Mohon tunggu...
Sinta PramaDewi
Sinta PramaDewi Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar yang masih belajar

Pendidikan bukan untuk dihargai tapi untuk merubah hidup

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Antara Ekosistem dan Pembentukan Karakter Siswa

26 Desember 2019   22:50 Diperbarui: 29 Desember 2019   14:22 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
aktivitas anak ketika berada di ekosistem yang baik

Lalu kasus anak sebagai pelaku kekerasan seksual tahun 2014 sebanyak 561 kasus, tahun 2015 157 kasus dan taun 2016 sempat menurun sebanyak 86 kasus. 

Saya ambil lagi satu kasus anak berhadapan dengan hukum sebagai pelaku pembunuhan tahun 2014 sebanyak 66 kasus, tahun 2015 sebanyak 36 kasus dan tahun 2016 sebanyak 31 kasus. Data diambil dari sumber Bank Data KPAI tahun 2016. Dan bagaimana kasus korupsi terjadi pada orang yang bertitel pendidikan sedemikan banyak. 

Korupsi atau penyelewengan pada institusi besar justru terjadi padahal pelakunya adalah orang-orang yang mengenyam pendidikan tidak dapat diragukan lagi. Ironis memang, pandangan pendidikan terhadap karakter seseorang tidak bisa dijadikan satu-satunya faktor penentu. Harus dilihat dari segala sisi mengapa permasalahan bisa terjadi.

Dalam jurnal pendidikan Edukatika tahun 2018 oleh Satira Novrian menyebutkan bahwa kegagalan anak-anak dalam melakukan penyesuaian berdampak pada kenakalan. Santrock daam Puslitjakdikbud (2015) mengatakan hal ini dapat terjadi karena anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebayanya. 

Anak-anak lebih banyak berada di luar rumah bersama teman-teman sebayanya sebagai kelompok  daripada di dalam rumah bersama keluarganya. Hal ini dapat membentuk pengaruh bahwa teman sebaya atau lingkungan masyarakat berperan dalam pembentukan karakter anak. 

Mengapa hal ini bisa terjadi, faktor yang mungkin muncul yaitu pertama, ekosistem keluarga. orang tua kurang berperan dalam proses pembentukan karakter sesorang anak. Orang tua lebih sibuk dengan kegiatannya sehingga rasa peduli terhadap pola pembentukan kepribadian anak menjadi kurang. 

Orang tua menjadi amat sangat berkewajiban menjadi pelabuhan dan wadah pertama bagi anak untuk mendapatkan pendidikan. Dan tugas orang tua dalam mendidik anak tidak dibatasi oleh waktu. Kedua, ekosistem masyarakat. Anak berada pada ekosistem masyarakat yang kurang baik. Menurut Suharyadi, 2012 dalam bukunya menyebutkan bahwa institusi pendidikan tidak bisa menjadi satu-satunya sumber pengajaran untuk membentuk karakter dan kepintaran seseorang.  

Ketiga, ekosistem teman sebaya. Istilah mengatakan bila bergaul dengan seorang penjual minyak wangi maka kita akan ikut harum wanginya namun bila bergaul dengan pandai besi maka kita akan tercium baunya. Begitu juga seorang anak bila bergaul dengan teman yang salah maka akan ikut pula terbawa karakternya. 

Keempat, ekosistem sekolah. Komunitas sekolah ikut andil dalam peranan membentuk karakter anak. Alangkah baiknya bila keluarga sekolah dijadikan sebagai keluarga kedua bagi seorang anak. Sehingga tempat kembalinya seorang anak atas segala permasalahan bisa kembali ke keluarga di sekolah. Jangan jadikan ekosistem sekolah hanya sebagai tempat belajar. Tapi juga sebagai tempat seorang anak menemukan jati dirinya. 

Semua bisa menjadi keluarga apabila komunitas sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, staf administrasi, guru dan berbagai komponen lain yang memiliki hubungan langsung degan sekolah (Yaumi, 2016). 

Komunitas tersebut secara bersama-sama mengembangkan nilai etika namun juga mengembangkan nilai kinerja. Kelima, ekosistem spiritual. Agama di beberapa negara yang memiliki dominansi terhadapnya menjadikan agama sebagai pedoman hidup. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun