Tesis Tiga Warisan Nkrumah sebagai ideologi untuk pembangunan Afrika
           Tesis Tiga Warisan telah diidentifikasi dengan Ali Mazrui. Namun, ada bukti bahwa Mazrui sendiri berasal dari istilah doktrin kesadaran filosofis Nkrumah. Tesis Tiga Warisan, menurut Mazrui (1986) mengacu pada tiga pengaruh budaya utama di Afrika: budaya tradisional Afrika, budaya Islam dan budaya Barat. Nkrumah terkait Tesis Tiga Warisan dengan ajarannya tentang kesadaran filosofis. Menurut dia, (1995,55) perhatian utama dari kesadaran filosofis adalah untuk mengembangkan jenis sosialisme baru yang selaras dengan prinsip-prinsip humanis yang mendasari masyarakat Afrika asli. Jadi kesadaran filosofis adalah "peta dalam istilah intelektual atas disposisi gerakan yang akan memungkinkan masyarakat Afrika mencerna Barat dan Islam dan unsur-unsur Eropa-Kristen di Afrika, dan mengembangkan mereka sedemikian rupa yang cocok dengan kepribadian Afrika". Menurut Nkrumah, kepribadian Afrika didefinisikan oleh sekelompok prinsip humanis yang mendasari masyarakat tradisional Afrika. Kesadaran filosofis adalah bahwa sudut pandang filosofis yang bermula dari isi hati kesadaran Afrika menunjukkan cara di mana kemajuan ditempa dari konflik dalam kesadaran (hal.56) Pandangan di atas membawa sifat dialektis dari doktrin kesadaran filosofis. Sebagai fakta, Nkrumah percaya bahwa doktrinnya memiliki dasar dalam materialisme, pandangan yang menegaskan keberadaan mutlak dan independen dari materi.
          Aspek dialektis materialisme adalah bahwa materi adalah sebuah pleno kekuatan yang berada dalamanti tesis terhadap yang lain. Tampaknya mengikuti bahwa Nkrumah menolak penjelasan darifenomena alam dan sosial yang didasarkan pada ilahi/makhlukmitos. Penerapan tesis materialis dialektis ini adalah bahwa materi adalah satu,bahkan ketika itu memanifestasikan dirinya dalam cara yang berbeda. Dengan cara yang sama, manusia adalah salah satu bahkan ketika mereka diwujudkan dalam budaya yang berbeda dan situasisejarah yang berbeda. Ini adalah bahan egaliter dalam kesadaran filosofis.
           Identifikasi kesatuan spesies manusia dengan elemen non spiritual, sehingga dengan melewati bentuk relativisme yang dapat melemahkan upaya menemukan kesamaan tertentu dalam masyarakat manusia telah dicatat oleh Wiredu (1996). Menurut Wiredu, bahkan ketika manusia merupakan makhluk budaya, ada hal-hal biologis tertentu yang sama-sama dimiliki manusia. Dia mengidentifikasi kesamaan seperti komunikasi manusia. Menurut Wiredu (1996: 21) komunikasi merupakan kebutuhan eksistensial. Tanpa komunikasi tidak akan ada masyarakat manusia.Tanpa adanya komunikasi kita bahkan tidak bisa berbicara tentang pribadi manusia. Implikasi dari pandangan untuk tesis tiga warisan ini jelas: yakni bahwa manusia, tidak peduli orientasi budaya kita, kita terikat bersama oleh unsur-unsur (fisik, biologi) tertentu yang membuat kita menjadi manusia. Bahwa beberapa segmen dari populasi manusia telah menyangkal ini contoh dari 'dekadensi disiplin', yang telah menjadi slogan di beberapa kalangan filosofis. Jadi budaya tradisional, modern, Kristen dan Islam dapat hidup berdampingan, meskipun ada perbedaan tertentu antara mereka.
           Kekuatan etika kesadaran menyatakan bahwa aturan etika tidak permanen tapi tergantung pada tahap yang dicapai dalam evolusi sejarah masyarakat. Namun, Nkrumah mengamati bahwa tidak peduli perubahan yang dialami dalam aturan etika masyarakat, prinsip-prinsip utama egalitarianisme yang dipertahankan. Menurut Kant, egalitarianisme menyatakan bahwa orang harus diperlakukan sebagai tujuan dalam dirinya sendiri dan tidak hanya sebagai sarana. Pertanyaan berikutnya yang akan ditanyakan adalah bagaimana doktrin ini merupakan suatu ideologi untuk pengembangan benua Afrika? Mengingat fakta bahwa sosialisme adalah ideologi yang disukai di kalangan generasi pertama para pemimpin Afrika, dimana Nkrumah adalah pelopornya, jenis sosialisme Afrika apa yang dia anut? Respon terhadap pertanyaan-pertanyaan ini adalah bahwa Nkrumah menolak apa yang dianggap sebagai romantisme masa lalu Afrika. Sebaliknya ia memegang pandangan bahwa mengingat realitas sekarang dari benua Afrika, ideologi untuk pembangunan Afrika hanya dapat berasal dari sintesis fitur humanistik masyarakat tradisional Afrika ditambah dengan doktrin-doktrin agama Kristen dan Islam.
           Jika kita mengikuti tiga tesis warisanNkrumah, maka kita dapat menyarankan bahwa prinsip egalitarian tampaknya menghubungkan prinsip antara tiga tradisi. Dengan demikian, sifat egaliter masyarakat tradisional Afrika yang berasal dari kesetaraan antara semua segmen penduduk, Kristus Yesus mengajarkan bahwa orang kaya harus menjual barang-barang mereka dan memberikan hasil kepada orang miskin(redistribusi ekonomi) dan agama Islam percaya kesetaraan yang digambarkan dalam permohonan dari salah satu emir Utara di Nigeria, yang kaya harus membantu yang membutuhkan di sekitar mereka. Maka, egalitarianisme merupakan prinsip universalyang mendefinisikan seseorang sebagai orang tanpa jalan lain tanpa mempersoalkan usia, status, ras dan keyakinan.
           Ada masalah konseptual dan praktis tertentu yang bisa diangkat sehubungan gagasan Nkrumahatas egalitarianisme sebagai prinsip utama kesadaran filosofis. Salah satu isu konseptual dan praktis berkaitan dengan upaya untuk menurunkan suatu prinsip etisdari ontologi materialis dan ilmiah. Dengan kata lain,masalah abadi dikotomiantara fakta dan nilai yang sekali lagi sulit diselaraskan.
           Satu tanggapan terhadap kritik ini adalah bahwa seseorang tidak mengharapkan sebuah ideologi bebas dari perselingkuhan filosofis tertentu; setelah semua, ideologi seharusnya memotivasi aksi politik dan dalam melakukan cita-cita filosofis tertentu/standar dapat dilanggar. Yang penting bagi praktisi politik, sepert iNkrumah, adalah untuk menghargai bahwam ereka bukan ahli teori politik dalampemahaman ilmiah dari istilah; mereka bukan praxian yang harus menggunakan genre yang berbeda dalam mengartikulasikan pesan mereka. Yang penting bagi mereka adalah bahwa pesan mereka sampai kepada khalayak, yang mereka harapkan untuk bertindak tepat dalam kaitannya dengan tujuanpesan.
Saluran lain terhadap prinsip egalitarian Nkrumah berkaitan dengan pandangan bahwa tiga komponen ideologi baru-humanisme tradisional Afrika, Kristen dan Islam religions-semua memegangkeyakinan bahwa manusiatidak hanya makhluk material;mereka juga makhluk spiritual. Akibatnya, materialisme Nkrumah berbeda dengan realitas yang digambarkan oleh ideologinya. Dengan pembatasan kritik-kritik ini, kesadaran filosofis merupakan respon terhadap situasi tertentu dalam Nkrumah Ghana dan dia berharap untuk memperluas hal yang sama dengan negara-negara Afrika lainnya(Pan-Afrikanisme) yang sebelumnya di bawah belenggu kolonialisme.
           Jadi menurutNkrumah, kesadaran filosofis adalah respon terhadap kolonialisme, imperialisme, perpecahan dan kurangnya pembangunan(1995: 58). BagiNkrumah, tugas besar pertama dari ideologi adalah untuk melikuidasi kolonialisme dalam segala konsekuensinya. Likuidasi tersebut didasarkan pada tindakan politik. Aksi politik, menurut Nkrumah"adalah perjuangan terus-menerus bagi emansipasi sebagai langkah yang sangat diperlukan menuju kemandirian ekonomi dan integritas" (1995: 59). Tampak  bahwa Nkrumah terombang-ambing pada bentuk perjuangan apa yang akan digunakan. Seperti Marx, mungkin menggunakankekerasan ataucara-cara non-kekerasan, tergantung padasituasisejarah yangdiperolehpada waktu tertentu.
Â