Mommy First
Dengarlah apa yang dilakukan Nosekeni Fanny, istri ketiga Mphakanyiswa.
Setiap kali anak-anaknya selesai bermain, Nosekeni menyiapkan makanan dan cerita heroik bangsa Xhosa. Cerita-cerita ini merangsang imajinasi suku Qunu. Salah satu cerita kegemaran putra pertamanya, Rolihlala adalah kisah seorang perempuan katarak yang menjadi musafir. Ia berkelana mencari orang yang mau membersihkan matanya. Tentu saja tak ada orang yang mau. Jijik! Namun, suatu ketika terdapatlah seorang pemuda yang bersedia membersihkan matanya. Ajaib. Usai membersihkan katarak sang perempuan tua, menjelmalah ia menjadi gadis cantik rupawan nan kaya raya. Pemuda itupun menikah dengannya.
Apa yang ditekankan oleh Nosekeni adalah bahwa pemberian dan kemurahan hati, suatu saat akan dibalas dengan ganti kebaikan yang tak terkira. Kisah itu menancap terus dalam benak dan hati Rolihlala hingga kelak ia menjadi tokoh perlawanan Apartheid yang dikenal sebagai Nelson Mandela.
Perempuan-perempuan yang luarbiasa berperan sebagai seorang Ibunda, melahirkan tokoh-tokoh yang dikenang sepanjang masa sebagai para Penakluk Dunia, pencatat jejak sejarah.
Apa beda Jenghiz Khan dengan Sultan Muhammad II dari Khwarizmi? Keduanya lelaki utama, tokoh bagi kaumnya, namun menorehkan jejak sejarah berbeda.
Jenghiz Khan bukan hanya menaklukan Khwarizmi, memporak porandakan dunia Islam, meluluhlantakan Samarqand, Balkh Baghdad, menghabisi para ulama, membuat Ibn al- Atsir berkata : “siapa yang sanggup menyanyikan lagu kematian Islam dan menceritakan kisah ini? Lebih baik saya tidak pernah dilahirkan oleh Ibu!”
Demikianlah.
Sultan Muhammad II dan ibunya Thorgun menghabiskan waktu dalam limpahan kesenangan duniawi. Menyanyi, menarik pajak, dikelilingi biduanita. Khwarizmi dalam kondisi payah saat pasukan Mongolia merangsek masuk.
Temujin atau Jenghiz Khan senantiasa meminta restu Hoelun tiap kali ingin menaklukan satu wilayah, sang ibu memberkati putranya, mengantar hingga ke gerbang pandangan cita-cita ambisius pengelana gurun-gurun beku Mongolia. Hoelun mengajarkan Temujin cara bertahan hidup, mendampinginya bahkan sepanjang sang putra telah menikah, selalu memeluknya tiap kali Temujin resah.
Maka orang-orang akan berkata : The best achievers in this world, born by great mother.
Daddy First
Ah, bagaimana bila ternyata ayahnya yang luarbiasa?
Alfred Roberts harus putus sekolah di kelas 3 SD.
Ia hanya ingin belajar dan terus memiliki cita-cita, maka membaca menjadi salah satu kesukaannya selain menjaga toko kelontong kecil miliknya. Ketika ia menikah dan memiliki 2 gadis kecil yang cantik, Alfred suka menulis catatan dan meminta putrinya membaca catatan cintanya. Kadang-kadang tulisan ini demikian puitis dan penuh metafora.
“….si anak memiliki rupa teramat cantik, mampu membangkitkan rasa sayang dan keceriaan yang menular. Semua sudah sedari awal, tetapi baru mewujud ketika seseorang telah berkontribusi sepenuhnya kepada umat manusia.”
Anak kedua Alfred lah yang begitu terinspirasi kegigihan sang ayah, kebiasaannya membaca dan menulis. Ia mengutip tulisan-tulisan ayahnya dalam memoarnya. Alfred sama sekali tak menyangka, seorang dari dua gadis kecil cantiknya – Muriel dan Margareth- kelak dikenal sebagai perempuan Tangan Besi Inggris, Margareth Thatcher.
Mari simak kisah yang lain.
Paul Jobs dan Clara demikian menginginkan seorang anak . Maka, ketika sepasang orangtua muda ingin memberikan putra mereka lantaran belum siap, Paul mengiyakan. Paul seorang mekanik, senang membuat barang-barang sendiri.
Putra kecilnya, diberikan meja dan kursi sendiri saat Paul tengah bertukang.
“Ini meja untukmu,” ujar Paul.
Paul menyelipkan filosofi.
“Saat membuat lemari atau membangun pagar, bagian terpenting adalah yang tak terlihat. Seperti bagian belakang lemari.”
Jauh bertahun-tahun ke depan, filosofi Paul merembesi pemikiran putranya. Ia, si genius yang berada dalam persimpangan humanistik dan teknologi; suka menciptakan hal-hal baru yang tidak hanya menyentuh penampilan luar. Tapi juga memperhatikan sisi teknologi sebelah dalam.
Paul memberi nama anak buangan yang begitu disayanginya dengan nama Steve “Paul” Jobs. Genius eksentrik, womenizer, seorang seniman teknologi yang menggunakan metode Zen dalam menciptakan produk-produknya.
Demikianlah.
Anak-anak hebat, dilahirkan dari ayah yang luarbiasa.
Jadi, Ayah atau Ibu?
Ibu hebat, anak hebat.
Ayah jagoan, anak jagoan.
Bolehkah memilih salah satunya?
Cukup ibu saja yang hebat, insyaallah anak OK. Atau ayah saja yang hebat, toh Margareth Thatcher dan Steve Jobs sukses sebab ayahnya.
Dalam ranah psikologi, figur ayah dan ibu memiliki posisi masing-masing.
Ibu adalah Primary Object, objek utama yang dikenal sang anak sejak ia masih di dalam kandungan. Primary object berfungsi untuk membangun centered holding dan centered relating.
Centered holding adalah bentuk hubungan fisik yang juga memberi ruang pertumbuhan psikologis seseorang. Memeluk, mencium, mendekap anak adalah centered holding. Tampaknya sepele, tapi ini perlakuan ini memberikan kekuatan psikologis bagi anak seiring masa-masa perkembangannya. Hoelun kerap melakukan ini pada Temujin. Mengepang rambutnya, berada di dekatnya. Bahkan kelak ketika sang putra menjadi penakluk.
Demikian pula Nosekeni Fanny.
Ketika Mphakanyiswa wafat, Nosekefeni mendampingi Rolihlala berjalan kaki mengunjungi Jongintaba , kepala suku yang berjanji membesarkan Rolihlala, yang berada sangat jauh dari kampung Qunu.
Menurut Sigmund Freud, anak-anak yang kehilangan masa-masa sentuhan dengan sang ibu akan tumbuh menjadi anak-anak dengan gangguan kepribadin di masa depan. Bagi tokoh psikoanalis tersebut, perilaku menyimpang seseorang berasal dari kehilangan figur ibu di masa-masa awal.