Mohon tunggu...
Sinthia Nur Rahmawati
Sinthia Nur Rahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Writer | SEO Learner | Mahasiswi Sosiologi di Universitas Negeri Jakarta

Seorang mahasiswi Sosiologi yang memiliki ketertarikan untuk menganalisis berbagai isu sosial menggunakan teori Sosiologi. Ini merupakan cara saya untuk memahami materi yang telah dipelajari sekaligus mengasah kemampuan saya menjadi seorang Content Writer yang berkompeten.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Sosiologi: Bunuh Diri Altruistik Disebabkan Solidaritas Berlebihan

8 Juli 2023   17:38 Diperbarui: 8 Juli 2023   17:51 1058
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Namun, bagaimana jika kelompok masyarakat tersebut bersifat negatif, seperti kelompok radikal atau pemberontak? Tentunya hal tersebut akan berdampak buruk juga, bahkan jika seseorang sudah terdoktrin maka dia tidak dapat membedakan hal yang baik dan buruk. Jiwa solidaritas yang terlalu tinggi menyebabkan seseorang akan terus mengikuti berbagai aturan yang telah disepakati, meskipun aturan tersebut membahayakan diri sendiri.

Terlalu kuatnya integrasi sosial sebenarnya menyiratkan pengekangan berlebih individu oleh masyarakatnya, individu serasa dikuasai penuh oleh lingkungan sosial sehingga tak dapat berbuat banyak untuk menghindarinya.

Contoh Kasus dan Analisis

Bunuh Diri Altruistik (Altruistic Suicide) dapat kita saksikan pada fenomena bom bunuh diri yang dilakukan oleh salah satu anggota dari kelompok teroris. Seperti yang kita tahu, kelompok teroris memiliki paham radikal yang dibalut dengan agama Islam yang merupakan agama mayoritas masyarakat Indonesia. Pada umumnya, kelompok teroris atau radikal ini memiliki sebuah pemahaman bahwa dengan melakukan bom bunuh diri maka mereka dianggap melakukan jihad yang akan membawa mereka masuk surga.

Pemikiran seperti itu sudah menjadi doktrin bagi para anggotanya. Seseorang yang nekat melakukan bom bunuh diri menunjukan bahwa jiwa solidaritas yang dimilikinya terlalu kuat sehingga dia akan melakukan ideologi kelompoknya. Kondisi inilah yang disebut jiwa solidaritas berlebihan dapat menjadi faktor penyebab dari seseorang melakukan tindakan bunuh diri.

Selain pada fenomena bom bunuh diri, altruistic ini juga dapat kita lihat di kalangan militer. Misalnya, saat terjadi perang, seseorang akan rela mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan tim militernya atau menyelamatkan masyarakat banyak. Bunuh diri ini terjadi karena individu memiliki solidaritas yang sangat tinggi dan lebih mementingkan keselamatan kelompok daripada dirinya sendiri.

Berdasarkan contoh kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa demi kepentingan kelompok, seseorang akan melakukan peraturan atau doktrin ini walaupun akan membahayakan nyawanya, sebab ideologi dalam dirinya sudah terdoktrin untuk ikut dan mengembangkan ajaran yang dianut kelompok radikal tersebut.

Sekian analisis sosiologi terkait teori bunuh diri altruistik yang terlahir dari pemikiran Emile Durkheim. Untuk pembahasan masalah sosial menggunakan perspektif sosiologi selanjutnya mau bahas apa, nih? Silakan tulis di kolom komentar yaa, sobat Socius!

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun