Mohon tunggu...
Pendidikan

Yang Perlu Kita Ketahui

11 April 2019   03:37 Diperbarui: 11 April 2019   03:45 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Artikel kali ini akan membahas tentang strategi intervensi konseling dan hal-hal apa saja yang berkaitan dengan tema tersebut.

Menurut  Montersen (1964 : 301), konseling individual adalah suatu proses antar pribadi, dimana satu orang dibantu oleh satu orang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan masalahnya. 

Dan, attending terhadap klien adalah kemampuan untuk mendengar secara aktif dan penuh perhatian terhadap klien dalam proses konseling, yang berupa perilaku verbal maupun nonverbal yang tepat secara budaya.

Attending dikomunikasikan melalui tiga cara, yang mana komunikasi tersebut merupakan tanda untuk klien terkait dengan tingkat penerimaan, persetujuan, penolakan, atau pengabaian yang dihubungkan dengan perilaku penguatan. Cara-cara tersebut yaitu:

(1) Ekspresi muka, yaitu wahana utama bagi komunikasi emosional yang mencerminkan sikap antarpribadi, merupakan umpan balik nonverbal terhadap komentar orang lain. Ekspresi muka meliputi kontak mata, anggukan kepala dan animasi;

(2) Posisi dan gerakan tubuh, kuncinya adalah sejumlah tekanan yang konselor rasakan. Tekanan tubuh mengkomunikasikan kegiatan yang dilakukan konselor ; dan

(3) Respons verbal. Perilaku verbal berupa ucapan konselor yang mempunyai pengaruh langsung terhadap klien, respon konselor dapat membentuk dan mengubah langsung respons klien.

Seringkali, respons khusus klien berisi pesan kognitif dan afektif, sehingga konselor harus mampu membedakan antara keduanya. Apabila konselor mampu membedakan antara pesan kognitif dan afektif, maka dia akan mampu membahas permasalahan. 

Proses memilih antara topik-topik kognitif dan afektif klien dinamakan differentiation. Proses pemilihan respon bergantung pada apa yang terjadi dalam interaksi dan apa yang dibutuhkan oleh klien. Ada beberapa pendekatan yaitu, pendekatan fenomenologis yang menekankan pada afeksi dan pendekatan rasional emotif yang menekankan pada proses-proses kognitif.

Ada beberapa respon konselor untuk membedakan pesan kognitif dan afektif, yaitu: (1) penekanan; (2) respons bahwa klien itu potensial; dan (3) konfrontasi.

Respons konselor terhadap isi afektif sebagai alat untuk mengurangi kecemasan yang selama ini terpelihara sedangkan respons konselor terhadap isi kognitif membantu klien dalam mengembangkan dan mengeskpresikan proses-proses pemikiran dalam menyelesaikan masalah juga dalam membuat keputusan.

Respons konselor terhadap klien berupa verbal dan nonverbal. Yang berpengaruh terhadap klien dan topikk yang sedang dibahas. Tugas konselor adalah mengidentifikasi jenis isi yang dikemukakan oleh klien dan mengidentifikasi alternatif respons. 

Jenis respons yang dapat digunakan dari stimulus yang menghasilkan isi kognitif adalah : (1) diam; (2) meminimalkan aktivitas verbal (seperti oh, ya dll); (3) menyatakan kembali sebagian atau seluruh apa yang dikomunikasikan klien; (4) probing, yaitu bertanya yang memerlukan lebih dari satu kata dari klien.

Klien menggunakan cara verbal dan nonverbal (suara memuncak, kecepatan bicara, posisi tubuh, dan bahasa badan) untuk menyatakan masalah pada koonselor. Perasaan dapat diidentifikasikan kedalam 4 bidang, yaitu ksih sayang, kemarahan, kekhawatiran, dan kesedihan.


Perumusan masalah meliputi mengenal, memahami dan memenuhi kebutuhan klien. Konselor perlu memahami klien, karena peran konelor untuk menciptakan suasana menyenangkan untuk konseling. 

Proses konseling melibatkan 2 jenis tujuan, yaitu tujuan proses dan tujuan hasil akhir. Tujuan hasil dibedakan untuk setiap klien, secara langsung diaitkan dengan perubahan klien sebagai hasil konseling. Konselor harus mampu mengubah tujuan yang tidak jelas ke tujuan khusus, dan klien harus dilibatkan dalam hal tersebut.

Dalam proses konseling, konselor harus menilai perilaku dan pengaruhnya terhadap klien. Proses ini melibatkan dua kegiatan, sebelum dan selama. Sebelum kegiatan konselor harus memahami klien dan kesulitannya untuk menyeleksi intervensi konseling apa yang sesuai. Dan selama kegiatan melibatkan penilaian yang berkesinambugan terhadap respons klien terhadap intervensi konselor.

Sumber diambil dari buku Bimbingan dan Koseling dalam berbagai latar kehidupan karya  Dr. Achmad Juntika Nurihsan, M.Pd

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun