Mohon tunggu...
Sinta Melinda
Sinta Melinda Mohon Tunggu... Lainnya - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | NIM 43223010015 - PRODI S1 AKUNTANSI

Mata Kuliah: pendidikan anti korupsi dan kode etik UMB. Dosen Pengampu: Prof. Dr. apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM, CIABV., CIABG Universitas Mercu Buana Meruya Prodi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjadi Sarjana dan Menciptakan Etika Kebahagiaan Menurut Aristoteles

9 Oktober 2024   11:52 Diperbarui: 25 Oktober 2024   07:38 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Aristotle, kebahagiaan adalah tujuan akhir semua tindakan manusia. Dalam hal ini, sarjana memiliki kesempatan untuk memahami kebahagiaan dalam arti yang lebih dalam dan luas. Menjadi sarjana memungkinkan seseorang menggali makna kebahagiaan yang lebih tinggi, yang tidak hanya terbatas pada kesenangan sementara, tetapi juga mencakup pengembangan diri yang holistik serta kontribusi bagi masyarakat.

Menjadi sarjana memberikan tanggung jawab sosial yang besar. Sarjana dianggap sebagai individu yang memiliki kapasitas lebih untuk memengaruhi masyarakat melalui ide-ide, inovasi, dan kebijaksanaan yang mereka hasilkan. Dalam pandangan Aristotle, kebahagiaan tidak bisa dicapai secara individu tanpa melibatkan hubungan sosial yang baik. Sarjana, sebagai pemikir dan pembimbing, memainkan peran penting dalam menciptakan kondisi sosial yang mendukung kebahagiaan bersama.

Aristotle menekankan pentingnya proses kontemplasi untuk mencapai kebahagiaan. Bagi seorang sarjana, kontemplasi adalah inti dari pekerjaannya. Dengan mempertimbangkan etika kebahagiaan menurut Aristotle, menjadi sarjana memberikan kesempatan untuk hidup dengan penuh kesadaran, memikirkan hal-hal penting dalam kehidupan, dan membuat keputusan berdasarkan kebajikan dan rasionalitas. Dalam kebebasan berpikir inilah sarjana menemukan makna dan kebahagiaan sejati.

Kesimpulan

Menjadi sarjana bukan hanya tentang mendapatkan gelar atau pencapaian akademis, melainkan tentang memahami dan menerapkan konsep kebajikan dan etika dalam kehidupan sehari-hari. Pemikiran Aristotle tentang eudaimonia mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati hanya dapat dicapai melalui pengembangan kebajikan dan kehidupan yang sesuai dengan moralitas. Bagi seorang sarjana, pencarian kebahagiaan ini bukanlah tujuan pribadi semata, tetapi juga bagian dari tanggung jawab sosial yang lebih besar. Dengan menerapkan kebijaksanaan dan kebajikan dalam tindakan, sarjana dapat menjadi agen perubahan yang menciptakan masyarakat yang lebih etis dan bahagia.

Menciptakan etika kebahagiaan berdasarkan pandangan Aristotle sebagai seorang sarjana memberikan kita pemahaman bahwa kebahagiaan sejati bukanlah sesuatu yang dapat diraih dengan cepat atau secara materialistis, tetapi melalui perjalanan panjang dalam pengembangan diri, kebajikan, dan kehidupan intelektual. Menjadi sarjana berarti berkomitmen pada kebajikan, pemikiran mendalam, dan tanggung jawab sosial yang lebih besar, yang pada akhirnya membimbing individu dan masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik dan bahagia.

Menciptakan etika kebahagiaan berdasarkan pandangan Aristotle sebagai seorang sarjana memberikan kita pemahaman bahwa kebahagiaan sejati bukanlah sesuatu yang dapat diraih dengan cepat atau secara materialistis, tetapi melalui perjalanan panjang dalam pengembangan diri, kebajikan, dan kehidupan intelektual. Menjadi sarjana berarti berkomitmen pada kebajikan, pemikiran mendalam, dan tanggung jawab sosial yang lebih besar, yang pada akhirnya membimbing individu dan masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik dan bahagia.

DAFTAR PUSTAKA

Aristotle. Nicomachean Ethics. Terjemahan oleh W.D. Ross, Oxford University Press, 1925.

Broadie, Sarah. Ethics with Aristotle. Oxford University Press, 1991.

Kenny, Anthony. Aristotle on the Perfect Life. Oxford University Press, 1992.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun