Kontroversi Program Wajib Militer atau Bela Negara sudah mereda saat ini. Kontroversi yang sepertinya berkutat hanya pada Militerisme dan non Militerisme. Harusnya peluang dari Militer ini kita tanggap dengan positif.
Program Wajib Militer atau Bela Negara dengan bantuan dari Praktisi Character Building para Pendidik dan Budayawan, saya kira sangat-sangat di butuhkan bangsa ini, dimana dalam dunia Industri saat ini bukan biaya sedikit yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk meningkat kepribadian, Team Work dan lain-lain lewat pelatihan di dalam (seminar motivasi dll) atau pelatiah di luar (team building).
Dan Pelatihan itu sudah dilakukan untuk karywan BUMN dan Mahasiswa Politeknik.
Berikut saran dan hal posisif Program Wajib Militer atau Bela Negara untuk Character Building sebagai pandangan Pribadi penulis sebagai Alumni Perguruan Tinggi yang telah mengikuti Pra Pendidikan Dasar Militer di Salah Satu tempat pendidikan Militer Angkatan Darat yang di kenal Rindam (Resimen Induk Kodam) yang hanya belangsung 3 Minggu.
Sangat penting membangun Kepribadian Nusantara dan punya Team Work Nusantara untuk warga Indonesia
- Fokuskan dalam jangka pendek hanya untuk Calon Mahasiswa dan atau yang akan lulus dari Perguruan Tinggi atau Akademi
Mereka yang akan lulus dari Perguruan Tinggi atau Akademi adalah salah satu tulang punggung yang paling kuat pengaruhnya dalam membangun kecintaan atau akan membela kepentingan Negeri dan Mereka yang akan mendapat posisi level menengah ke atas dalam bidang-bidang yang mereka kuasai atau bahasa pasarannya mereka yang akan punya anak buah yang perlu di ayomi dan di bina dan sebagai warga kelas menengah.
Penulis punya pengalaman pribadi di mana salah satu di Eropa di Ambang Kebangkrutan karyawannya berjuang agar perusahaan ini eksis dan tidak jatuh ketangan perusahaan Asing. Juga kisah nyata bagaimana para Executive Muda Harley Davidson yang berjuangan menyelematkan perusahaan itu dari Kebangkrutan demi kecintaan pada Bangsa Mereka.
Atau yang lebih hebat lagi beberapa Orang dari Negeri Jiran berjuang mensabotase Pelanggan satu perusahaan dari Benua Lain dan mereka berhasil mendirikan perusahaan dan merebut pelanggan perusahaan Eropa itu dengan berbagai cara atas nama Perusahaan milik warga Negara Negeri Jiran tersebut.
Ironisnya (dan Semoga tidak berlangsung lagi karena sudah adanya pemotongan Uang Pensiun tiap bulan) dimana di Banyak Industri di tempat saya, karyawan malah seperti mendorong tutupnya sebuah perusahaan (dikota saya umumnya PMA) agar mendapatkan Uang Pesangon. Kenapa kalau bisa kita merebut perusahaan yang hampir tutup itu menjadi milik warga Bangsa ini?
Ironisnya lagi seringnya konflik di internal karyawan Indonesia antara level Management dan Level Bawah membuat beberapa perusahaan berhasil hengkang diam-diam tanpa membayar Pesangon. Konflik yang mengedepankan kepentingan dan ego masing-masing akhirnya Indonesia tidak mendapatkan apa-apa.
Â