Mohon tunggu...
Seno Rocky Pusop
Seno Rocky Pusop Mohon Tunggu... Penulis - @rockyjr.official17

सेनो आर पूसॉप जूनियर

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peradaban Tertua di Pegunungan Timur Papua

4 April 2023   00:00 Diperbarui: 27 Juni 2023   09:04 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peradaban Suku Yalenang merupakan peradaban tertua di bumi Cenderawasih. Kawasan pegunungan timur ternyata adalah lokasi peradaban tertua nomor satu di Papua. Bahkan dapat diperkirakan sejarah kehidupan suku Yalenang telah menetap dan berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu.

Banyak peradaban manusia di wilayah pegunungan timur yang muncul dan berkembang, namun ada pula yang hilang tanpa jejak dan banyak sisa peradaban yang tidak sepenuhnya tercatat. Hal ini dapat diketahui dari berbagai bukti seperti arkeologi dan budaya yang masih dapat dirasakan hingga saat ini.

Mengulik fenomena peradaban Yalenang di pegunungan timur Papua, tentunya kita akan menjumpai bagaimana manusia pra-aksara mempertahankan hidupnya pada alam dengan menetap dan bergantung pada makanan yang tersedia, dengan cara berburu dan meramu, tetapi juga bercocok tanam dan hidup menetap.

Dalam sejarah maupun mitologi Yalenang, tercatat bahwa suku Yalenang bukanlah manusia yang berasal dan datang dari pulau atau dari tempat lain. Namun, kehidupannya di sini terbentuk karena proses evolusi dari makhluk purba yang telah membentuknya menjadi rupa manusia dan hidup di wilayah pegunungan timur sejak awal.

Yalenang merupakan suku sedenter, yaitu mereka hanya hidup menetap dan membangun peradabannya di wilayah pegunungan timur. Berbeda dengan peradaban kuno lainnya yang nomaden, Yalenang masih bertahan hingga saat ini. Hal ini dapat dibuktikan melalui peninggalan purbakala dan mite-mite yang diwariskan para leluhur turun-temurun.

Peradaban ini berada di dataran tinggi dan dikenal dengan nama Yalenang. Terdapat peninggalan-peninggalan kuno di wilayah timur. Penggalan tersebut berupa perkakas, artefak, fosil, tulang-belulang hingga jejak makhluk purba pertama yang kemudian dikenal sebagai awal mula peradaban manusia di pegunungan timur.

Keunikan dari suku Yalenang dari peradaban kuno hingga sekarang masih tetap mendiami rumah-rumah adat yang beratapkan jerami. Tetapi juga suku Yalenang dianggap sebagai masyarakat yang sakral dan memiliki ikatan yang kuat dengan alam dan tempat-tempat tertentu di sekitarnya yang dianggap keramat, bahkan dilarang untuk didekati dan harus dijaga.

Suku Yalenang terkenal dengan kepiawaiannya dalam peperangan, kanibalisme yang berbahaya, bahkan tradisi meramal masa depan dan pemujaan terhadap dewa-dewa alam semesta. Sehingga menjadikan peradaban Yalenang sebagai peradaban yang sangat luas di masa lalu. Peradaban ini membentang dari Pegunungan Bintang (timur), Yahukimo sampai ke Yalimo (barat).

Berkaca pada sejarah, kononnya identitas etnik menyangkut dengan sebutan "Yalenang" dalam sapaan yang umumnya menunjukkan keberadaan manusia secara implisit berdasarkan arah mata angin atau titik kompas (point of the compass). Secara etimologi kata "Yale/Yalesip" berarti "Timur atau Bagian Timur". Sedangkan "Nang" berarti kata benda yang menunjukkan sebutan untuk "Orang".

Antonim dari Yale adalah Khempan, atau Khempanang yang artinya (Barat, Bagian Barat atau Orang Barat). Sehingga dalam konteks ini istilah "Yalenang" dalam arti luas berarti "Orang Timur". Suku-suku lain disekitarnya sering menyebut "Orang Timur atau Yalenang". Penyebutannya bergantian dari satu tempat ke tempat yang lain berdasarkan letak geografisnya.

Hal ini menunjukkan bahwa peradaban ini dibangun atas kemampuan manusia menentukan arah mata angin oleh suku Yalenang dalam pengembaraannya di alam semesta, sehingga mengetahui keberadaan dan kehidupan manusia dengan berpedoman pada arah yang telah ditentukan untuk melakukan inisiasi adat tetapi juga memprediksikan segala sesuatu dalam kurung waktu tertentu.

Oleh karena itu, suku Yalenang dalam pengembaraan hidupnya sangat identik dengan segala yang ada di alam semesta yang telah memberinya kehidupan. Seperti bintang-bintang yang bergelantung di langit, kemilau sinar matahari, cahaya rembulan yang lembut, tanah pegunungan, hutan hujan yang luas, tumbuhan dan hewan serta sungai yang deras, semuanya bermakna.

Semua ini berlangsung dalam dunia ciptaannya sendiri, yakni kebudayaan. Segala kebijakan yang diperoleh untuk mewujudkan keutuhan dalam ruang lingkup peradaban yang telah mengiringi ritme kehidupan dan tidak terlepas dari keajaiban yang menaungi keberadaannya. Bahkan, seluruh struktur kehidupan peradaban Yalenang berdiri di atas landasan budayanya. Inilah potret sebuah peradaban yang telah hidup sejak lama dan memiliki karya sejarah yang kaya di tanah leluhurnya.

Kendati pun demikian, berbagai dilema mengenai kebudayaan peradaban Yalenang di pegunungan timur, sampai sejauh ini masih menjadi sebuah misteri yang harus diungkap. Berbagai interpretasi menyudutkan klasifikasi peradaban ini, karena identitas masyarakat adat Yalenang yang masih diragukan. Banyak kalangan telah berandai-andai mempertontonkan banyak artikulasi. Tetapi belum menemukan identitas peradaban yang tepat.

Peradaban Yalenang mengalami distansi yang sangat jauh dengan adanya Penginjilan berdampak besar bagi perkembangan budaya di wilayah pegunungan timur. Budaya Kristen telah membuka jalan bagi munculnya perabadan (eropa, orang kulit putih atau moderen). Kemajuan ini juga berdampak pada munculnya primordialisme pada pertengahan abad ke-20.

Hal ini terjadi lantaran peradaban manusia di pegunungan timur sebelum Penginjilan, terbilang masih sangat pirimitif dan kuno. Sehingga terjadilah "kontak budaya atau interaksi budaya" sebagai sikap konfrontatif menciptakan integrasi antara unsur luar dan unsur yang berasal dari budaya lokal.

Boleh dikata, karakteristik yang mempengaruhi pembentukan identitas baru ini berasal dari pengaruh sejarah, geografis, cara hidup dan tradisi. Sehingga muncul penyebutan nama-nama suku seperti Mek, KimyalUnaukam, Ketengban dan banyak sub suku lainnya. Menyebabkan pergeseran nilai budaya, dan dalam berbagai perspektif menimbulkan dilema dalam mengungkap fakta empiris.

Peradaban Yalenang yang telah lebur menjadi berbagai suku adalah sebuah peradaban yang pernah menghuni masa lalu. Peradaban tertua yang mengandung nilai-nilai kehidupan. Kecakapannya dalam bersosialisasi memiliki ikatan yang kuat dalam apa yang disebut dengan bahasa "Kwaneng  atau Boneng" peradaban Yalenang telah menciptakan dunia yang unik dan khas dalam membangun cara berpikir dan merancang kehidupan yang berkelanjutan.

Pada peradaban ini manusia pra-aksara telah meninggalkan hasil kebudayaan yang masih sederhana, tetapi berharga nilainya dalam mempelajari sejarah manusia Yalenang di masa lampau. Sekaligus menjadi peradaban yang bernilai, karena dari sejarah masa lampau manusia sekarang belajar untuk menemukan mana sejarah yang berhasil untuk dikembangkan dan mana sejarah yang gagal untuk diperbaiki.

Dengan demikian, peradaban Yalenang dapat dimaknai sebagai bangunan hidup dalam mencetak peradaban yang utuh. Walau dianggap sebagai sebuah peradaban yang sudah selesai. Namun, peradaban ini sebagai sebuah makhluk yang terus hidup. Terbukti dengan goresan manusia, peninggalan, bahkan torehan sejarah dan perbuatan masa lampau yang masih hidup, terjaga dan tersimpan dengan baik hingga saat ini.

Peradaban Yalenang telah membentuk desain kehidupan dan karakter manusia yang sangat berharga, dan telah mengukuhkan apa yang ada dewasa ini sebagai bagian yang hidup dari kehidupan yang ada. Peradaban Yalenang juga sangat berarti sebagai bagian dari hasil kebudayaan, pengembangan dan temuan yang tentunya sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Sebagai salah satu suku terbesar di kawasan pegunungan timur Papua, memiliki banyak sekali kekayaan yang sangat luar biasa, baik dari segi alam maupun budaya. Tentu peradaban ini telah membangun sesuatu yang dikenang oleh genereasi Yalenang yang hidup dalam peradaban moderen.

Melainkan juga, peradaban ini harus memberikan kontribusi menemukan identitas budaya dan ekspektasi baru. Seperti halnya, penyebutan suku-suku dengan nama Mek. Kimyal, Unaukam, Ketengban dan banyak sub suku lainnya harus menyatu dalam identitas masyarakat adat sebagai harkat dan derajat sebuah peradaban Yalenang yang telah memberi nilai dan makna bagi kehidupan manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun