Menggeluti fenomena kebudayaan yang ada di bumi Papua, tentunya kita akan menjumpai berbagai macam suku, bahasa, tetapi juga adat-istiadat, dan lainnya yang terkandung dan berada dalam kehidupan masing-masing etnisitas. Sama halnya dengan yang ada di serangkaian pegunungan Timur Papua, disini akan kita temui satu suku besar yang kaya akan banyak sejarah di atas tanah leluhur.
Bukan salah satu suku yang termasuk dalam kajian dan penelitian para antropolog. Untuk menyatakan pendapatnya, dengan mengatakan bahwa penduduk Papua adalah suku Imigran dari Africa dan lain sebagainya. Wajar saja, secara ras memang memiliki kesamaan, tetapi bukan berarti menyatukan persepsi itu untuk menggolongkan etnisitas Papua dengan Africa.
Andai-andai teori pun dipertontonkan. Mungkin saja, sebagian suku lain di Papua yang migran dari africa dan termasuk dalam kategori antropolog tersebut. Namun, perspektif itu berbeda dengan suku yang kerap disapa "Yalle Nang".
Salah satu suku besar yang unik, khas dan beraneka, yang telah terbagi berkepingan menjadi 4 (empat) suku diantaranya : Meck, Kimyal, Unaukam, dan Ketengban.
Namun, keempat suku ini teridentifikasi memilki nenek moyang yang sama dan masuk dalam klasifikasi suku besar yakni Yalle Nang. Suku yang memiliki sejarah manusia, sejarah peradaban, sejarah pengetahuan, dan sejarah kebudayaan yang panjang di atas tanah leluhur di bumi Papua. Tidak banyak yang mengetahui bahkan meriset eksistensi dan potensi kekayaan budaya manusia yang terkandung dan dimiliki bangsa 'Yalle'.
Bangsa besar yang ada di pegunungan Timur Papua ini, selalu diidentikan dengan segala hal yang dimiliki, tinggal dan hidup dalam kebudayaan Yalle Nang.
Identitas etnik, yang menyangkut dengan sebutan Yalle Nang bertajuk pada sapaan akrab yang menunjukkan keberadaan manusia berdasarkan penjuru mata angin. Kendatipun demikian, secara etimologi kata Yalle adalah "Timur" atau "Bagian Timur" (Yalle Sip), sedangkan Nang artinya kata petunjuk untuk sebutan "Orang".
Antonim dari Yalle adalah Kehempan, Khempan Sip atau Khempan Nang artinya (Barat, Bagian Barat atau Orang Barat). Sehingga sebutan Yalle Nang dalam arti yang luas adalah "Orang-orang yang berasal dari bagian Timur". Sehingga sebutan Yalle Nang ini, hanya teruntuk dan bagi orang-orang yang mendiami serangkaian pegunungan Timur Pulau Papua.
Sampai disini, harus kita cermati dan pahami dengan baik. Teristimewa untuk, bangsa bagian Timur (Yalle Nang), mereka selalu mengekspresikan dirinya dengan bintang yang kelap-kelip, Matahari yang bersinar, bulan yang benderang bahkan tumbuhan dan hewan purba yang telah memberi kehidupan.
Bangsa lain, disekitarnya kerap menyebut mereka "Orang-orang dari bagian Timur" dalam bahasanya disebut Yalle Nang. Penyebutannya pun, secara bertalian bergantian dari satu tempat, ke tempat yang lain berdasarkan kedudukan letak geografis.
Adapun batasannya, untuk bangsa Yalle Nang, bahwa disinilah letak suku yang paling ujung dari penyebutan tersebut.
Saat ini, untuk kategori suku besar Yalle meliputi 3 (tiga) Kabupaten diantaranya: Kabupaten Yahukimo, Pegunungan Bintang, dan Yalimo. Inilah potret keberadaan suku Yalle yang telah lama hidup diatas tanah leluhur Pulau Papua.
Sejarah budaya suku ini, telah mencatat bahwa suku bangsa ini bukan bangsa yang berasal dan datang dari pulau ataupun benua lain. Akan tetapi, terlahir karena proses evolusi dari makhluk purba* yang telah membentuknya menjadi rupa manusia yang hidup diatas tanah ini, sejak semula.
Tidak ada seorang pun, mau membantah keyakinan kebudayaan yang telah lama ada dan hidup di suku ini.
Bagaimanapun kebudayaannya telah menempati posisi sentral dalam seluruh tatanan hidup suku Yalle. Karena mitologi dan sejarah suku ini, telah membuktikan segala hal-ihwal.
Yalle Nang memiliki sejuta sejarah yang unik dan khas, hanya ada dalam kehidupan suku besar ini. Entah itu, sejarah manusia, sejarah marga-marga, sejarah kali bahkan air terjun, sejarah tumbuhan, hewan dan sebagainya yang masih banyak terdapat dalam kebudayaan suku Yalle. Goresan-goresan tangan, jejak kaki, peninggalan, perbuatan masa lampau yang masih hidup, terawat dan tersimpan sampai sekarang. Inilah budaya suku yang memiliki sejarah yang hidup.
Karya kebudayaan suku Yalle berlangsung dalam dunia ciptaannya sendiri. Tidak ada manusia yang hidup diluar ruang budaya. Karena kebudayaannya telah memberi nilai dan makna hidup pada manusia. Seluruh desain dan bangunan hidup manusia Yalle berdiri diatas landasan kebudayaan. Sebab itu, penting untuk kita memahami hakikat kebudayaan suku asli, penghuni Pulau Papua.
Penulis : Seno R. Pusop Jr.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H