Tuanku mendongak. Menatap sosok di seberang meja. Bingung
"Ya.. tape recorder, radio, kaset atau apalah yang bisa bantu berlatih Bahasa Inggris?" lanjutnya
"Hmm, sudah ada Pastor. Sudah dibelikan kakak," jawab Tuanku. Aku ingat-ingat rasanya tidak pernah ada tuh barang yang disebutkan di kamar kostan.
"Bo'ong dia," bisik kembaranku.
"Pastor... tidak marah?" tanya Tuanku ragu.
Rohaniwan itu hanya tersenyum. Matanya menatap Tuanku. Tangannya mengeluarkan amplop. "Apa ada kenaikan uang kuliah?"
"Masih sama, Pastor," jawab Tuanku seraya menggeleng. Â Rohaniwan itupun mengambil beberapa lembar uang dan diberikan kepada Tuanku.
"Hmm, ini kelebihan uangnya, Pastor." Tuanku mengembalikan satu lembar uang yang ia terima.
Rohaniwan itu menggeleng dan berkata, "Anggap saja itu untuk beli kaset. Kamu perlu alat untuk membantu belajarmu." Tuanku mengangguk pelan
"Terima kasih banyak Pastor," ujar Tuanku. Suaranya agak bergetar. Dalam hitungannya uang lebih itu bahkan bisa dibelikan pemutar kaset portable  di toko loak yang pernah ia singgahi.
"Kamu itu terlalu baik. Â Mestinya kamu harus ke Inggris untuk berlatih Bahasa Inggrismu," ujar rohaniwan tersebut yang di balas senyuman kecil Tuanku.