Mohon tunggu...
Seno Rocky Pusop
Seno Rocky Pusop Mohon Tunggu... Penulis - @rockyjr.official17

सेनो आर पूसॉप जूनियर

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Petaka dan Nestapa Rakyat Jelata

22 Juli 2024   12:28 Diperbarui: 15 Oktober 2024   16:54 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar. Ilustrasi Nista dan Nestapa (kompas.id)

Sejarah umat manusia yang penuh dengan liku-liku pada akhirnya membentuk dunia yang kita kenal dengan nama Papua. Taktik yang sering digunakan penguasa negeri ini erat kaitannya dengan fakta bahwa konflik Papua masih mengandung rahasia yang sulit dipahami.

Nestapa merupakan bagian dari sejarah hidup manusia yang harus dihadirkan kembali (anamnesia) guna mendorong perubahan di masa kini agar penderitaan tidak terulang kembali. Mengembalikan derajat rakyat jelata sebagai subjek sejarah, bukan sebagai sejarah yang diproduksi pada periode waktu sekarang.

Mendorong penerimaan sejarah dalam kehidupan bermasyarakat. Sebab sejarah bukan hanya miliki para pemenang, namun juga milik mereka yang menjadi korban sejarah. Fakta sejarah mengenai penderitaan rakyat Papua tidak hanya tinggal sebagai pengalaman sejarah melainkan juga sebagai memoria.

Memoria Papua adalah sebuah pengalaman yang akan mengendap, tak kasat mata namun selalu hadir dalam imajinasi rakyat jelata. Menata kembali sejarah dan mengembalikan subjek-subjek sejarah pada tempatnya, yakni eksis dalam dinamika hidup dan memberi kontribusi dalam kehidupan Sweetland.

Rakyat Papua bukanlah makhluk kecil yang rapuh, yang kemudian harus diperlukan dengan rasa iba. Seharusnya, orang memandang rakyat Papua dengan penuh rasa takjub di sosok makhluk kecil ciptaan Tuhan yang banyak menyimpan rahasia ilahi yang penting bagi kehidupan manusia.

Apa yang diakibatkan oleh manusia merupakan petaka dan nestapa terbesar dalam hidup orang Papua. Penderitaan, penghinaan, kemiskinan, kerusakan ekologi atau merendahkan harkat dan martabat manusia serta pelanggaran hak asasi manusia mempunyai reputasi sebagai nestapa yang mematikan, proporsinya jauh lebih besar dan sengatannya sangat mematikan.

Kehidupan orang Papua semakin diperpendek seiring petaka dan nestapa yang terjadi tanpa disadari. Padahal, kondisi ekonomi dan politik yang berbeda seharusnya memungkinkan rakyat Papua untuk menikmati kualitas hidup yang baik dan lebih lama.

Kaum yang tertindas dan termarginal hanya mempunyai satu kehidupan untuk dijalani. Kesempatan untuk memperjuangkan harkat dan martabat sepenuhnya atau kehilangan nyawa demi kebaikan akan mengakibatkan mereka yang tertinggal menjalani kehidupan yang sangat menyedihkan.

Tragedi bukan lagi milik bersama, kaum elit menikmati akses tanpa batas terhadap sumber daya yang terbatas dan berharga, mereka cenderung menggunakan kekuasaan secara berlebihan dan menghancurkan bumi Cendrawasih beserta seluruh isinya.

Apa pun penyebab pastinya, meluasnya penggunaan taktik tersebut telah menimbulkan petaka dan nestapa bagi rakyat Papua, baik disengaja maupun karena kelalaian. Cara-cara ini hanya menguntungkan kepentingan penguasa, pemerintah atau milisi.

Namun krisis kemanusiaan yang mereka timbulkan merupakan sumber ketidakstabilan dan konflik berkepanjangan yang terus berulang dan menambah ketidakpastian dalam perang dan krisis yang sulit diselesaikan. Tanpa ada upaya yang lebih besar untuk menciptakan solusi politik, kehancuran, penderitaan, kemelaratan, dan trauma, kemungkinan besar akan terus bertambah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun