Mohon tunggu...
Sinta Nuriyah
Sinta Nuriyah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Proses Perkembangan Segala Potensi yang Dimiliki Manusia

8 Oktober 2018   09:04 Diperbarui: 8 Oktober 2018   09:10 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara umum, pendidikan diartikan sebagai usaha manusia untuk membina

kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dan budaya masyarakat. Dengan demikian,

bagaimana pun sederhananya peradaban suatu masyarakat, di dalamnya pasti

berlangsung suatu proses pendidikan, sehingga sering dikatakan bahwa pendidikan

telah ada sepanjang peradaban umat manusia.

Meskipun dalam Islam terdapat beberapa pandangan mengenai pendidikan Islam,

dalam hal ini pandangan Qadariyah yang memandang segala perbuatan yang

dilakukan manusia merupakan hasil usahanya sendiri tanpa adanya intervensi dari

Allah, sedangkan pandangan Jabariyah yang memandang bahwa manusia tunduk

pada kehendak Tuhan semata, begitupun dengan Asy-'Ariyah yang memandang

bahwa Tuhan pencipta semua perkara manusia berarti Tuhanlah pembuat

s Paham Qadariah mendapat tantangan keras dari umat islam ketika itu. Ada beberapa hal yang mengakibatkan terjadinya reaksi keras terhadap paham Qadariah . Pertama, seperti pendapat Harun Nasution, karena masyarakat arab sebelum islam dipengaruhi oleh paham fatalis. Kehidupan bangsa arab ketika itu serba sederhana dan jauh dari pengetahuan. Mereka slalu terpaksa mengalah pada keganasan alam, panas yang menyengat, serta tanah dan gunungnya yang gundul. Mereka merasa dirinya lemah dan tidak mampu menghadapi kesukaran hidup yang ditimbulkan oleh alasan sekelilingnya. Paham itu terus dianut meskipun mereka sudah beragama islam. Oleh karena itu, paham Qadariah dianggap bertentangan dengan doktrin islam.

 Aliran Qadariah berpendapat bahwa tida ada alasan yang tepat

menyandarkan segala perbuatan manusia pada Tuhan.

A. PENDIDIKAN ISLAM MENURUT PANDANGAN QADARIYAH

1. Pengertian Qadariyah

Secara etimologi Qadariyah berasal dari kata qadara yang berarti kuasa atau

mampu. Maksudnya adalah manusia berkuasa atas dan bebas dalam

perbuatan-perbuatannya. Paham ini juga dikenal dengan nama free will yang berarti

kemauan bebas dan free act yang berarti bebas atau merdeka dalam perbuatannya.

Nama Qadariyah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudrah atau

kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya sendiri tanpa ada intervensi dari Tuhan.

Dengan demikian, dapatlah dipahami bahwa Qadariyah adalah suatu paham

yang menyatakan bahwa manusia mempunyai kemerdekaan atau bebas dalam

melakukan perbuatan atau memilih dalam suatu perbuatan. Dengan kata lain,

manusia mempunyai kekuasaan atau daya pada tindakan-tindakannya dan otoritas

akallah yang berperan penting dalam aktivitas manusia terlepas dari kehendak Allah.

Allah hanya mengetahui setelah perbuatan yang dilakukan manusia. Saat itulah

Tuhan tidak bekerja lagi tetapi hanya mengawasi.

2. Latar Belakang Munculnya Paham Qadariyah serta Corak Pemikirannya.

Paham Qadariyah tidak dapat diketahui dengan pasti kapan muncul dalam

sejarah perkembangan teologi Islam. Ahli sejarah berusaha menerangkan tentang

orang yang pertama melahirkan aliran Qadariyah ini. Menurut Ahmad Amin

sebagaimana yang dikutip oleh Rosihin Anwar bahwa ada ahli teologi yang

mengatakan bahwa Qadariyah pertama kali dimunculkan oleh seorang yang

bernama Ma'bad al-Juhani dan Ghailan al-Dimasyqi Ma'bad al-Juhani adalah seorang

taba'i yang dapat dipercaya dan pernah berguru pada Hasan al-Basri. Dalam filsafat, paham

qadariyah disebut paham indeterminisme sebagai lawan determinisme (Jabariyah). Paham

indeterminisme memiliki beberapa argumen yang membuktikan kebebasan kehendak

manusia dalam berbuat, antara lain:

a. Kehendak merupakan salah satu bentuk keinginan. Sebagai umumnya, keinginan,

kehendak itu mempunyai tujuan tertentu dan karena itu menghendaki terjadinya

tindakan untuk mencapainya.

b. Keinginan merupakan suatu tindak lanjut dari pengetahuan, dengan demikian

kehendak itu disebut juga keinginan rasional. Hal ini menentukan adanya hubungan

konsekuensi antara kehendak dengan pengetahuan sebelumnya.

c. Oleh karena kehendak itu bersifat rasional maka biasanya selalu mengarah

kepada nilai kebaikan umum termasuk keinginan yang bersifat parsial. Akibatnya,

seseorang tidak pernah menghendaki sesuatu kecuali jika mengandung nilai baik

menurut pandangan orang tersebut.

d. Tidak ada hubungan kemestian antara tujuan umum (dalam perbuatanTuhan) dan

tujuan parsial (dalam perbuatan manusia), sebaliknya manusia yakin bahwa terdapat

ruang perbedaan antara kebaikan transenden dan kebaikan terestial (alam);

kebaikan terestial dapat saja bersifat bebas sebagai anugerah dari Yang Maha Baik.

e. Ketika kehendak itu mengarah kepada suatu objek, dasar ketergantungannya

adalah dirinya sendiri. Dengan demikian, ruang lingkup kosmologi tentang objek

yang bergerak dan diam, wujud pasif dan aktif adalah mencakup pengertian tentang

pengaruh yang sangat menentukan dari kekuatan manusia terhadap perbuatannya

sendiri. Jadi perbuatan manusia menurut paham Qadariyah adalah manusia

mempunyai kebebasan untuk memilih, dalam hal memilih perbuatan yang baik dan buruk,

karena Allah telah menciptakan keduanya. Jika manusia berbuat baik maka ia

akan mendapatkan pahala karena telah mempergunakan kodrat yang diberikan oleh

Allah dengan sebaik-baiknya dan sebaliknya.

Adapun ciri-ciri corak pemikiran paham Qadariyah adalah:

a. Kedudukan akal lebih tinggi

b. Kebebasan manusia dalam kemauan dan perbuatan

c. Percaya adanya sunnatullah dan kausalitas

d. Kebebasan berpikir hanya diikat oleh ajaran-ajaran dasar dalam al-Qur'an dan

hadis

e. Mengambil metaforis dari tes wahyu

f. Dinamika dalam sikap dan berpikir.

g. Pendidikan Islam dengan Pandangan Qadariyah

3. Pendidikan Islam dalam Pandangan Qadariyah

Jadi, paham Qadariyah memberikan peran yang sangat besar kepada manusia

dalam memilih, berpikir, menentukan atau memutuskan perbuatannnya. Kebebasan

yang di maksud bukan berarti kebebasan tak terbatas, melainkan kebebasan dalam

determinisme. Di sinilah peran pendidikan Islam dalam mengajarkan berbagai hal

agar menjadi suatu kebiasaan yang tentunya dalam hal ini faktor lingkungan sosial

dapat memberikan pengaruh pada kebebasan diri atau pikiran manusia dalam

memilih atau memperbuat sesuatu. Sehingga, pendidikan Islam sangat membuka

peluang kepada manusia agar senantiasa berusaha mananamkan nilai-nilai yang

baik dalam kehidupannya dengan mengerahkan seluruh kemampuan akalnya dan

pemahamannya terhadap wahyu karena dua hal tersebut selalu berdampingan satu

sama lain dan saling melengkapi. Manusia, dalam paham ini, sama sekali tidak 

mempunyai kekuasaan dan kebebasan, melainkan selamanya serba terpaksa 

(majbur) didalam setiap perbuatan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun