Hal Ini berarti bagi gereja Hervormd Jemaat GKI Pauluskerk merupakan salah satu jemaat yang secara sinodal terikat dengan seluruh Jemaat GKI lainnya di Tanah Papua.
Sedangkan bagi jemaat Gereja Reformird, Jemaat GKI Pauluskerk adalah satu jemaat yang mandiri pada dirinya sendiri, dan tidak ada dalam satu hubungan terikat dan terstruktur secara sinodal dengan jemaat-jemaat lain.
Sejak berdirinya, Jemaat GKI Pauluskerk menjadi suatu jemaat yang kuat secara finansial. Hal ini tidak mengherankan karena kawasan Noordwijk menjadi kawasan elit di seluruh Papua saat itu.Apalagi salah satu anggota dari jemaat ini adalah Gubernur Nederlands Nieu Guinea, yakni Dr. J. Van Baal dan penggantinya P. J. Platell dengan jemaat GKI Pauluskerk bersama-sama dengan semua jemaat berbahasa Belanda lainnya, menjadi penyandang dana yang diandalkan oleh Badan Pekerja Sinode Umum (BPSU).
Menuju masa berakhirnya GKI Pauluskerk, jemaat-jemaat berbahasa Belanda menciut drastis, karena semua anggota jemaat berbahasa Belanda harus meninggalkan Papua.
Akibat konflik Politik antara RI dan Kerajaan Belanda mengenai status Papua. Peraktis jemaaat-jemaat berbahasa Belanda tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
Untuk mempertahankan Jemaat GKI Pauluskerk sekali mengendalikan prosespengalihan. Sejak Mei 1963 keanggotaan jemaat mulai mengalami proses heterogenisasi dengan masuknya secara perlahan anggota-anggota jemaat baru yang bukan belanda.
Pada saat yang bersamaan mulai terjadi proses keluar warga jemaat asal Belanda, harus segera meninggalkan Niew Guinea.
Pada bulan September 1963 Jemaat GKI Pauluskerk resmi berakhir, setelah kurang lebih sembilan tahun lamanya hadir di tengah masyarakat Kristen Papua.
Semua asetnya diserahkan kepada GKI di Tanah Papua, dengan demikian berakhirlah dan berdirilah sejarah Jemaat GKI Paulus Dok V Jayapura.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H