"Gapapa. Ini buktinya aku udah bisa bengun'kan? Udah bikinin kamu sarapan nih. Makan dulu yuk!"
Lega sekali rasanya. Ancala sudah membaik.
Usai sarapan pagi, aku berjalan sejenak mengelilingi tenda.
Melihat sekitaran danau Ranu Kumbolo yang dihiasi oleh indahnya warna cahaya matahari terbit di ufuk timur. Pancaran sinarnya terasa sangat hangat menerobos lapisan sel-sel kulit.
Pasti sunrise di puncak nggak kalah cantiknya. ucapku sambil tersenyum dan menikmati keindahan sang mentari.
Pukul 10.00 WIB, aku dan Ancala melanjutkan perjalanan menuju Cemoro Kandang.
Estimasi perjalanan dari Ranu Kumbolo ke Cemoro Kandang kurang lebih 70 menit.
"Arunika, itu namanya tanjakan cinta." Â ceteluk Ancala. "Konon, mitosnya itu jika pendaki bisa melewati tanjakan itu tanpa istirahat, tanpa menoleh dan terus memikirkan orang yang dicintai, maka permohonan cintanya akan terwujud. Kita coba yuk!" lanjutnya.
"Mitos kok dipercaya sih Al? Lagian kamu'kan JOMBLO hahaha." ketawaku dengan sangat puas.
"Ya nggak ada salahnya'kan? Kita coba dulu aja!" ajaknya. "Ayok Arunika!" sambil menarik pergelangan tanganku.
Sepanjang melewati tanjakan cinta ini, Ancala nggak banyak bicara. Mungkin dia sedang menfokuskan pikirannya. Seperti mitos yang baru saja ia ucapkan sebelum melewati jalur ini, hehehe.