Mohon tunggu...
Silvie Astralita
Silvie Astralita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas PGRI Kanjuruhan Malang

Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas PGRI Kanjuruhan Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Genre Sastra Menurut Rene Wellek dan Austin Warren

11 April 2022   05:52 Diperbarui: 11 April 2022   06:05 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun terdapat beberapa gesekan petunjuk, para penulis elegi tidak membatasi isi sajak mereka untuk menangisi kematian.

Setelah abad ke-18, orang-orang tidak lagi mengharapkan lagi puisi dibuat dengan struktur pola yang berulang, hal ini dibuktikan dengan tulisan bahasa Prancis dan Jerman tentang genre yang didukung oleh pandangan pada periode 1840-1940.

Terdapat pergesaran konsepsi genre pada abad ke-19, pembaca pada abad ini semakin meluas sehingga muncul berbagai macam genre baru, ditambah juga harga percetakan yang murah menyebabkan pendeknya masa hidup genre.

Pada abad ke-19 terdapat klasifikasi novel seperti novel politik, novel gerejarani, novel sejarah, novel Gotik yang terdapat isi dan tema yang terbatas dan dipakai tetap.

Pada umumnya, konsepsi kita terhadap genre harus bertolak belakang dari sisi formalistis, sehingga kita diharuskan membuat genre berdasarkan jumlah suku kata atau bentuk daripada berdasarkan isinya, dan juga harus berpikir mengenai jenis-jenis sastra.

Acuan Yunani merupakan sebuah acuan tradisional mengenaik epik dan tragedi, akan tetapi tidak semua teknik klasik bersifat struktural.

Bagi siapapun yang tertarik pada teori genre maka harus berhati-hati agar tidak mencampurkan ciri-ciri perbedaan teori genre klasik dan teori modern, pada teori klasik bersifaat mengatur dan memberikan pola akan tetapi tidak memaksakan, meskipun demikian tiap genre itu dipisahkan satu sama lain dan tidak boleh dicampukan.

Pada doktrin ini menuntut kesatuan nada yang ketat, setiap jenis memiliki kapasitas dan kenikmatannya masing-masing.

Teori klasik juga terdapat klasifikasi sosial pada tiap genre, seperti epik dan tragedi menyangkut masalah kerajaan dan bangsawan, komedi menayngkut kaum menegah, dan satire dan farce untuk kelas rakyat, selain itu, hierarki jenis-jenis sastra juga menentukan tingkatan tokoh, gaya, panjang dan besarnya, serta keseriusan nada.

Tanpa disadari setiap orang telah melakukan hal yang sama ketika menguraikan prinsip kemurnian estetika, akan tetapi kita tidak boleh membatasi pendekatan pada satu tradisi atau doktrin saja.

Teori genre modern bersifat deskriptif yang tidak membatasi jumlah kemungkinan jenis sastra yang ada dan tidak menentukan aturan-aturan untuk diikuti pengarang, teori ini juga tidak menekankan perbedaan antara satu jenis dengan jenis lainnya, akan tetapi lebih tertarik untuk mencari persamaan umum dari setiap jenis sastra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun