Mohon tunggu...
Sintia Delvianti
Sintia Delvianti Mohon Tunggu... Penulis - Researcher Islamic Economics and Green Finance Enthusiast

Islamic Economics and Green Finance Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Rupiah Melemah, Bagaimana Keberadaan Ekonomi Syariah di situasi ini?

20 Desember 2024   19:03 Diperbarui: 20 Desember 2024   19:03 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar melemahnya kurs rupiah ke dollar sumber : new york times 

Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) menjadi isu ekonomi yang kerap menyita perhatian. Sebagai mata uang yang menjadi patokan global, fluktuasi USD dapat memengaruhi berbagai sektor ekonomi di Indonesia, termasuk ekonomi syariah. Namun, dalam menghadapi tekanan ekonomi global seperti ini, ekonomi syariah memiliki mekanisme yang bisa menjadi solusi sekaligus tantangan. Selain itu, trend Brain Drain di Indonesia turut memperburuk situasi ekonomi, terutama dalam jangka panjang. 

A.Dampak pada Perbankan Syariah 

Perbankan syariah sebagai salah satu pilar utama ekonomi syariah tak terlepas dari imbas pelemahan Rupiah. Meski prinsip dasar perbankan syariah menekankan pada keadilan dan keseimbangan, realitas operasional tetap bersinggungan dengan risiko nilai tukar, terutama bagi bank yang memiliki kewajiban dalam bentuk mata uang asing.

Kenaikan nilai tukar USD terhadap Rupiah meningkatkan biaya operasional, terutama jika bank syariah mengimpor infrastruktur teknologi dari luar negeri. Hal ini berpotensi menekan margin keuntungan dan memengaruhi stabilitas keuangan bank. Namun, perbankan syariah dapat memanfaatkan akad-akad seperti akad musyarakah dan mudharabah untuk membangun kemitraan bisnis yang lebih resilient terhadap fluktuasi nilai tukar.

B.Imbas pada sektor UKM

Sektor usaha kecil dan menengah (UKM) yang menjadi tulang punggung ekonomi syariah juga merasakan dampak langsung pelemahan Rupiah. Biaya produksi meningkat karena bahan baku yang banyak diimpor menjadi lebih mahal. Hal ini membuat pelaku UKM kesulitan memenuhi kewajiban pembiayaan mereka kepada bank syariah.

Namun, ekonomi syariah menawarkan solusi unik. Dengan pendekatan pembiayaan berbasis bagi hasil, bank syariah dapat membantu UKM menyesuaikan kewajiban mereka dengan kondisi usaha. Pendekatan ini memberikan fleksibilitas yang tidak dimiliki sistem keuangan konvensional, sehingga dapat menjadi penyelamat di tengah gejolak ekonomi.

C. Trend Brain Drain di Indonesia 

Di tengah situasi pelemahan Rupiah, trend Brain Drain menjadi isu lain yang memperburuk kondisi perekonomian. Banyak tenaga kerja terampil dan profesional Indonesia memilih bekerja di luar negeri dengan harapan mendapatkan penghasilan yang lebih baik.

Fenomena ini menyebabkan beberapa dampak negatif:

  • Berkurangnya Tenaga Kerja Terampil di Dalam Negeri. Sektor-sektor strategis seperti teknologi, keuangan, dan kesehatan kehilangan individu-individu berbakat yang seharusnya berkontribusi pada pembangunan nasional.
  • Meningkatkan Ketergantungan pada Sumber Daya Luar Negeri. Indonesia terpaksa mengandalkan tenaga kerja atau konsultan asing untuk memenuhi kebutuhan domestik, yang berbiaya tinggi.
  • Pengurangan Inovasi Lokal. Dengan berkurangnya tenaga kerja terampil, kemampuan inovasi dalam berbagai sektor, termasuk ekonomi syariah, juga ikut terdampak.

Di sisi lain, peluang dari trend ini adalah meningkatnya remitansi dari pekerja Indonesia di luar negeri, yang dapat mendukung perekonomian domestik. Namun, jumlah remitansi ini sering kali tidak cukup untuk mengimbangi kehilangan potensi pembangunan dari brain drain.

D. Peluang dan Strategi Ekonomi Syariah 

Ekonomi syariah, dengan nilai-nilai keadilan, kesetaraan, dan keberlanjutan, memiliki potensi besar untuk menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi meskipun dalam situasi penuh tantangan seperti pelemahan Rupiah. Selain memberikan perlindungan terhadap dampak langsung depresiasi mata uang, ekonomi syariah juga menawarkan solusi berbasis prinsip syariah untuk menciptakan stabilitas jangka panjang. 

