Begitu banyak manfaat mendongeng. Namun, perkembangan teknologi justru mengikis budaya mendongeng sedikit demi sedikit. Anak lebih suka menggunakan gadget dalam kehidupan sehari-hari. Belum lagi ditambah kesibukan orang tua, mengurangi interaksinya dengan anak. Â Jangankan mendongeng, waktu bersama pun semakin sedikit.
Pengalaman Membacakan Cerita di Kelas
Sebagai orang tua di sekolah, saya ingin turut memberikan pengalaman mendongeng kepada para siswa. Dalam pertemuan kami di kelas, saya sering membacakan cerita, baik yang berhubungan maupun tidak berhubungan secara langsung dengan materi pembelajaran. Kami menyebutnya sebagai kegiatan rekreasi.
Dalam kegiatan membacakan cerita, saya memilih cerita dengan tema tertentu. Terkadang siswa yang memilih buku apa yang ingin mereka bacakan. Â Hadirnya situs buku digital sangat membantu saya dalam kegiatan ini. Kami tinggal memilih buku, kemudian menayangkannya lewat proyektor di kelas.
Pada awal melakukan kegiatan bercerita, saya pikir siswa di kelas kurang berminat pada pembacaan cerita. Ternyata, di luar dugaan,respon mereka sangat baik. Beberapa anak di antaranya antusias menyampaikan hasil menyimak cerita. Bahkan ada siswa yang berebut menawarkan diri untuk ikut membacakan cerita.Â
Jadi khusus di Hari Dongeng Nasional, saya bermaksud memberikan kado kepada para siswa saya berupa pembacaan dongeng.
Kado Dongeng di Hari Dongeng Nasional
Kado dongeng khusus momen Hari Dongeng Nasional ini saya berikan di jam terakhir. Salah satunya sebagai hadiah dan rekreasi siswa setelah mereka melakukan aktivitas pembelajaran.
Saya memilih dongeng dari situs literacycloud.org, jenjang C (semenjana) berjudul Witan dan Negeri Arana. Ditulis oleh Audelia Agustine, dengan ilustrator Nabila Adani. Buku yang cantik, dengan ilustrasi fantasi penuh warna-warna feminin.
Buku ini berkisah tentang seorang anak perempuan bernama Witan. Â Ia sangat suka tanaman, terutama tanaman untuk pengobatan. Witan tinggal bersama neneknya. Ketika neneknya sakit gula, ia pergi berkelana mencari obat ke Negeri Arana.Â
Di sana Wita bertemu Kakek Jahe dan Ratu Arana yang mengharuskannya menjawab 2 pertanyaannya agar menjadi tabib sejati. Witan dengan mudah menjawab pertanyaan itu, tetapi ia idak memperdulikan gagasan menjadi tabib sejati. Â Ia hanya ingin mendapatkan obat untuk neneknya. Â