Mohon tunggu...
sinta mayasari puspa
sinta mayasari puspa Mohon Tunggu... -

aku takkan bisa hidup tanpa cinta

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cintaku yang Membara (Based on True Story)

9 Juli 2011   11:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:48 3904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Setelah pesta pernikahan usai, aku dan Khalid pun memasuki kamar pengantin yang sudah disiapkan dengan dominasi berwarna pink dan magenta. Beberapa bunga segar dipasang di pojok kamar. Wanginya menyeruak ke seluruh kamar. Aku berpikir, panitia mengerti benar wewangian bunga adalah kesukaanku. Aku merasakan bulu-bulu halus yang ada di pundakku berdiri. Lampu utama yang mengeluarkan sinar kuning temaram membuat suasana peraduan cinta dua anak manusia semakin syahdu. Sebuah percintaan yang diikat dalam ikatan suci bernama pernikahan.

Khalid memandangiku dengan tatapan mesra. Napasnya teratur meski aku tahu, nafsu di dalam tubuhnya laksana bom atom yang siap meledak. Aku pun hanya terdiam, menunggu apa yang akan dilakukannya terhadap diriku. Kedua tangannya kemudian menjamah pundakku. Gaun penganten yang kukenakan tersingkap. Desainer pengantenku memang sengaja membuat sebuah gaun yang terbuka di bagian atasnya. Aku menyukai gayanya yang Eropa.

Khalid menatap nanar tubuhku yang putih. Nafasnya yang tadi teratur mulai tersengal-sengal. Dia mendaratkan bibirnya ke bibirku yang merah. Kami pun larut dalam pergumulan ciuman yang hangat. Tidak ada yang bisa kulakukan, selain memejamkan mata. Aku menikmati keindahan cinta yang diberikan pria ini.

Tangan Khalid kemudian membuka seluruh gaun yang kukenakan. Aku pun hanya bisa pasrah. Posisi cinta yang kami lakukan adalah berdiri. Aku pun tidak mempermasalahkannya, sepanjang Khalid bisa memberikan kenikmatan dan keindahan yang selalu hadir dalam imajinasiku.

Khalid semakin menunjukkan kejantanan yang sebenarnya. Tubuhku yang putih dan bersih mengundang hasrat laki-lakinya. Permainan cinta kami pun semakin tidak terkendali. Aku pun hanya bisa mengejang, merintih, sesekali mengerang, menahan kenikmatan duniawi yang belum klimaks.

********

Jam di dinding kamar penganten menunjukkan pukul 4 dini hari. Aku sudah kehilangan tenaga akibat pergumulan cinta yang dahsyat. Sudah beberapa kali aku orgasme, tapi Khalid masih meminta. Hingga menjelang Subuh, Khalid masih menggerayangi tubuhku. Sungguh, aku tidak kuat lagi melayani permainan cintanya.

Awalnya, aku bilang aku sudah tidak bisa. Aku sudah orgasme enam kali sejak malam tadi. Tapi, dia seperti tidak mau mengerti. Aku pun memelas agar tidak lagi menyetubuhiku. Aku sudah tidak kuat lagi. Namun, Khalid tidak mau peduli. Dia tetap memelukku erat, gerakan-gerakannya memompa birahi menyakitkanku.

Aku pun menjadi boneka yang tidak lagi memiliki rasa. Tubuhku mati rasa, kenikmatan yang awalnya kurasakan, menjadi kesakitan yang luar biasa.

Hingga pukul lima lebih, Khalid masih memompa dengan kasar. Dia seperti tidak mengerti dengan kesakitan yang kurasakan. Aku pun berontak. Cengkeraman kedua tangannya yang kuat, bisa kulepas dengan sisa-sisa tenaga yang kumiliki.

Aku pun berlari keluar kamar. Dengan tubuh tanpa sehelai benang pun, aku berlari di tengah gelap gulitanya villa pernikahan yang disediakan untuk malam pertama kami. Khalid tidak terima dengan tindakanku ini, dia pun mengejarku. Aku tidak peduli dengannya lagi, sungguh malam pertamaku berubah menjadi mimpi buruk. Cintaku yang membara telah padam, karena stamina yang kumiliki sudah terkuras habis. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun