Ini merupakan sebuah penemuan yang sebenarnya membuktikan bahwa sengketa tanah adalah sejarah masa lalu yang telah mengalami kegagalan dalam menorehkan kiprahnya. Sekaligus sebagai sumber utama memicu gagalnya sejarah embrio yang kemudian berpengaruh sampai pada sejarah-sejarah selanjutnya.
Melalui perjanjian bisnis yang terbilang sangat unik dan berani dengan masa berlaku yang disepakati. Akselerasi ini ditandatangani langsung oleh Ketua Presidium Kabinet Ampera Jendral Soeharto, belum genap sebulan menjadi Presiden kedua.
Polemik keberadaan mega proyek ini kemudian menuai hasil yang kontraversial. Seperti manusia yang tidak pernah merasa kenyang, ketika terus memperpanjang kontrak bisnis. Hal inilah yang menimbulkan kekecewaan masyarakat.
Terlihat dimana-mana, saking hotnya perbincangan status tanah diberitakan melalui semua media. Membaca artikel tentang ini atau pun status dan cuitan yang lebih banyak dikutip dengan kata-kata kekecewaan. Karena hal ini bukanlah hal yang aneh lagi.
Meskipun sengeketa tanah terus berlanjut. Perubahan drastis pemerintah yang berfokus pada kondisi ekonomi dan politik dengan berbagai taktik. Namun sayangnya, cara yang digunakan malah berbalik menjadi boomerang sekarang.
Kegagalan konflik masa lalu dalam mengambil alih hak tanah telah menjadi sengekta yang berdampak sampai hari ini. Dan akan seperti apa sejarah itu akan terukir untuk masa depan ?
Apa pun dan siapa pun yang memberangus hak tanah. Generasi yang hidup dari masa ke masa tidak akan pernah lupakan hal ini. Sejarah tidak buta, sejarah tidak tuli, sejarah itu masih hidup dan manusia sendirilah yang menciptakan sejarah itu. Maka hasil itu pun akan ada selamanya karena dia alami dan melekat.
Dengan adanya sejarah sebagai guru yang hidup, maka dari padanya generasi yang lahir akan bangkit dan belajar menelusuri jalan-jalan setapak, menembus tirai-tirai demi menemukan dan menyatakan kebenaran yang nisbi.
Revolusi pun terus terjadi, nampaknya para pemangku kepentingan enggan terhadap sengketa yang dipelihara dengan konflik yang kian bertambah. Ini terbukti dengan kontrak karya yang terus berjalan mulus hingga kini kontrak karyanya belum pernah berubah.
Marilah kita mengakhiri kata-kata ini dengan tanda tanya (?) Agar kita lebih banyak bertanya, lebih banyak menemukan jawaban dari Paradoks tanah Papua. Selama masih ada harapan atas keingintahuan, Sang Khalik pun akan berkarya dalam setiap perjuangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H