"Ya.. Ya udah, iya aku temenin Arunika. Mau berangkat kapan?" jawab Al dengan nada terpaksa.
"Sabtu depan gimana?"
"Eee.. Kalau tiga minggu lagi gimana? Janji deh aku temenin!" bujuk Al.
"Engga Al, aku maunya sabtu depan. Kalau nggak mau, ya udah gapapa kok."
"Iya iya, Al temenin."
Beberapa hari sebelum keberangkatan, aku coba menghubungi Ancala melalui aplikasi chatting, tapi nggak ada balasan. Mungkin Ancala lagi sibuk, pikirku.
Sampai tibalah hari Sabtu, hari dimana Ancala berjanji untuk menemaniku mendaki Puncak Tertinggi Jawa. Tapi anehnya, dia nggak ada kabar sama sekali, bahkan waktu aku samperin ke rumahnya, dia nggak ada.
"Maaf Non Arunika, Den Al, tuan sama nyonya sudah hampir seminggu ini tidak pulang ke rumah." ucap Bi Arti, ART Tante Vera dan Om Bayu.
Kemana sih nih bocah, tiba-tiba ngilang nggak jelas gini? tanyaku pada diri sendiri. Apa aku solo hiking aja kali ya, itung-itung buat pengalaman juga. Toh ini'kan weekend pasti banyak pendaki yang lagi naik juga.
Akhirnya aku memutuskan kembali ke rumah dan mengambil semua peralatan dan perlengkapan pendakian kali ini.
Ya, aku memutuskan untuk berangkat sendiri tanpa Ancala.