Mohon tunggu...
Seno Rocky Pusop
Seno Rocky Pusop Mohon Tunggu... Penulis - @rockyjr.official17

सेनो आर पूसॉप जूनियर

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dunia yang Melelahkan di Tanah Emas

31 Maret 2023   00:00 Diperbarui: 31 Maret 2023   17:23 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia ini bukan kadang-kadang, tapi memang sudah lumrah dan orang kerap kali menyebut Papua itu sebagai "tanah emas". Meskipun terasa asing kedengarannya, dalam benak saya penyebutan ini menggambarkan perasaan tentang dunia yang menjengkelkan. Sekonyong-konyong keadaannya menjadi mengerikan, peruntungan menjadi sengsara, saya menyadari bahwa dunia ini tidak sebagaimana mestinya.

Keegoisan dan keserakahan telah merasuki orang-orang yang melakukan kekejian yang merajalela di tanah emas, bahwa manusia telah melakukan tindakan kekerasan, penjarahan dan pemerkosaan dalam dunia yang penuh noda dan akan segera menjadi hampa, mengerikan tanpa sebab dan alasan.

Inilah dunia di Timur Indonesia, orang-orang akan menyapa kita dengan "selamat datang di dunia yang tak berdaya". Dunia dimana kita diperlakukan seperti mainan anak-anak yang hasilnya sangat melelahkan melihat orang lain memperlakukan hidup kita tidak adil dan tidak pantas.

Kebengisan di sini seperti tanaman yang tumbuh subur di musim hujan, yang tidak seberapa lama kemudian layu dan mengering di musim kemarau. Pada akhirnya bak anai-anai yang berterbangan ditiup angin. Sungguh, betapa cepatnya kehidupan dunia ini akan musnah.

Meski tinggal di negeri emas memang menyenangkan, semuanya memuaskan. Apa pun yang diinginkan oleh nafsu manusia, apa yang mereka cari dan apa yang mereka perjuangkan semua tersedia. Namun, pada kenyataannya manusia selalu merasakan lelah dan bosan saat hidupnya terculik oleh sempitnya dunia ini, sakitnya tidak tertahankan, sangat perih menatap dunia yang morat-marit.

Berbagai pergumulan hidup di negeri ini berakhir dengan ketidakpastian dan tragis. Banyak kewajiban menjadi sia-sia karena manusia yang tinggal memiliki niat yang jahat. Menjadikan tujuan hidup justru membawa manusia pada arah yang tidak menentu. Namun ironisnya, dunia yang melelahkan ini justru menjadi buah bibir karena kisah misterinya.

Tanah emas ini tampak menakjubkan bagi mata yang tidak tahu, layaknya orang yang memimpikan sesuatu yang menyenangkan. Apa yang dilihat yang adalah kenyataan, bukan fantasi. Oleh karenanya, banyak yang bekerja dengan mengecoh dan menggarap banyaknya harta dan bereuforia di atas penderitaan orang lain.

Banyak manusia berjuang dengan bertahan hidup untuk memenuhi hasrat. Tetapi mereka tidak pernah menyadari bahwa mereka sedang mencari kebahagiaan yang menipu dan kesenangan yang semu. Melihat orang lain miskin dan melarat di tepi jalan. Apakah mereka tidak tahu atau pura-pura tidak tahu?

Manusia tidak pernah sadar dan hidup dengan kesadaran, ketika orang lain menjadi pembenci, penjahat dan pengkhianat. Terkadang orang lain membutuhkan dan mencintai karena materi tidak dengan hati. Lupa diri karena menjalani kehudupan yang sibuk dan panik. Terjebak dalam pikiran orang lain dan tidak bisa melihat apa yang terjadi sekitar dunia ini.

Mereka berpikiran seperti jalan raya yang sibuk dan tidak pernah melambat. Tidak salah, kehidupan sehari-hari manusia menjadi tempat yang salah dan lupa. Banyak tindak-tanduk yang dilakukan menggiring manusia pada kesalahan, penderitaan dan berakhir dengan penyesalan, sulit untuk membedakan mana yang salah dan mana yang benar, mana yang hak dan mana yang bukan hak.

Ketika saya mencoba untuk merenung, bukan hanya kehidupan di tanah emas ini saja yang melelahkan, saya sendiri juga merasa lelah dan lusuh. Situasi ini nampak seperti seseorang hilang semangat. Melihat semua realitas, padahal hidup di atas tanah emas tanpa perlu kerja keras dan bersusah payah.

Sejenak saya memulai untuk memahami dalam kesendirian bahwa lelah disini adalah "bosan", ya bosan melihat orang lain memperlakukan hidup kita dengan tidak layak. Dunia dengan segala kemewhannya hanya "begitu-begitu" saja, tidak ada perubahan dan tidak kemana-kemana. Dunia ini membosankan dan sangat melelahkan.

Kehidupan di dunia ini bukanlah kehidupan yang hakiki, realita ini menunjukkan bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah permainan dan sesuatu yang melelahkan, sekalipun kita berbangga-bangga dengan banyaknya harta dan emas yang kita miliki, tetapi kesenangan di dunia ini hanyalah kesenangan yang sesaat dan menipu.

Tidak bisa dipungkiri, lelah di dunia adalah sesuatu yang pasti, karena pada hekekatnya dunia sangat melelahkan. Ibarat sebuah penjara yang mengekang kebebasan sampai badan terasa penat. Lelah bak ombak di lautan yang datang silih berganti, satu ombak hilang ditelan pantai, datang berikutnya susul-menyusul.

Disinilah pentingnya untuk kita ketahui bahwa manusia akan selalu merasakan lelah dan bosan saat kehidupan ini terculik oleh sempitnya dunia ini. Apalagi memang dunia dijadikan sebagai tempat untuk berlelah. Tabiatnya lelah dan karenanya selama masih ada didalamnya pasti lelah.

Namun, kita bisa memperoleh kelegaan jika menanggapi dunia yang melelahkan ini dengan menanggalkan keangkuhan dan keegoisan, sikap bodoh terhadap pemahaman bahwa "semuanya sia-sia". Tapi manusia mesti sadar dan camkan bahwa kesalahan dunia ini dapat diluruskan hanya dengan berserah diri pada satu pribadi yang berkuasa dengan nilai-nilai kebajikan.

Seperti inilah harapan di hadapan dunia yang melelahkan di tanah emas. Perjuangan panjang di sepanjang jalan, terlepas dari rasa bosan yang mengintai dibawah permukaan. Tetap fokus, kerikil-kerikil di tengah perjalanan itu hanya bagian dari tabiatnya. Bukan kesulitan, apalagi penghalang. Memilih harapan jauh lebih baik daripada putus asa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun