"Lihat, Dengar, Rasakan".
Berbicara mengenai isu seksualitas, barangkali hal ini masih menjadi bahasan yang tabu khususnya di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini membuat remaja khususnya perempuan kian rentan mendapat kekerasan seksual. Ditambah dunia digital yang semakin berkembang pesat, membuat risiko terjadinya kekerasan seksual secara digital juga meningkat.
Like & Share merupakan film yang disutradarai oleh Gina S. Noer. Seperti film sebelumnya yakni Dua Garis Biru (2019), film ini mengangkat isu yang masih tabu untuk dibahas. Mengusung tema coming of age , film ini memberi angin segar di dunia perfilman Indonesia.
Pembicaraan soal seks, pornografi, remaja yang mulai mengeksplorasi seksualitasnya, revenge porn , hingga pemerkosaan ditampilkan secara gamblang dan cukup berani. Lewat Like & Share, Gina S.Noer. ingin mengangkat isu perempuan di masa remaja dari sudut pandang seksi yang jarang dibicarakan.
Film ini menceritakan dua orang sahabat bernama Lisa (Aurora Ribero) dan Sarah (Arawinda Kirana). Mereka memiliki hubungan yang erat sampai pada akhirnya hubungan mereka merenggang tatkala Lisa mulai kecanduan pornografi.
Obsesi Lisa terhadap pornografi yang kemudian mempertemukannya pada Fita (Aulia Sarah), perempuan dalam video porno yang viral. Sementara itu, kesendirian Sarah mempertemukannya pada Devan (Jerome Kurnia), seorang pria dewasa yang berusia 10 tahun lebih tua darinya. Hubungannya dengan Devan yang kemudian membawa pada permasalahan yang sulit dan membuatnya dalam situasi terpojok.
Dalam film ini eksplorasi seksualitas ditampilkan dalam bentuk konten ASMR (Autonomous Sensory Meridian Response). Pemilihan konten ASMR sebagai penggambaran seksualitas cukup relevan dan pilihan yang cerdas. Konten ASMR yang disandingkan dengan adegan sensual, mampu membuat penonton menangkap bahwa seksualitas merupakan eksplorasi tiada akhir.
Di film ini Gina S.Noer. ingin menggambarkan bagaimana perempuan memiliki kebutuhan seksualitas yang sama layaknya kaum laki-laki. Namun, kebutuhan dan eksplorasi perempuan terkait seksualitas justru dinilai tabu dan tak jarang dianggap "kotor".
Dengan lantang dan berani, Like & Share ingin mengangkat isu kesetaraan terkait seksualitas. Baik laik-laki ataupun perempuan memiliki ruang yang sama akan kebutuhan dan edukasi terkait seksualitas tanpa dihakimi pihak mana pun.
Dalam film Like & Share, terlihat jelas bahwa perempuan mempunyai keterbatasan dalam berekspresi dan mengeksplorasi permasalahan terkait seks. Namun, ketika ada kasus penyimpangan dan kekerasan seksual, justru perempuan menjadi pihak yang paling disalahkan.
Perempuan tidak hanya mengalami kekerasan seksual secara fisik tetapi juga kekerasan siber. Berbicara mengenai kekerasan siber, masyarakat kerap menyebut perempuan yang dianggap rentan sebagai pihak yang bersalah. Bias penilaian opini masyarakat terhadap kasus kekerasan seksual juga menjadi sorotan film Like & Share .
Secara umum, film Like & Share merupakan rangkuman isu-isu yang terjadi pada perempuan di era digital ini. Perempuan harus lebih kuat menghadapi dunia yang terkadang tidak berpihak padanya. Film ini barangkali bisa mewakili realita yang terjadi pada perempuan saat ini.