Aku tersenyum hanya mengarahkan pandangan ke Ayah, masih terlalu polos pada masa kecil sebuah pertanyaan pun muncul di benakku, pada saat yang persamaan aku tiba-tiba berkata, "Ayah bagaimana aku menggunakan kata-kata dalam doa?".
Kemudian sahut Ayah, "Mulai sekarang di meja makan, sebelum menikmati hidangan yang selalu tersedia ingatlah dan ucapkanlah doa ini".
Ayah menyuruh aku untuk mengikuti kata-katanya "Ya Mohon, Berkatmu ini, Amin" dan aku memimpin doa makan hari itu, mengikuti isyarat Ayah.
Kiranya, di meja makan itulah, untuk pertama kalinya di masa kanak-kanak, ayah mengajari aku cara berdoa sebelum makan.
Sepanjang hari-hari berikutnya, doa itu membekas dalam benakku. Setiap kali makan siang tiba, aku terlebih dahulu mengangkat tangan untuk memimpin doa. Ibu sangat bangga dengan giliranku.
Meja makan, barangkali hanya sekedar perabot rumah tangga, di sini aku akan mengatakan bahwa Ayah telah melatih kami lebih banyak di meja ini. Meskipun, bagi orang lain, tidak menghiraukan meja makan dalam rumah.
Bagi ayah, kehidupan dalam dalam rumah jauh lebih berarti daripada tinggal di luar rumah, karena di luar rumah, ayah selalu sibuk melayani banyak orang, saat dibutuhkan.
Sehingga tidak ada waktu luang untuk bersama, mungkin saat-saat itu adalah saat terbaik kami bisa bersama Mom dan Dad, terutama di atas meja makan.
Sampai detik ini, doa ini selalu aku ingat dan sebelum makan aku selalu berdoa. Lebih dari itu, mengingatkan aku pada Ayah, kala ia mengajariku berdoa, untuk pertama kalinya dalam hidupku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H