Mohon tunggu...
Seno Rocky Pusop
Seno Rocky Pusop Mohon Tunggu... Penulis - @rockyjr.official17

सेनो आर पूसॉप जूनियर

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nanti Kita Cerita tentang Papua

4 Desember 2023   01:51 Diperbarui: 4 Desember 2023   02:05 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar. Ilustrasi Pulau Papua (Jubi.id)

Di balik riuhnya suara Cenderawasih dengan nadanya yang mendayu-dayu, nanti kita cerita tentang Papua yang tak terelakkan, menyapa dengan terang di pelupuk mata. Bumi Cenderawasih dengan kemolekannya menyimpan banyak cerita.

Rahasia, cinta dan revolusi hanya bisa didengar oleh hati yang ikhlas dan telinga yang mau mendengarnya. Hikmat dan kebijaksanaan diberikan kepada mereka yang terbuka menerima keajaiban dan kenyataan.

Ada energi luar biasa dalam cerita yang akan terdengar di masa depan dari orang-orang masa lalu yang telah meninggalkan legasi kepada generasinya. Mereka pasti akan mengenal banyak dari kita dengan segala kiprah, usaha dan perjuangan kita masing-masing selama itu sampai disini.

Seharian aku hanya duduk merenung dan menulis, bagaimana pengalaman ini nanti kita cerita, tentunya di suatu masa yang akan datang. Hari itu pasti akan terdengar dan terlihat. Setelah menyisihkan rasa penasaran, kini aku mencoba bertanya kepada Cenderawasih tentang bagaimana kabarnya.

"Oh, kamu tidak tahu?" jawabannya balik bertanya "Iya, sepertinya cerita kita sudah beberapa tahun tidak terdengar!" Aku menulis. Selepas itu, tanpa mereka duga, kita bercerita panjang lebar tentang Papua.Jangan berjalan terlalu jauh untuk mencari pendongeng yang memenuhi benak kita. Padahal, cerita yang sesungguhnya terletak pada diri kita sendiri.

Nanti kita cerita tentang kehidupan yang luruh di tengah hingar bingar dunia dan nurani yang terluka. Semula mereka melihat mata yang menerawang jauh. Seperti ingin memanggil kembali orang-orang dari masa lalu. Orang pasti akan mendengarkan cerita yang luar biasa dengan saksama. Sebuah cerita langka tentang Papua yang dimulai puluhan tahun lalu.

Kita awali dengan tangan hampa, nekat keluar dari rumah meninggalkan orang-orang tercinta demi mencari kehidupan yang layak, sayangnya kehidupan memang tidak selamanya bersahabat.

Doa kecil untuk mendapatkan kehidupan yang baik di negeri ini demi orang-orang tercinta ternyata belum juga terkabul. Kehidupan seolah tak berdaya dalam mencari tempat tinggal yang nyaman.

Tahun pertama berlalu dengan kering, tahun kedua semakin berat, tahun ketiga hingga tahun-tahun berikutnya kepedihan tak kunjung usai. Waktu berjalan lamban dan berat, enam puluh tahun kehidupan di Papua tidak nyaman, selalu berteduh dibawah tekanan terik matahari dan suasana negeri yang semakin garang. Namun tabah bertahan dalam kesabaran dan ketidakpastian hidup.

Kehidupan di balik gemuruh dan kebisingan kota akan lebih buruk dari hutan rimba. Jika kita tidak tahu bagaimana cara mencari kedamaian, di hutan bahkan jauh lebih baik, masih bisa menemukan buah-buahan, merasakan kedamaian dan kesejukan tanpa beban dan persoalan hidup. Tapi di kota? Kota belantara penuh penderitaan yang menjerat siapa pun yang tidak mampu bersaing.

Pulang ke rumah bukanlah pilihan terbaik, kita sudah melangkah, kita harus membawa perubahan dalam kehidupan negeri kita Papua, itulah tekadnya. Seringkali kita melewatkan hari dengan puasa, menahan dahaga dan lapar sembari terus melangkah. Berikhtiar menemukan sayap-sayap malaikat.

Kecemasan mulai membuat kita khawatir. Namun inilah suatu kehidupan, kita paham bahwasannya dunia ini hanyalah tempat persinggahan, tempat tinggal yang sesungguhnya ada, meski jauh dari harapan dan kenyataan, kita pasti bisa sampai dengan selamat di dermaga kebahagiaan, tanpa mengeluh, tertatih-tatih hanya untuk memenuhi kewajiban demi negeri yang kita cintai.

Bertahun-tahun dalam ketidakpastian tetapi kehiduapn tidak kunjung berubah. Kita terbiasa dengan kenyataan tersebut, hanya di saat mengucap syukur dan memanjatkan doa yang selalu bergema di langit ilahi, kita merasakan kesejukan, seperti terbebas dari beban dan belenggu dunia yang menindih, hingga hati kita selalu tentram di tiap menit yang kita lalui.

Di antara lamunan kecemasan, kita dikejutkan oleh suara yang memanggil nama Sweetland, suara itu datang dari persimpangan jalan. Sebelum guncangan hebat itu berlalu, kita dikejutkan oleh orang-orang yang dengan tegap menghampiri kita. Mereka membawa kita ke mobil tanpa basa-basi lagi, tak banyak ngomong mereka hanya mengatakan "tuan memanggilmu".

Rasa takjub dan takut hilang begitu sampai di tempat yang konon merupakan istana tuan besar, disanalah para serdadunya menceritakan bahwa tuan merasa kehilangan dengan suara Cenderawasih yang indah dan merdu. Setiap kali mendengar suara Cenderawasih, tuan selalu terbangun dan merasa terpanggil.

Hingga suara Cenderawasih tak terdengar lagi, tuan merasa kehilangan. Ketika mengetahui suara-suara itu lelah dan terdiam, tuan memerintahkan serdadunya untuk mencari dan segera menjemput kita yang berada dalam kondisi sangat tidak berdaya. Sesampainya di rumah, tuan menyambut kita dengan beberapa pertanyaan tentang alasan mengapa suara Cederawasih berhenti begitu cepat.

Kita cerita, sudah puluhan tahun Cenderawasih tidak lagi menari dan bernyanyi seperti biasanya, namun kini semakin langka karena dihabisi oleh orang-orang yang tamak dan tidak bertanggung jawab.

Cenderwasih tidak punya kesempatan untuk hidup di negeri ini. Tuan mengangguk dan bertanya "Berapa banyak Cenderawasih yang masih hidup sampai hari ini?"

Canggung kita menjawabnya, karena Cenderawasih yang masih hidup sudah tidak mampu bertahan lagi. Bahkan seringkali Cenderawasih menghilang begitu saja, bahkan selama bertahun-tahun banyak yang hilang, dibunuh dan dibantai habis-habisan. Tuan bertanya lagi "Berapa jumlah Cenderawasih dalam sebulan terakhir yang pernah ada?"

Dahi kita berkerut mengingat kembali catatan hitam selama bertahun-tahun lamanya kebelakang. Kita menjawab dengan sedih bercampur ceria "ratusan ekor". Tuan memerintahkan serdadunya untuk mencari dan menemukan mereka yang masih hidup serta menyatukannya kembali dan mengembalikan mereka ke habitatnya. Tubuh kita bergetar melihat keajaiban di hadapan tuan.

Sebelum bibir kita selesai bibir kita mengucapkan terima kasih, tuan yang baik hati datang dan memeluk kita seraya berkata: "Aku tahu, cerita tentang negeri dan tanah airmu yang penuh dengan burung surga yang selalu menunggumu. Pulanglah dan temuilah mereka dengan damai, tidak akan ada lagi ratapan dan tangisan, hiduplah dengan tenteram dan bahagia".

Kita tidak sanggup lagi menahan air mata. Kita tidak terharu dengan banyaknya harta yang berlimpah, harta memang sangat berarti bagi bumi Cenderawasih yang miskin. Kita menangis karena keyakinan kita selama ini benar, Tuhan sungguh prihatin dengan keniscayaan selama ini, penderitaan kita selama ini kita akhiri dengan penuh bahagia.

Di akhir cerita kita akan disuguhkan cerita tentang keabadian, di dalam keabadian manusia akan mengingat dan bercerita. Masyarakat di belahan dunia lain akan mendapatkan pengalaman dan inspirasi dari cerita tentang Papua yang luar biasa menyeramkan dari sedikit yang membahagiakan dalam kehidupan. Sebelum mereka berbahagia, nanti mereka akan terharu mendengar cerita ini.

Kita tidak lagi membayangkan hantaman sinar matahari membakar kulit dan tidak lagi memikirkan setiap tahunnya kehidupan orang-orang yang kita cintai, baik hari ini mereka masih ada atau tidak. Semuanya pasti akan berubah dalam sekejap!

Sekian tahun terbilang masa yang paling lama. Tapi masa yang teramat singkat bagi kekuasaan Tuhan. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Bumi dan segala isinya adalah kepunyaam Tuhan, Papua akan jadi apa dan seperti apa hari ini, besok dan seterusnya ada dalam kekuasaan Sang Khalik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun