"Hampir seminggu ya kamu absen."
     "Tidak ngitung, Pak."'Â
     "Sebentar dulu, kerahmu," tanganku menjangkau kerah baju Ali. Merapikan.Â
     "Rambutmu juga. Waktunya potong rambut. Kecuali mau potong rambut gratis di sekolah," komentarku.Â
     "Nggak akan terjadi, Pak," ujar Ali.Â
     "Syukurlah. Lebih baik begitu. Guntingan barber pastinya lebih rapi daripada gurumu."'
     "Bukan begitu, Pak," sahut Ali.
     "Saya berhenti sekolah," ujar Ali lirih.
     "Berhenti?" tanyaku kaget. Ali mengangguk. Aku menatap Ali menyelidik. Kutarik dia menjauhi gerbang.Â
     "Kamu serius?" Ali mengangguk.Â
     "Serius, Pak. Mama mau ketemu kepala sekolah pagi ini. Ngurus kepindahan saya."'   Â