Sepertinya tidak seorang pun yang bisa ku tanyai, ibu dan ayah tidak mempunyai latar belakang pemahaman seperti itu yang tidak jelas untuk menjawab. Selain itu aku tidak yakin orang tua ku mengetahui hal semacam itu. Aku mulai berpikir tentang kehidupan ini?
Kenangan masa kecil ku membekas dalam di benak ku banyak hal yang telah terjadi  ̶  hal-hal sedih, hal-hal lucu, hal-hal yang menimbulkan teka-teki, tawa, benci suka, duka tetapi tidak banyak hal yang membahagiakan.
Tidak ada yang susah di dunia ini. Bagaimana pun hidup untuk di nikmati semua yang ada dalam jagat raya ini, bukan untuk di risaukan terus-menerus dalam samudera raya. Dari pada ada keresahan di hati menjadi gudang penyimpanan semuanya itu dalam hati untuk suatu saat nanti membuat nostalgia dalam sebuah lembaran.
Aku tahu di Indonesia hanya dua musim kemarau dan hujan. Pada liburan musim kemarau (Panas), matahari selalu tampak bersinar. Hari-hari panjang dan hangat, dan kebanyakan di habiskan di luar rumah. Aku menjelajahi jalan-jalan, kali-kali, sering bermain hingga larut malam, dan selalu bersama gerombolan kecil para teman-teman ku (geng ku).
Kami pasti terlihat sangat menyedihkan dan menyenangkan. Pakaian ku yang sama sepasangan, yaitu pakaian tim sepakbola koleksi ku yang istimewa. Kaos kaki adalah barang mewah yang tidak di kenal, dan kami sering tidak memiliki sepatu untuk di kenakan.
Pada masa tersebut, penampilan tidak merisaukan diri ku sebagus mereka yang baik, namun aku selalu eksis. Meski pun di kemudian hari, aku menjadi pekah soal ini. Lagi pula, aku masih sangat kecil. Ini adalah masa-masa awal kehidupan ku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H