1. Peluang Ekonomi Syariah

  • Diversifikasi Produk Keuangan Syariah. Pelemahan Rupiah dapat dimanfaatkan sebagai peluang untuk memperkenalkan dan memperluas cakupan produk keuangan syariah, seperti sukuk ritel dan reksa dana syariah berbasis komoditas. Produk-produk ini menawarkan alternatif investasi yang tidak hanya menguntungkan, tetapi juga sesuai dengan prinsip syariah.Misalnya, sukuk berbasis proyek infrastruktur dapat menarik investor lokal dan asing yang mencari aset yang lebih stabil dibandingkan instrumen konvensional. Selain itu, produk seperti wakaf produktif dapat diperluas untuk mendanai sektor riil, termasuk pembangunan fasilitas kesehatan dan pendidikan.
  • Penguatan Digitalisasi Ekonomi Syariah. Digitalisasi menjadi kunci penting dalam memperluas akses layanan keuangan syariah. Dengan adopsi teknologi seperti fintech syariah dan QRIS berbasis syariah, masyarakat dapat lebih mudah bertransaksi tanpa terbatas oleh geografi atau biaya tinggi. Hal ini juga membantu meningkatkan inklusi keuangan di kalangan masyarakat yang sebelumnya sulit dijangkau.Platform peer-to-peer (P2P) lending syariah misalnya, dapat menjadi alat penting untuk mendukung UKM dengan memberikan pembiayaan yang fleksibel dan berbasis bagi hasil. Dengan teknologi ini, pelaku usaha dapat terus berkembang meskipun tertekan oleh inflasi dan kenaikan harga bahan baku.
  • Peningkatan Kolaborasi Global. Ekonomi syariah Indonesia dapat memanfaatkan posisinya sebagai salah satu pemain terbesar dalam keuangan syariah global untuk meningkatkan kolaborasi dengan negara-negara lain, seperti negara-negara di Timur Tengah dan Asia Tenggara. Kolaborasi ini bisa berupa investasi bersama di sektor riil atau pembiayaan infrastruktur.Selain itu, produk halal Indonesia dapat lebih didorong untuk ekspor, mengingat permintaan global terhadap produk halal terus meningkat. Sektor ini berpotensi menjadi motor pertumbuhan ekonomi berbasis syariah sekaligus penghasil devisa.

2. Strategi Ekonomi Syariah untuk Menangkap Peluang

  • Penguatan Regulasi dan Kebijakan. Pemerintah dan otoritas terkait, seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia, perlu memastikan regulasi yang mendukung pengembangan ekonomi syariah tetap adaptif terhadap perubahan ekonomi global. Hal ini termasuk kebijakan insentif fiskal untuk investasi syariah dan pengurangan hambatan birokrasi dalam pengembangan fintech syariah.
  • Peningkatan Literasi Keuangan Syariah. Tingkat literasi keuangan syariah di Indonesia masih relatif rendah. Upaya edukasi melalui media digital, seminar, dan kampanye nasional harus terus digalakkan agar masyarakat lebih memahami keunggulan produk syariah dibandingkan konvensional. Dengan literasi yang meningkat, potensi dana masyarakat untuk disalurkan melalui sistem syariah akan lebih besar.
  • Pengembangan SDM Ekonomi Syariah. Ketersediaan tenaga kerja terampil dan profesional yang memahami prinsip-prinsip syariah dan teknologi modern menjadi kunci keberhasilan ekonomi syariah. Dalam konteks ini, kolaborasi antara universitas, industri, dan lembaga pemerintah sangat diperlukan untuk mencetak generasi baru tenaga ahli di bidang ekonomi syariah.
  • Ekspansi pada Sektor Riil. Ekonomi syariah harus semakin terhubung dengan sektor riil untuk menciptakan dampak langsung pada masyarakat. Sektor agribisnis, pariwisata halal, dan UKM berbasis syariah merupakan bidang yang dapat digarap lebih serius untuk memperkuat daya tahan ekonomi nasional. Pembiayaan syariah yang berbasis bagi hasil memberikan fleksibilitas dan insentif kepada pelaku usaha untuk terus tumbuh.
  • Memanfaatkan Dana Sosial Syariah. Instrumen seperti zakat, wakaf, dan infaq memiliki potensi besar untuk mendukung pengembangan ekonomi syariah. Dana wakaf, misalnya, dapat dimanfaatkan untuk mendanai proyek infrastruktur sosial seperti rumah sakit, sekolah, dan fasilitas publik lainnya, yang akan memberikan dampak jangka panjang bagi kesejahteraan masyarakat.

Pelemahan Rupiah adalah ujian bagi ketahanan ekonomi syariah di Indonesia. Namun, prinsip dasar ekonomi syariah yang berlandaskan keadilan, kemitraan, dan keberlanjutan memberikan landasan kuat untuk menghadapi situasi ini. Di sisi lain, tren brain drain menjadi tantangan tambahan yang memengaruhi kapasitas ekonomi nasional. Dengan penerapan strategi yang tepat, baik dalam mengelola pelemahan Rupiah maupun mengatasi dampak brain drain, ekonomi syariah dapat menjadi solusi sekaligus penggerak perekonomian nasional menuju stabilitas dan inklusivitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun