Mohon tunggu...
Seno Rocky Pusop
Seno Rocky Pusop Mohon Tunggu... Penulis - @rockyjr.official17

सेनो आर पूसॉप जूनियर

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Nah ini Dia! Kontrak Karya PT Freeport Indonesia dalam Sengketa Status Tanah

22 Februari 2022   19:16 Diperbarui: 8 Agustus 2022   13:15 1317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penandatanganan Kontrak Karya I PT. Freeport Indonesia (Source : literasipublik.com)

Memasuki ruangan ini, sepertinya akan terasa asing, apabila diajak gosip tentang KK PTFI (Konrtak Karya PT. Freeport Indonesia). Kebanyakan orang akan merasa jenuh. Bukan karena cerita baru, masalah baru, lelucon baru, atau pun komika baru.

Hampir Setiap tahun perjamnya, menit bahkan perdetiknya. Sengketa ini menjadi sorotan publik maupun dijadikan notifikasi khusus sehingga mengambang di antara lautan maya. Saking semaraknya sengketa ini. Maka tak heran ! Jika lebih banyak notif telah menghiasi dinding gadgets.

Tentu, bilamana menjadikan sengketa tanah sebagai Something is Wrong maka sudah pasti akan terabaikan. Banyak anggapan, tantangan dan tentangan akan bermunculan : "lagian buat apa sih ? Ngomongin itu terus ?" "Ot***kan udah dilanjutkan, D*B dikit lagi mo dikasih"  "udah, ngga usah ngambek, bacot sana-sini" !

Tuturan ini sekaligus sindiran pedas dan pukulan berat yang akan dikemak-kemik, meskipun tidak terlalu nampak, sifat acuh tak acuh terus dipertonton pada layar kaca terhadap divergensi yang terjadi di kalangan proletar.

Faktor kejenuhan telah menjadi pionir utama dalam menciptakan sejarah, yakni sejarah yang kalah, kelam dan terdiam. Berangsur-angsur tak kunjung sirna serupa gunung es dalam lautan.

Namun tidak disangka bahwa inilah sebuah fakta empirik, bukan rekayasa semata wayang masa lalu yang perlu diungkit. Tetapi tabiat masa lalu yang tidak dapat dipungkiri.

Hal ini telah menjadi bagian yang sesungguhnya tak dapat dipisahkan dari catatan Memoria Passionis. Arak-arakan elitis yang memprakarsa gerakan pemberantasan dan perampasan hak tanah yang telah memunculkan kemelut politik yang dahsyat. kian-kiut aromanya terciduk dimana-mana.

Ironisnya, pemerintahan pada masa lalu hingga dewasa ini tidak dapat membuat sebuah resolusi atas sengketa tanah, malahan justru melahirkan konflik diatas sebuah konflik.

Untuk itu, melalui goresan ini marilah kita ke masa lalu. Kesanalah, duduklah dan lihatlah akan apa yang terjadi pada hari itu. Karena dari sejarah masa lalulah kita kembali belajar "mana sejarah yang berhasil dan mana sejarah yang gagal".

Saat menjelajahi ruang maya dari berbagai situs ternama yang diluncurkan, dalam sebuah tulisan yang dirilis dikemukakan bahwa hari jumat 7 April 1967 petinggi Freeport  McMoRan Inc medapatkan izin dari pemerintah Indonesia semenjak diberlakukannya UU Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) yang menghasilkan Kontrak Karya. Walau saat itu, tanah masih status sengketa.

Ini merupakan sebuah penemuan yang sebenarnya membuktikan bahwa sengketa tanah adalah sejarah masa lalu yang telah mengalami kegagalan dalam menorehkan kiprahnya. Sekaligus sebagai sumber utama memicu gagalnya sejarah embrio yang kemudian berpengaruh sampai pada sejarah-sejarah selanjutnya.

Melalui perjanjian bisnis yang terbilang sangat unik dan berani dengan masa berlaku yang disepakati. Akselerasi ini ditandatangani langsung oleh Ketua Presidium Kabinet Ampera Jendral Soeharto, belum genap sebulan menjadi Presiden kedua.

Polemik keberadaan mega proyek ini kemudian menuai hasil yang kontraversial. Seperti manusia yang tidak pernah merasa kenyang, ketika terus memperpanjang kontrak bisnis. Hal inilah yang menimbulkan kekecewaan masyarakat.

Terlihat dimana-mana, saking hotnya perbincangan status tanah diberitakan melalui semua media. Membaca artikel tentang ini atau pun status dan cuitan yang lebih banyak dikutip dengan kata-kata kekecewaan. Karena hal ini bukanlah hal yang aneh lagi.

Meskipun sengeketa tanah terus berlanjut. Perubahan drastis pemerintah yang berfokus pada kondisi ekonomi dan politik dengan berbagai taktik. Namun sayangnya, cara yang digunakan malah berbalik menjadi boomerang sekarang.

Kegagalan konflik masa lalu dalam mengambil alih hak tanah telah menjadi sengekta yang berdampak sampai hari ini. Dan akan seperti apa sejarah itu akan terukir untuk masa depan ?

Apa pun dan siapa pun yang memberangus hak tanah. Generasi yang hidup dari masa ke masa tidak akan pernah lupakan hal ini. Sejarah tidak buta, sejarah tidak tuli, sejarah itu masih hidup dan manusia sendirilah yang menciptakan sejarah itu. Maka hasil itu pun akan ada selamanya karena dia alami dan melekat.

Dengan adanya sejarah sebagai guru yang hidup, maka dari padanya generasi yang lahir akan bangkit dan belajar menelusuri jalan-jalan setapak, menembus tirai-tirai demi menemukan dan menyatakan kebenaran yang nisbi.

Revolusi pun terus terjadi, nampaknya para pemangku kepentingan enggan terhadap sengketa yang dipelihara dengan konflik yang kian bertambah. Ini terbukti dengan kontrak karya yang terus berjalan mulus hingga kini kontrak karyanya belum pernah berubah.

Marilah kita mengakhiri kata-kata ini dengan tanda tanya (?) Agar kita lebih banyak bertanya, lebih banyak menemukan jawaban dari Paradoks tanah Papua. Selama masih ada harapan atas keingintahuan, Sang Khalik pun akan berkarya dalam setiap perjuangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun