab semua persoalan bangsa, negara dan masyarakat? MENURUT SAYA TIDAK. SEBAB MASALAH BANGSA, NEGARA DAN MASYARAKAT KITA SUDAH SANGAT KOMPLEKS.

Untuk memajukan Indonesia dan untuk mengatasi berbagau masalah (dalam berbagai bidang), langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengurai masalah secara komprehensif, secara detail, bidang per bidang. Lalu, berdasarkan uraian masalah itu dibuatlah rencana, program yang tepat untuk mengatasi masalah.

Mampukah seorang capres mengurai masalah bangsa, negara, dan masayarakat secara detail dan bidang per bidang? Juga, mampukah seorang capres merumuskan rencana atau program yang komprehensif mengatasi semua masalah tersebut? Tentu saja tidak mungkin. Capres bukan ahli di bidang tertentu, apalagi ahli di semua bidang.

Oleh sebab itulah, saya sangat berharap jika seorang capres, ketika ditanya "Apa program Anda di bidang pendidikan nasional dan memajukan kualitas SDM Indonesia", memberi jawaban sebagai berikut:

"Masalah yang kita hadapi di bidang pendidikan nasional sudah sangat kompleks dan rumit. Dari SD sampai SLTA, kita masih membutuhkan banyak penambahan gedung, fasilitas pendukung, dan guru. Kita juga belum menemukan kurikulum pendidikan yang ideal, yang dapat mendorong peserta didik termotivasi belajar, dan guru termotivasi meningkatkan kualitas mengajar. Keberadaan Ujian Nasional masih bahan perdebatan, soal perlu tidaknya, masalah kualitas pelaksanaannya. Di tingkat perguruan tinggi, sistem penerimaan mahasiswa baru sering berubah-ubah yang membingungkan masyarakat, kualitas lulusan perguruan tinggi masih banyak dipertanyakan. Dalam hal penelitian, perguruan tinggi kita sangat jauh tertinggal dari perguruan tinggi di negara lain, sehingga sumbangsih perguruan tinggi untuk bidang-bidang yang diperlukan dalam pembangunan masih sangat minim."

"Yang kita tuju dengan pelaksanaan pendidikan nasional adalah terwujudnya peserta didik atau SDM, yang selain memiliki kecerdasan dan keterampilan, juga memiliki budi pekerti yang luhur.  Lulusan perguruan tinggi haruslah menjadi manusia-manusia cerdas, berketrampilan, dan memiliki kemampuan bersaing dengan SDM bangsa lain."

"Untuk mencapai tujuan itu tentu tidak mudah, dan kini masalah di bidang pendidikan sangat kompleks dan rumit. Oleh sebab itu, jika saya dipercaya untuk memimpin Indonesia selama 5 tahun ke depan, khusus di bidang pendidikan dan pengembangan SDM, yang akan saya lakukan adalah:

Pertama, saya akan memilih orang paling tepat untuk memimpin kementerian pendidikan nasional, dan sebelum memilihnya, saya akan membuat audisi singkat.

Kedua, saya akan mengumpulkan para rektor, para pakar pendidikan, juga praktisi pendidikan -- saya akan minta mereka dalam waktu tertentu memberikan pikiran terbaiknya untuk: mengurai secara komprehensif masalah-masalah bidang pendidikan di Indonesia, lalu kemudian merumuskan langkah-langkah yang perlu dilakukan atau program untuk mengatasi masalah tersebut.

Ketiga, berdasarkan pikiran dan hasil kerja para rektor, pakar pendidikan, dan praktisi pendidikan itu, saya dan mendiknas akan membuat kebijakan-kebijakan di bidang pendidikan nasional.

Keempat, semua kebijakan yang sudah diambil harus dieksekusi secara tepat waktu dan sebaik-baiknya, diawasi, dan dievaluasi proses dan hasilnya, untuk perbaikan maupun peningkatannya."

Jika capres memberi jawaban sebagaimana saya usulkan, maka  dia telah menunjukkan cara berpikir yang: (1) untuk mengatasi masalah secara baik, harus terlebih dahulu memahami masalahnya secara baik; (2) seorang pemimpin tidak harus ahli mengatasi masalah, tetapi mau dan mampu memberdayakan serta  memimpin orang-orang yang ahli untuk mengatasi masalah;  (3) apapun yang kita kerjakan harus tetap fokus pada tujuan.

Jika setelah menjadi Presiden, cara berpikir yang demikian dipegang dan diterapkan, saya yakin masalah-masalah di berbagai bidang, yang kita hadapi dalam hidup berbangsa, bernegara dan bermasyarakat akan dapat teratasi dan tertuntaskan. Pada gilirannya, bangsa kita secara bertahap akan semakin maju, semakin adil dan sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun